Tuesday 29 May 2012

AWAS JURUS KRISTENISASI GAYA BARU !!!

Dijaman modern yang mendekati kiamat dan dijaman yang serba krisis moneter dan lebih buruk lagi krisis akhlak dan krisis agama ini kita patut waspada dengan segala sesuatu yang bisa merapuhkan keimanan kita. Karena keimanan adalah satu-satunya bekal kita untuk mati dan hidup kekal diakhirat. Jika iman hilang maka sungguh tak ada kecelakaan paling buruk diatas muka bumi melainkan orang yang celaka karena kehilangan keimanan. Ancaman kehilangan pusaka bernama kalimat Tauhid "lailahailallah" amat sangat buruk yaitu selain didunia akan hidup serba gersang dan sengsara dan diakhirat konsekuensi bagi orang kafir dan para murtadin adalah KEKAL DINERAKA. Naudzubillah


Jikalau iman sudah mulai rapuh maka tak ada cara lain selain kita memperbaharui keimanan kita dengan rajin mengikuti kegiatan yang menambah keilmuan kita tentang islam. Contohnya pengajian, baca qur'an, majelis taklim, rajin baca buku islam dan sebagainya. Karena kita yakini iman itu bisa naik bisa turun seperti pasang surutnya air laut. Bisa surut jika kita terlalu banyak maksiat dan lupa berdzikir kepada Allah, dan iman akan bertambah ketika kita beramal shalih dan banyak berdzikir kepada Allah dan banyak-banyak mengingat hari kiamat. 


Salah satu strategi kita untuk menghindari invasi iblis dan anteknya dalam upaya menyesatkan manusia kedalam neraka adalah mempelajari gerak-gerik musuh dalam upaya memurtadkan umat islam. Kami sudah banyak menjelaskan tentang strategi antek iblis dalam rangka menyesatkan umat manusia dalam pertemuan lalu yaitu "mewaspadai kristenisasi". Memang dijaman modern yang serba kacau balau ini para antek iblis benar-benar gencar dalam melakukan aksinya. Ada 1001 satu cara mereka dalam menipu umat islam untuk keluar dari jalan yang lurus dan menuju jalan sesat / keluar dari agamanya. Diantaranya ada yang diiming-imingi uang, diiming-imingi sekolah gratis, jabatan tinggi, lalu pacaran akhirnya nikah beda agama dan berakibat murtad, ada lagi yang pura-pura memberi bantuan kepada korban bencana alam tapi ujung-ujungnya pembabtisan, naudzubillah. dan banyak cara lain yang tidak bisa kami jelaskan disini. Oleh karena itu tak ada upaya lebih besar dalam menjaga keimanan kita dan saudara-saudara kita melainkan kita harus memperbanyak belajar agama, banyak berdzikir kepada Allah dan banyak pula melakukan kegiatan kepedulian kepada umat islam yang sedang dilanda musibah karena pada saat itu iman sedang rapuh-rapuhnya sehingga jika umat islam yang lain tidak tanggap tentu saja banyak terjadi pemurtadan seperti yang banyak terjadi waktu gempa jogja dan letusan gunung merapi tahun lalu.


Berikut kami sampaikan beberapa strategi musuh islam dalam rangka memurtadkan umat islam daripada agamanya yang kami kutip dari arrahmah.com. Di sekitar daerah lereng merapi selain sangat sedikit kajian tentang ilmu agama sehingga masyarakat disitu tak tahu banyak tentang anjuran dan larangan agama. juga sangat banyak pula sering terjadi ritual-ritual kesyirikan yang sulit sekali dihilangkan karena memang sudah jadi adat orang sana. Sehingga ketika Allah mengirimkan azab kepada suatu kaum karena kezaliman / kesyirikan mereka maka umat islam yang lain yang tidak ikut-ikutan syirik juga ikut kena. Itulah dampaknya maksiat bila kita biarkan. Maka dari pada itu baiknya daripada kita sibuk debat sendiri tidak jelas arah tujuannya lebih baik kita sibukan waktu kita untuk menolong saudara-saudara kita yang sedang tertimpa musibah. Karena akidah mereka dalam bahaya.




AWAS STRATEGI PERMURTADAN GAYA BARU !!


Bersama FKUI, Ustadz Roli dan Madeni, merekam pola gerakan deislamisasi di desa-desa di Lereng Merapi Kecamatan Dukun Magelang melalui 6 jurus, yaitu:





Pertama, Mereka para salibis tukang babtis memasuki dan mendampingi warga desa-desa terpencil yang masih belum atau kurang terbina dakwah Islam. Misalnya Desa Bojong, Windusari, Tanen, dan Desa Sumber. Misionaris memiliki Program Tinggal di Desa (Living In), yaitu mendatangkan kader-kader misionaris dari Amerika untuk tinggal beberapa pekan bersama keluarga muslim di lereng Merapi.

Kedua, Indoktrinasi dan praktik pluralisme. Penduduk dicekoki faham bahwa semua agama benar dan baik, tujuannya sama, sehingga tidak masalah orang Islam berpindah ke lain agama sesuai kemampuannya. Maka, hal biasa dalam satu keluarga, terdapat anggota yang beragama islam dan non-Islam.



Ketiga, Diakonia. Para misionaris secara terbuka door to door menawarkan kebutuhan pokok masyarakat seperti sembako (sembilan bahan pokok), alat sekolah, dan prasarana pertanian. Beberapa rumah penduduk dibangun atau direnovasi denganbantuan gereja, dengan syarat tertentu yang harus dipenuhi. Agar ‘’legal’’, program ini dilakukan dengan memanfaatkan kekuasaan pengurus RT maupun Kepala Desa. Dengan menguasai sektor-sektor bisnis strategis, misionaris mampu menawarkan dan memberikan pekerjaan bagi anak, remaja, atau pemuda tamatan SMP dan SMA muslim yang masih menganggur. 

Keempat, Membuka Sanggar Seni, Lembaga Kursus dan Bimbel, atau Taman Baca gratis. Program ini menyasar anak-anak muslim mulai SD sampai SMA. Misi non-Islam disisipkan di sela-sela pembelajaran berupa nyanyian-nyanyian kerohanian atau gambar-gambar.

Kelima, Menyaru Budaya Muslim.  Para agen Injili tak sungkan mengambil simpati masyarakat dengan belajar fasih mengucapkan salam atau hamdalah, juga mengenakan baju koko, peci, memelihara jenggot, dan lain-lain. Mereka pun aktif menghadiri acara-acara keagamaan maupun kekeluargaan warga Islam. Maka waspadalah dengan penampilan karena kadang banyak orang tertipu penampilan. Kita juga harus paham bahwa bunglon saja bisa berubah menjadi bermacam-macam warna apalagi setan berwujud manusia. Maka janganlah anda loyal kepada seorang yang kelihatannya aneh dan tidak anda kenal.

Keenam, Akulturasi budaya. Misionaris memanfaatkan budaya lokal sebagai alat penyebaran agama, misalnya rebana, kuda lumping (jathilan), topeng ireng, wayang kulit, dll.

‘’Jurus-jurus mereka sangat efektif sehingga di beberapa dusun telah terjadi pemurtadan besar-besaran. Bahkan ada satu dusun yang kini umat Islamnya tinggal 2 keluarga yaitu Dusun Tangkil dan Ngargomulyo,’’ ungkap Ustadz Roli.  Ia menambahkan, desa-desa yang paling rawan pemurtadan Desa Sumber, Ngargomulyo, Kalibening, Krinjing, Keningar, dan Wates. MasyaAllah



Itulah yang dapat kami sampaikan semoga kita dapat terhindar daripada arus pemurtadan diakhir zaman yang semakin deras. Dan marilah kita tingkatkan kepedulian kita terhadap dakwah islam semampu kita. Jangan melihat dari besar kecil hasilnya tapi yang penting kita lakukan semampu kita karena sedikit tawakal jika Allah meridhai akan menjadi sesuatu kemenangan yang besar.



Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali yang beramal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menetapi kesabaran dalam menghadapi segala ujian dan cobaan hidup didunia.


Wallahu'alam

Sunday 27 May 2012

Salah Satu Jalan Pintas Ke Surga




Salah Satu Jalan Pintas Ke Surga, Menjauhi Egoisme dan Rela Berkorban






Apa yang menyebabkan kita dekat dengan Allah Swt? Jawabannya adalah kebebasan dari egoisme. Sebaliknya, jika  kita membesar-besarkan ego, maka kita makin jauh dari Allah Swt. Itulah yang disebut syirik : menjadikan (kepentingan) diri kita Tuhan.

Sesungguhnya, Allah Swt ada di dalam hati kita. Allah Swt bersemayam dalam hati setiap manusia. Namun, kehadiran-Nya sering kita tutupi dengan mengumbar nafsu dan egosime. Akibatnya akses kita kepada Allah Swt tertutupi, sehingga kehadiran-Nya itu tidak memberikan dampak pada kualitas kehidupan kita.

Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Allah Swt tidak menciptakan dua hati di dalam rongga dada manusia. Allah Swt menciptakan satu hati. Jika satu-satunya hati itu dipenuhi dengan yang serba duniawi, dengan mengumbar egoisme, berarti tidak ada tempat bagi Allah Swt di dalamnya. Lebih buruk dari itu, egoisme adalah sumber segala penyakit hati  (sombong, hasad, adu domba, bakhil, dll) yang akan memutus hubungan antara manusia dengan Sang Khaliq. Maka tak heran jika para sufi mengatakan, puncak hubungan tertinggi dengan Allah Swt adalah ketika kita mencapai fana. Fana terjadi ketika manusia mampu menaklukkan kedirian/keakuan dan egoisme yang kemudian menyebabkan kita dekat dengan Allah Swt, yang menciptakan kita dan alam semesta.


Bagaimana Mengatasi Egoisme?


Musuh egoisme adalah berkorban dan memberi. Karena memberi berarti mengambil dari yang kita punyai, untuk diserahkan kepada orang lain. Memberi berarti mengurangi suplai bagi pengumbaran nafsu diri. Islam menegaskan bahwa kita tidak akan mencapai kebaikan kecuali kita berinfak atau memberi. Dalam Al-Quran dikatakan, "wa aatal maala ‘ala hubbihi" (dan memberikan harta yang kita cintai). Bukan sekedar berbagi dengan kelebihan harta yang sedikit. Dan itu harus dilakuakn dengan keikhlasan semata-mata demi kebaikan dan keinginan mendapatkan ridha-Nya. Bahkan, kalau masih muncul perasaan eman-eman (sayang pada milik kita yang akan kita berikan), berarti kita belum mencapai tahapan "memberi yang kita cintai".

Seperti direkam dalam al-Qur’an, ketika Rasulullah Saw ditanya, "maa dzaa yunfiquu?" (apa yang mesti diberikan?), Allah Swt mengajarkan agar Rasulullah mengatakan, "al-‘afwu". Al-afwu adalah kelebihan dari kebutuhan kita. Semua kelebihan harta dari kebutuhan kita harus diberikan kepada orang lain.


Seorang Muslim yang baik, dalam al-Qur’an, juga digambarkan sebagai seharusnya memiliki semangat berkorban (iitsar), yaknui mengutamakan orang lain atas diri sendiri. Itu sebabnya, dalam Al-Quran, pun Allah Swt selalu menyandingkan shalat dengan memberi (infak). Shalat, meski disebut ibadah yang palng utama, tidak ada artinya jika tidak diikuti dengan aktivitas memberi. Dalam perspektif yang lebih dalam, shalat dikategorikan batal jika tidak memberikan dampak sosial.  Kisah fenomenal mengenai semangat pengorbanan tergambar dalam diri Nabi Ibrahim alaihis salam. Bayangkan, dalam satu riwayat, umurnya sudah mencapai 80 tahun dan belum dikaruniai anak. Ketika mendapatkan anak, kemudian Allah Swt memerintahkan agar anak yang ditunggu-tunggu kelahirannya itu disembelih. Dan perintah itu pun dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim dengan tanpa keraguan dan, sebaliknya, penuh dengan keikhlasan. Adakah pengorbanan yang lebih besar dari itu? Atas sebab pengorbanan tersebut, Nabi Ibrahim dijadikan sebagai teladan manusia  yang "hanif", yaitu manusia yang punya kecenderungan bersatu kepada Allah Swt. Hal ini membuktikan bahwa Nabi Ibrahim tidak hanya mengamalkan tauhid dalam arti literal, tetapi beliau telah mencapai derajat takwa yang tinggi. Dalam Al-Quran disebutkan berkaitan dengan ibadah kurban, "daging dan darah yang kita sembelih tidak akan sampai kepada Allah Swt.” Yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan pelakunya. Terjemahan arti takwa yang paling tepat adalah kesadaran akan Allah Swt di mana pun kita berada, sehingga kita akan selalu berupaya untuk berbuat sesuatu yang menyenangkan Allah Swt.


Manusia sejatinya adalah percikan ruh Allah Swt, yang dibungkus oleh fisik. Fitrah manusia pun, disebut oleh Allah, diciptakan atas model fitrah Alah. Nah, fitrah asasi Allah Swt. adalah cinta. Nabi pernah bersabda, ”Allah adalah cinta.” Dan hakikat cinta adalah semangat memberi dan berkorban. Jadi, pada dasarnya fitrah manusia adalah memberi. Kebahagiaannya terletak pada kesesuaian cara hidupnya dengan fitrah memberi ini, Jika tidak memberi, fitrahnya akan sengsara, dan kebahagiaan akan menjauh darinya. Sebalikna, dengan banyak memberi, kita menjamin kebahagiaan hidup kita sendiri. Sayangnya, fisik yang membungkus ruh kita ini, sering menutupi fitrah itu dengan kecenderungan mengumbar nafsu dan egoisme, dan membuat kita lupa pada fitrah kita tersebut.


Pembungkusan fisik ini juga membuat kita lupa bahwa soul mate kita sesungguhnya adalah Allah Swt. Maka, ketika di dunia ini kita jauh dari Allah Swt, terkadang kita tidak selalu langsung merasakan kesedihan. Khususnya bagi orang-orang yang sudah telanjur tumpul mata-hatinya. Tapi jika kelak kita hidup di alam barzakh – yang di dalamnya daya ruhani kita menguat -- dan cara hidup kita di dunia menjauhkan kita dari dari Allah Swt, maka kesedihan yang mendalam akan muncul. Lebih-lebih ketika kita berada di akhirat, dengan kehidupan yang sepenuhnya bersifat ruhani. Saat itu secara otomatis kita menyadari bahwa kekasih kita sesungguhnya adalah Allah Swt. Mengenai saat itu, Allah Swt mengatakan, "wa hush-shila maa fish-shudur" (dan diungkap semua yang ada di dalam dada). Maka, yang terpenting yang akan diungkap-Nya adalah bahwa kekasih kita itu adalah Allah Swt. Dan ketika itu kita harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Allah Swt jauh dari kita. Itulah sesungguhnya neraka. Sedang surga adalah kedekatan kita padanya, berkat terlatihnya hati kita dari kemenangan perjuangan melawan nafsu dan egoisme. Memang,  neraka adalah kondisi dimana manusia dirundung kesedihan yang amat mendalam karena merasa jauh dari Allah Swt dan merasakan dahsyatnya siksa-Nya, sedangkan surga itu dekatnya kita dengan Allah SWT dan kita mendapatkan kenikmatan yang tiada habisnya. 


Kesimpulannya, agar kita bisa hidup bahagia di dunia, di alam barzakh dan di akhirat,  maka cara praktisnya adalah dengan cara menjaga kedekatan kita dengan Allah Swt. Di dunia akan bahagia, di barzah kita lebih bahagia, dan di akhirat kita akan mendapat kebahagiaan tertinggi karena kita akan terus bersatu dengan kekasih kita, yaitu Allah Swt. Dan satu-satunya jalan agar kita dekat dengan kekasih kita,  Allah Swt,  adalah dengan memberi dan mengorbankan milik kita bagi orang-orang lain yang membutuhkan uluran tangan kita. Wallahu a’lam bi ash-shawab.


Sumber : mizan.com




Saturday 26 May 2012

Mutiara Nasehat No. 191-200


بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ



Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien

191.  Menjenguk saudara dengan ikhlas
“Barang siapa yang menjenguk saudara seimannya karena Allah, bukan karena selain-Nya, demi mengharap pahala-Nya dan segala yang telah dijanjikan kepadanya, maka Allah azza wa jalla akan memerintahkan tujuh puluh ribu malaikat untuk menjaganya dari sejak ia keluar dari rumah hingga ia kembali ke rumahnya seraya berkata kepadanya: ‘Engkau adalah orang baik (baca : beruntung) dan surga adalah sesuai denganmu. Engkau telah membangun rumah di sana”.(Nasehat Imam Kazhim)

192. Tak sempurna tanpa harga diri
“Tidak sempurna agama orang yang tidak memiliki harga diri, dan tidak memiliki harga diri orang yang tidak berakal. Sesungguhnya orang yang paling agung nilainya adalah orang yang tidak menganggap dunia sebagai satu nilai baginya. Ingatlah, harga badanmu ini adalah surga, jangan engkau menjualnya dengan selainnya”.(Nasehat Imam Kazhim)

193. Menjaga diri
“Barang siapa yang menjaga dirinya untuk tidak mempermalukan orang lain, maka Allah akan mengampuni kesalahannya pada hari kiamat, dan barang siapa yang menahan kemarahannya terhadap orang lain, maka Allah akan menahan murka-Nya terhadapnya pada hari kiamat”.(Nasehat Imam Kazhim)

194. Sarana paling baik bertaqorub
“Sarana paling baik yang dapat digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah adalah shalat, berbakti kepada kedua orang tua, meninggalkan sifat dengki, sombong dan bangga diri”.(Nasehat Imam Kazhim)

195.  orang berakal
“Sesungguhnya orang yang berakal tidak akan berbohong meskipun hal itu tidak sesuai dengan hawa nafsunya”.(Nasehat Imam Kazhim)



196. hikmah yang besar
“Sedikit berbicara adalah sebuah hikmah yang amat besar. Oleh karena itu, hendaklah kalian banyak diam, karena banyak diam adalah satu ketenangan hidup dan satu faktor yang dapat meringankan dosa”.(Nasehat Imam Kazhim)

197. Allah mengharamkan surga bagi pencela
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan surga bagi pencela yang tak tahu malu dan tidak memikirkan apa yang keluar dari mulutnya serta apa yang dikatakan orang lain kepadanya”.(Nasehat Imam Kazhim)

198. Hati-hati dengan kesombongan
“Hati-hatilah terhadap sifat sombong! Karena tidak akan masuk surga orang yang di hatinya tersimpan setitik kesombongan”.(Nasehat Imam Kazhim)

199. berusaha membagi waktu
“Berusahalah untuk membagi waktu kalian dalam empat bagian: satu bagian untuk bermunajat kepada Allah, satu bagian untuk mencari rezeki, satu bagian untuk menjenguk para saudara seiman yang dapat dipercaya untuk memberitahukan aib-aib yang ada pada dirimu dan sahabat setiamu lahir-batin, dan satu bagian untuk menikmati kenikmatan yang kalian miliki asalkan tidak haram. Dengan menggunakan bagian keempat ini kalian akan mampu melaksanakan tiga bagian di atas”.(Nasehat Imam Kazhim)
  
200. duduk bersama orang beragama
“Duduk bersama orang yang beragama adalah sebuah kemuliaan dunia dan akhirat, dan bermusyawarah dengan orang berakal dan ahli nasihat adalah sebuah berkah, petunjuk dan taufik dari Allah. Jika ia menentukan sebuah solusi, maka janganlah menentangnya, karena hal itu akan mengundang kecelakaan bagimu”.(Nasehat Imam Kazhim)





Wednesday 23 May 2012

Mutiara Nasehat No. 181-190

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien






181. Berdo'alah terus menerus
“Demi Allah, seorang hamba tidak berdoa kepada-Nya terus menerus kecuali Ia akan mengabulkannya”.(Nasehat Imam Baqir)

182. Banyak berdo'a
“Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang banyak berdoa. Oleh karena itu, berdoalah pada waktu ashar hingga matahari terbit, karena pada waktu itu pintu-pintu langit terbuka, rezeki-rezeki dibagikan dan hajat-hajat penting dikabulkan”(Nasehat Imam Baqir)

183. Do'a yang paling cepat terkabul
“Doa yang paling cepat dikabulkan adalah doa seorang hamba untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya”.(Nasehat Imam Baqir)

184. Mata yang tidak akan menangis
“Semua mata pasti akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga mata: mata yang bangun malam di jalan Allah, mata yang menangis karena takut kepada-Nya dan mata yang tidak pernah melihat hal-hal yang diharamkan oleh Allah”.(Nasehat Imam Baqir)

185. Perumpamaan orang tamak
“Perumpamaan orang yang tamak bagaikan ulat sutra. Ketika sutra yang melilitnya bertambah banyak, sangat jauh kemungkinan baginya untuk bisa keluar sehingga ia akan mati kesedihan di dalam sarangnya sendiri”.(Nasehat Imam Baqir)

186. Yang paling celaka
“Hamba yang paling celaka adalah hamba yang berwajah dan bermulut dua; ia memuji saudaranya di hadapannya dan menghibahnya di belakangnya, jika saudaranya itu dianugerahi nikmat, ia iri dan jika ia ditimpa musibah, ia menghinanya”.(Nasehat Imam Baqir)

187. Membinasakan diri 
“Orang-orang membinasakan diri mereka sendiri jika dalam diri mereka terdapat kebiasaan buruk, sombong, tamak dan hasud.” (Nasehat Imam Hasan al-Mujtaba)

188. Dua hujjah
“Sesungguhnya Allah memiliki dua hujjah atas manusia: hujjah lahiriah dan hujjah batiniah. Hujjah lahiriah adalah para utusan-Nya dan hujjah batiniah adalah akal manusia (yang digunakan untuk membedakan mana benar mana salah)”.(Nasehat Imam Kazhim)

189. Kekuatan akal
“Sabar dalam kesendirian adalah tanda kekuatan akal. Barang siapa yang merenungkan tentang Allah, ia akan menjauhi orang-orang yang mencintai dunia dan menginginkan apa yang ada di sisi Tuhannya, Allah adalah penenangnya dalam ketakutan, temannya dalam kesendirian, kekayaannya dalam kefakiran dan kemuliaannya di hadapan selain kerabatnya”.(Nasehat Imam Kazhim)

190. Kekayaan tanpa harta
“Barang siapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, terselamatkan dari sifat iri dengki dan keselamatan dalam agama, hendaknya ia merendahkan diri di hadapan Allah ketika meminta kepada-Nya (dan mintalah kepada-Nya untuk) menyempurnakan akalnya. Barang siapa yang akalnya telah sempurna, maka ia akan merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya. Barang siapa yang merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia akan merasa kaya. Dan barang siapa yang tidak merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia tidak pernah merasakan kekayaan sama sekali”.(Nasehat Imam Kazhim)



Mutiara Nasehat No. 171-180

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien




171. Ibadah terbaik 
“Ibadah yang terbaik adalah menjaga perut dan kemaluan.”.
(Nasehat Imam Baqir)

172.  Yang mengenal Allah
“Tidak akan bermaksiat kepada Allah orang yang mengenal-Nya (dengan baik dan benar)”.
(Nasehat Imam Baqir)

173. Hisab sesuai usaha akal
“Sesungguhnya Allah akan menghisab hamba-hamba-Nya pada hari kiamat sesuai dengan kadar akal (mengamalkan ilmunya) yang telah dianugerahkan kepada mereka di dunia.”(Nasehat Imam Baqir)

174. Pahala mengajarkan ilmu
“Sesungguhnya pahala orang yang mengajarkan ilmu adalah seperti pahala orang yang belajar darinya, dan ia masih memiliki kelebihan darinya. Oleh karena itu, pelajarilah ilmu dari ahlinya dan ajarkanlah kepada saudara-saudaramu sebagaimana ulama telah mengajarkannya kepadamu”.(Nasehat Imam Baqir)

175. Fatwa tanpa ilmu
“Barang siapa yang mengeluarkan fatwa tanpa ilmu yang cukup, maka ia akan dilaknat oleh malaikat rahmat dan azab serta dosa orang yang mengamalkan fatwanya akan dipikul olehnya”.(Nasehat Imam Baqir)

176. Ilmu untuk debat
“Orang yang mencari ilmu dengan tujuan mendebat ulama (lain), mempermalukan orang-orang bodoh atau mencari perhatian manusia, maka bersiap-siaplah untuk menempati neraka. Kepemimpinan tidak berhak dimiliki kecuali oleh ahlinya”.(Nasehat Imam Baqir)

177. Faqih 
“Faqih yang sebenarnya adalah orang yang zahid terhadap dunia, rindu akhirat dan berpegang teguh kepada sunnah Rasulullah SAW”.(Nasehat Imam Baqir)

178. bergurau tanpa mencela
“Sesungguhnya Allah azza wa jalla menyukai orang-orang yang suka bergurau dengan orang lain dengan syarat tanpa cela-mencela”.(Nasehat Imam Baqir)

179. Tiga kriteria
“Tiga kriteria yang penyandangnya tidak akan meninggal dunia kecuali ia telah merasakan siksanya: kezaliman, memutuskan tali silaturahmi dan bersumpah bohong, yang dengan sumpah tersebut berarti ia telah berperang melawan Allah”.(Nasehat Imam Baqir)

180. Sesuatu yang paling utama
“Sesuatu yang paling utama di sisi Allah adalah engkau meminta segala yang dimiliki-Nya”.(Nasehat Imam Baqir)

Mutiara Nasehat No. 161-170

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien




161. Jika .. Maka..

“Jika mulut seseorang berkata jujur, maka perilakunya akan bersih, jika niatnya baik, maka rezekinya akan ditambah, dan jika ia berbuat baik kepada keluarganya, maka umurnya akan ditambah”.(Nasehat Imam Baqir)



162. Jangan malas dan marah

“Janganlah malas dan suka marah, karena keduanya adalah kunci segala keburukan. Barang siapa yang malas, ia tidak akan dapat melaksanakan hak (orang lain), dan barang siapa yang suka marah, maka ia tidak akan sabar mengemban kebenaran”.(Nasehat Imam Baqir)



163. Orang yang paling menyesal 

“Orang yang paling menyesal di hari kiamat adalah orang yang berbicara keadilan dan kebenaran akan tetapi ia sendiri tidak melaksanakannya”.(Nasehat Imam Baqir)



164. Silaturahim

“Silaturahmi dapat membersihkan amalan, memperbanyak harta, menghindarkan bala`, mempermudah hisab (di hari kiamat) dan menunda ajal tiba”.(Nasehat Imam Baqir)



165. Ucapkan kata yang terbaik

“Ucapkanlah kepada orang lain kata-kata terbaik yang kalian senang jika mereka mengatakan itu kepadamu”.(Nasehat Imam Baqir)



166. hadian berupa cobaan

“Allah akan memberikan hadiah bala` (berupa ujian dan cobaan) kepada hamba-Nya yang mukmin sebagaimana orang yang bepergian akan selalu membawa hadiah bagi keluarganya, dan menjaganya dari (godaan) dunia sebagaimana seorang dokter menjaga orang yang sakit”.(Nasehat Imam Baqir)



167. Bersikaplah wala' 

“Bersikaplah wara’, berusahalah selalu, jujurlah, dan berikanlah amanat kepada orangnya, baik ia adalah orang baik maupun orang fasik. Seandainya pembunuh Ali bin Abi Thalib a.s. menitipkan amanat kepadaku, niscaya akan kuberikan kepadanya”.(Nasehat Imam Baqir)



168. Ghibah

“Ghibah adalah engkau membicarakan aib (yang dimiliki oleh saudaramu) yang Allah telah menutupnya (sehingga tidak diketahui oleh orang lain), dan menuduh adalah engkau membicarakan aib yang tidak dimiliki olehnya”.(Nasehat Imam Baqir)



169. Allah membenci pencela

“Allah membenci pencela yang tidak memiliki harga diri, karena berani mencela sementara dia sendiri tidak merasa lebih tercela daripada yang dicela ”.(dari Nasehat Imam Baqir)



170.  Tawadhu'

“(Engkau dapat dikatakan rendah hati jika) engkau rela duduk di sebuah majelis yang lebih rendah dari kedudukanmu, mengucapkan salam kepada orang yang kau jumpai, dan menghindari debat meskipun engkau benar”.(Nasehat Imam Baqir)

Mutiara Nasehat No. 151-160

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien




151. Puncak Keteguhan

“Sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.”

(Nasehat Imam Ja'far)


152. kemuliaan manusia terletak pada ketakwaan

"Seorang laki-laki seringkali mendatangi Imam Ja‘far as, kemudian dia tidak pernah lagi datang. Tatkala Imam as menanyakan keadaannya, seseorang menjawab dengan nada sinis, “Dia seorang penggali sumur.” Imam as membalasnya, “Hakekat seorang lelaki ada pada akal budinya, kehormatannya ada pada agamanya, kemuliannya ada pada ketakwaannya, dan semua manusia sama-sama sebagai Bani Adam.”(Nasehat Imam Ja'far)


153. hati-hatilah dengan orang yang teraniaya

“Hati-hatilah terhadap orang yang teraniaya, karena doanya akan terangkat sampai ke langit.”(Nasehat Imam Ja'far)





154. Ulama Su'u

“Ulama adalah kepercayaan para rasul. Dan bila kau temukan mereka telah percaya pada penguasa, maka curigailah ketakwaan mereka.”(Nasehat Imam Ja'far)


155. Tiga perkara 

“Tiga perkara dapat mengeruhkan kehidupan: penguasa zalim, tetangga yang buruk, dan perempuan pencarut (banyak mulut). Dan tiga perkara yang tidak akan damai dunia ini tanpanya, yaitu keamanan, keadilan, dan kemakmuran. Semua itu hanya didapat bila setiap umat islam konsekuen dengan syari'at islam” (Nasehat Imam Ja'far)





156. Tamak

“Alangkah mungkin orang yang tamak kepada dunia akan mendapatkannya di dunia. Akan tetapi, ketika ia mendapatkan seluruhnya, dunia itu akan menjadi bala` baginya dan ia menjadi sengsara karenanya. Dan alangkah mungkin seorang membenci urusan akhirat. Akan tetapi, ia dapat menggapainya kemudian dan ia hidup bahagia karenanya”.(Nasehat Imam Baqir)


157. Kesabaran dan ilmu

“(Jika sesuatu digabung dengan yang lain), tidak ada gabungan yang lebih indah dari kesabaran yang digabung dengan ilmu”.(Nasehat Imam Baqir)



158. Kemuliaan dunia dan akhirat

“Tiga hal adalah kemuliaan dunia dan akhirat: memaafkan orang yang menzalimimu, menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, dan sabar ketika engkau diperlakukan sebagai orang bodoh”.(Nasehat Imam Baqir)


159. Seorang yang lebih utama 

“Seorang alim yang dapat dimanfaatkan ilmunya lebih utama dari tujuh puluh ribu ‘abid”.(Nasehat Imam Baqir)



160. Dikatakan alim bila...

“Seorang hamba bisa dikatakan alim jika ia tidak iri kepada orang yang berada di atasnya dan tidak menghina orang yang berada di bawahnya”.(Nasehat Imam Baqir)

Thursday 17 May 2012

MUTIARA NASEHAT 141-150

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien



141. Jangan merasa aman dari makar Allah
“Menunda-nunda taubat adalah semacam menipu diri sendiri, Selalu berjanji yang tidak pernah ditepati adalah semacam kebingungan (bathin), Mencari-cari alasan (untuk menolak hukum syari'at) dihadapan Allah adalah kehancuran, dan melakukan maksiat terus-menerus adalah merasa aman dari makar-Nya. “Maka tidak akan merasa aman dari makar Allah kecuali kaum yang fasik”.(Nasehat Imam Jawad)

142. jangan membenarkan seluruh ucapan manusia
“Barang siapa yang mendengarkan kepada seorang pembicara (dan seraya mengikuti semua ucapannya) sesungguhnya ia telah menyembahnya (karena telah dianggap membenarkan semua ucapan manusia padahal manusia pasti banyak kesalahannya). Jika pembicara tersebut berasal dari Allah ( yaitu seperti rasulullah, para sahabatnya, alim ulama dan nasehat yang baik yang sesuai dengan ajaran islam), maka ia telah menyembah Allah, Tetapi jika pembicara tersebut berbicara atas nama Iblis (yang mengajak-ajak kepada kemungkaran), maka ia telah menyembah Iblis tersebut”
(Nasehat Imam Jawad)

143.  Anugrah dari Allah 
“Jiwa dan seluruh harta kita adalah anugerah Allah yang sangat berharga dan pinjaman dari-Nya yang telah dititipkan (kepada kita). Segala yang dianugerahkan kepada kita adalah pembawa kebahagiaan dan kesenangan, dan segala yang diambilnya (dari kita), pahalanya akan tersimpan. Barang siapa yang kemarahannya mengalahkan kesabarannya, (atau sifat pamernya mengalahkan keihlasannya) maka pahalanya telah sirna. Dan kami berlindung kepada Allah dari hal itu”
(Nasehat Imam Jawad)

144. Kebenaran adalah petunjuk dari Allah
"Ambilah nasehat yang baik dari orang lain walaupun orang itu tidak mengamalkannya. Karena sesungguhnya kebenaran itu petunjuk dari Allah meskipun keluar dari sesuatu yang paling kotor sekalipun"
(Ashabul Muslimin)

145. Mengontrol diri sendiri
“Kuwasiatkan lima hal kepadamu jika diamalakan maka hidupmu akan menjadi tenang  :
1. jika engkau dizalimi, jangan (membalas) berbuat zalim,
2. jika mereka mengkhianatimu, janganlah engkau (membalas) berkhianat,
3. jika engkau dianggap pembohong, janganlah lekas marah,
4. jika engkau dipuji, janganlah gembira, dan
5. jika engkau dicela, kontrollah dirimu (jangan balas mencela)
(Nasehat Imam Baqir)

146.  seorang bersama dengan yang dicintai
"Nabi pernah bersabda orang akan ikut serta dengan yang dicintainya pada hari kiamat. jika yang dicintainya ahli surga maka dia akan ikut kesurga jika yang dicintainya masuk neraka maka sesungguhnya akan ikut juga keneraka. maka sebaik-baik cinta adalah kepada rasulullah (sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah). Karena beliau sudah dijamin oleh Allah pasti masuk surga".
(ashabul muslimin dari hadits nabi)

147. Merasakan keutamaan ilmu
“Seseorang takkan bisa merasakan manfaat (keutamaan) dari ilmu yang dia pelajari sebelum diamalkan apa yang dipelajari”.(Ashabul muslimin)

148. 11 kunci 
"Menurut Imam Ibnu Qoyyim kehidupan ini mempunyai 11 kunci yaitu ;
1. kunci shalat adalah kesucian
2. kunci ibadah haji adalah ihram
3. kunci kebaikan adalah kejujuran
4. kunci surga adalah tauhid
5. kunci ilmu adalah bertanya dan menyimak dengan baik
6. kunci pertolongan adalah sabar
7. kunci bertambahnya rejeki adalah syukur
8. kunci di-ijabahnya permintaan adalah doa
9. kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan RasulNya
10. kunci semua kebaikan adalah mencintai Allah dan mendahulukan kampung akhirat
11. kunci kejelekan adalah cinta dunia dan panjang angan-angan (ambisi berharta sebanyak-banyaknya dan berkuasa setinggi-tingginya diatas dunia)
(dikutip dari kitab khadil Arwah karya Ibnu Qoyim)

149. waspada kepada 3 orang
“Waspadalah terhadap tiga orang: pengkhianat, pelaku zalim, dan pengadu domba. Sebab, seorang yang berkhianat demi dirimu, ia akan berkhianat terhadapmu dan seorang yang berbuat zalim demi dirimu, ia akan berbuat zalim terhadapmu. Juga seorang yang mengadu domba demi dirimu, ia pun akan melakukan hal yang sama terhadapmu.”
(Nasehat Imam Ja'far)

150. 3 sikap sumber kebaikan
“Tiga manusia adalah sumber kebaikan: manusia yang mengutamakan diam (tidak banyak bicara), manusia yang tidak melakukan ancaman, dan manusia yang banyak berzikir kepada Allah.”(Nasehat Imam Ja'far)





Sya'ir Muslimin : di sia-siakannya Amanat

Disia-siakannya Amanat




Lihatlah keadaan dunia yang hampir sekarat
Dunia yang dikuasai setan-setan terlaknat
banyak penghianat malah diberi amanat
yang jujur malah dipecat
akhirnya yang jadi korban adalah rakyat
 Semakin lama semakin melarat

 Banyak rakyat yang sekarat
 jadi korban kebuasan nafsu para konglomerat
Aparat bukan jadi pengayom rakyat
 justru jadi makhluk keparat
yang kerjaannya menindas rakyat

inilah yang disebutkan oleh nabi muhammad
bahwa salah satu tanda kiamat
adalah disia-siakan amanat
para pemimpin tak peduli lagi nasib masyarakat
lebih suka menuruti nafsu syahwat
menhambur-hamburkan harta untuk hal yang mudharat
sementara banyak rakyat yang sekarat
karena kelaparan yang sudah sangat gawat

wahai para penipu amanat
Ingatlah  konsekuensi diakhirat
azab yang sangat berat
bagi para munafiq pengkhianat
yang suka menjual belikan amanat
digadai kesenangan dunia yang sesaat

(oleh : www.ashabul-muslimin.tk)

Wednesday 16 May 2012

Mutiara Nasehat No. 131-140

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ


Kata mutiara nasehat ini Terinspirasi dari mutiara Qur'an , hadits dan perkataan ulama. jika ada yang salah mohon dimaafkan yang sebesar-besarnya. Tujuan kami hanyalah semakin mempermudah pemahaman kita dalam mempelajari ajaran agama islam. semoga bermanfaat amiien



131. Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tua
“Ridho Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tuanya dan murka Allah juga diakibatkan kemurkaan orang tuanya." 
Maka walaupun punya amal shalih setinggi langit namun dengan orang tua tidak baik / durhaka jangan berharap masuk surga, dan tidak jarang orang yang amal shalihnya pas-pasan bisa masuk surga sebab ridho orang tua karena semasa hidupnya berbakti kepada keduanya".
(ashabul muslimin)

132. 5 hal yang membuat keluarga sakinah dan bahagia
Rasulullah memberi wasiat  “Ada 5 hal yang membuat keluarga bahagia, InsyaAllah yaitu : keluarga yang senang mempelajari ilmu- ilmu agama, yang muda-muda menghormati yang tua-tua, harmonis dalam kehidupan, hemat dan hidup sederhana, menyadari cacat-cacat (kekurangan) mereka dan segera meminta maaf dan melakukan taubat.”
(Hadit Rasulullah riwayat Ad-dailamy)

133. Buku adalah peradaban
"Buku adalah peradaban dunia karena Buku adalah gudang pengetahuan. tanpa pengetahuan manusia tak punya peradaban. Tetapi banyak orang sekarang ini meremehkan budaya membaca, padahal dalam al-Qur'an sendiri pertama diturunkan adalah perintah untuk belajar dan membaca. Inilah awal runtuhnya sebuah peradaban manusia jika sudah terlalu banyak orang mengabaikan buku dan memilih menghabiskan waktunya untuk hal yang main-main dan sia-sia". 
(Ashabul Muslimin)

134. Bencilah dengan sewajarnya
"Jika anda benci seseorang bencilah dengan sewajarnya janganlah menyimpan dendam, karena memang sifat cinta dan benci tidak bisa dihilangkan dari fitrah manusia. hidup penuh dengan kebencian hanya akan menambah racun dalam hati yang akan membuat hidup terasa sempit. bersabar itu lebih baik dan lebih melatih kedewasaan dan tentunya mendapatkan pahala yang besar dari Tuhan Semesta Alam".
(Ashabul Muslimin)

135. Cintailah sewajarnya
"jika anda mencintai seseorang cintailah sewajarnya jangan berlebihan karena hanya akan membuat hati anda tertawan, buta mata, buta hati dan hilang akal sehat. apalagi cinta sesuatu yang melebihi cinta kepada Allah hal itu merupakan sebagian dari syirik. Karena kalau sudah cinta berlebihan (cinta buta) maka mana yang benar dan mana yang salah sudah takbisa lagi membedakan karena hatinya sudah tertawan setan"
(ashabul muslimin)

136. Bumi adalah ibu dari jasad manusia
"Bumi ini adalah seperti ibu bagi jasad manusia karena setiap manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali pula kedalam tanah, imam malik pernah berkata tentang 10 hal yang diwasiatkan oleh bumi  yang harus kita ingat selama hidup didunia yaitu ....
1. ‘wahai anak cucu adam, kamu berjalan di atasku, ingatlah tempat kembalimu di dalam perutku’.
2. ‘kamu melakukan maksiat dan dosa-dosa di atasku, ingatlah kamu akan diseksa dalam perutku’.
3. ‘kamu banyak bersendau gurau di atasku, ingatlah kamu banyak akan menangis dalam perutku’.
4. ‘kamu memakan barang haram di atasku, ingatlah cacing akan memakan kamu di dalam perutku’.
5. ‘kamu bergembira di atasku, ingatlah kamu akan merasa susah dalam perutku'.
6. ‘kamu menggunakan barang-barang haram di atasku, ingatlah kamu akan hancur dalam perutku’.
7. ‘kamu bersikap sombong di atasku, ingatlah kamu akan menjadi hina dina dalam perutku’.
8. ‘kamu berjalan dengan bersukaria di atasku, ingatlah kamu akan merasa kesedihan dalam perutku’.
9. ‘kamu berjalan diterangi cahaya di atasku, ingatlah kamu akan kegelapan di dalam perutku’.
10.’kamu berada dalam keramaian (bersama orang-orang) di atasku, ingatlah kamu akan duduk bersendirian dalam perutku’.
(Ashabul Muslimin dikutip dari atsar imam malik)

137. Panggilan dari kubur
"Ketahuilah, setiap hari kubur akan memanggil manusia sebanyak 5 kali:
1. ‘Aku adalah rumah yang sunyi dan keseorangan. Bagi memeriahkannya hendaklah kamu membaca Al-Quran’.
2. ‘Aku adalah rumah yang gelap gelita. Terangilah aku dengan sembahyang malam’.
3. ‘Aku adalah rumah yang dipenuhi dengan habuk dan debu. Hendaklah kamu membawa bekal taqwa dan amal-amal soleh’.
4. ‘Aku adalah rumah yang dipenuhi ular. Bawalah pendinding yaitu bacaan "Bismillahirrahmanirrahim" hingga mencucurkan air mata’.
5. ‘Aku adalah rumah pertanyaan Mungkar Nakir. Perbanyakkanlah membaca ‘Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah’ agar kamu dapat memberi jawapan kepadanya’.
Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya alam kubur itu adalah tahap pertama untuk alam akhirat’.(Hadits Riwayat Tirmidzi, Malik dan Hakim)

138. Kematian pasti datang
"Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
(Q.s Al-Jumu'ah ayat 8)

139. Bersihkan hati dan jiwa
"Bersihkan hatimu dengan memperbanyak istighfar, bersihkan jiwamu dengan berdzikir dan selalu  mengingat mati, karena setiap jiwa yang kotor (dengan dosa) tidak pantas menemui Allah Ta'ala". (Ashabul Muslimin)

140. Kesempurnaan
“Kesempurnaan yang paling sempurna adalah tafakkuh (mendalami) agama, sabar menghadapi musibah dan ekonomis (hemat dan perhitungan) dalam mengeluarkan segala kebutuhan hidup”.
(Nasehat Imam Baqir)





MENGENAL PENCETUS SYI’AH (ABDULLAH BIN SABA' )







Oleh :

Mei 2012





Pendahuluan


Dengan idzin Allah, selesailah terjemahan buku karya Dr. Sa'diy Al-Hasyimi. Buku ini merupakan jawaban atas pendapat yang mengatakan, bahwa Ibnu Saba' hanyalah sekedar mitos atau ilusi. Penulis ingin menyampaikan pada pembaca, bahwa Ibnu Saba' mempunyai wujud yang nyata. Memang, banyak  buku yang telah ditulis, di mana di satu pihak menentang Syi'ah, sedang di pihak lain mendukung Syi'ah, dalam arti bahwa Syi'ah masuk dalam konteks besar kaum Muslimin.


Terlepas dari masalah pro dan kontra, kami terjemahkan buku ini guna menjadi studi perbandingan dengan buku-buku yang telah beredar lebih dahulu. Dengan maksud, agar dalam membaca, kaum Muslimin tidak hanya menelan mentah-mentah apa yang dibacanya, namun hendaklah menganalisa terlebih dahulu, agar tidak ceroboh dalam mengatakan mana yang salah dan mana yang benar. Sehingga kebenaran tidak sekedar sebagai kata-kata yang diucapkan, tetapi hendaknya menjadi bukti bahwa yang benar memang benar dan harus ditegakkan. Dalam membaca sesuatu, haruslah kita membacanya dengan hati terbuka.


Karena hal itu akan menyampaikan kita pada kebenaran dan kita harus menerima kebenaran dari mana pun datangnya. Sebagai penterjemah buku ini,hanya satu harapan kami, agar kaum Muslimin tetap bersatu di bawah naungan Al-Qur'an. Karena berbagai sekte dalam Islam hanyalah ciptaan manusia, sedang ciptaan Allah adalah "Al-Islam". Wassalam Mazi Salman Zeid Husein  Alhamid.


A.   Abdullah Bin Saba’ Bukan Tokoh Fiktif  (Khayalan)

 Abdullah bin Saba' adalah sebuah nama dari pribadi seorang Yahudi yang jahat. Dia memainkan peran demikian riskan, yaitu menanam benih kejahatan yang menyebar di antara kaum munafik, rasialis, serta mereka yang mempunyai tendensi tertentu. Semua telah sepakat atas realita eksistensinya, baik para ahli hadits, ahli jarh dan ta'dil.


Sejarawan, penulis buku-buku tentang berbagai aliran, agama,sekte-sekte, sastrawan serta para penulis kitab khusus mengenai beberapacabang ilmu pengetahuan. Abdullah bin Saba', atau yang dijuluki dengan Ibnu Sauda mulai memeluk Islam pada masa kekhalifahan Utsman r.a. serta menampakkan kebaikan danmengadakan pendekatan kepada Ali bin Abi Thalib r.a. Demi mewujudkan ambisi busuknya, yaitu meretakkan ketaatan kaum muslimin terhadap para imam mereka, maka ia masuk dari negeri yang satu ke negeri lainnya.


Langkah awalnya bermula di Hijaz, kemudian Basrah, Kufah, kemudian ketika ia memasuki Damsyiq (Damaskus), ia mengalami kegagalan. Ia tidak dapat mewujudkan ambisinya atas ahli Syam, bahkan mereka mengusirnya dari kawasan tersebut. Hal itu membuat langkahnya tertuju ke Mesir, untuk kemudian menetap di sana. Di tempat ini Abdullah bin saba’ mulai mengadakan komunikasi melalui surat dengan orang munafik dan para pendengki yang ingin melampiaskan dendam mereka atas khalifah kaum Muslimin. ia mulai mengumpulkan para pendukung dan mengorganisir mereka. Kemudian, Abdullah bin Saba' mulai meniupkan kepercayaannya yang jahat dan menaburkan benih-benih pembangkangan dan penentangan, hingga mereka berani melakukan pembunuhan atas khalifah ketiga yaitu yang bernama Ali Bin Abi Thalib dia adalah seorang  menantu Rasulullah Sallallahu Alaihi wa Sallam.


Pengumpul Al-Qur'anul Karim; Utsman bin Affan, yang mati syahid dalam rumahnya sendiri,semoga Allah meridhainya. Mereka melakukan itu tanpa sedikitpun memperdulikan kehormatan kota Rasulullah (Medinah), tanpa memperdulikan keadaannya yang ketika itu sedang membaca Al-Qur'an serta tidak pula memperdulikan asyyahrul haram (bulan yang dihormati).
Mereka yang sedikit berakal dan berilmu tidakakan mengingkari realitaini, kecuali hanya sedikitorang pada era ini. Di antaranya adalah kaum orientalis yang dendam dan orang-orang yang mengikuti mereka, dan mendekatkan diridengan sekte-sekte dan ide-ide mereka serta yang berbicara satu bahasa denganmereka, atau muslim yang bodoh, atau penentang fanatik dari sebagian kaumSyi'ah era ini. Mereka tidak memperdulikan suatu kebenaran yang telah jelas dan berpegang teguh pada pendapa~pendapat yang kontroversial, yangsesungguhnya lebih lemah dari sarang laba-laba.


B.   Sikap para Orientalis Kepada Abdullah Bin Saba’

Para Orientalis Barat mengingkari realita adanya Abdullah bin Saba'. Mereka mengatakannya sebagai tokoh fiktif, sekedar imajinasi para ahli hadits abad kedua. Di antara para orientalis yang mengingkari realita tersebut adalah:Seorang Yahudi Britania, Dr. Bernard Lewis' seorang Yahudi Jerman yang memulai studinya dengan Teologi, Yulius Wellhausen seorang Amerika Friedlaender serta seorang Itali, Caetani Leone Bagi orang-orang berakal dan bijak telah tahu pasti, bahwa dalam masalah agama kita, dogma kita, sejarah kita serta apa yang berkaitan dengan pusaka kita, tidaklah mungkin kita akan mengandalkan ocehan-ocehan serta berbagai kajian yang dilakukan oleh mereka yang menaruh dendam ini, yang bernaung di bawah panji perang Salib dan penyerang secara ideologis, bukan dengan cara-cara militer.


Jika niat mereka benar, niscaya Allah akan melapangkan dada mereka dengan iman, setelah mereka menyaksikan kesucian Islam. Tetapi sayang niat mereka adalah jelek, yaitu mereka menguras tenaga dan menghabiskan waktu mereka sia-sia demi menciptakan berbagai keraguan dan kebingungan terhadap segala yang berkenaan dengan Al-Qur'an, Sunnah, berbagai tatanan Islam serta Sejarah Islam. Mereka, kaum orientalis tersebut, mayoritas dari kaum Padri dan Yahudi. Pekerjaan serta program-program mereka diorganisir oleh gereja, atau Badan-badan Intelijen serta Departemen-departemen Luar Negeri. Sementara jumlah mereka yang benar- benar menyukai ilmu dan pengkajian relatif kecil.


C.   Ideologi Ibnu Saba' dan Berbagai Kesesatannya


Setelah menyebutkan kitab-kitab terpercaya dan menjadi andalan Syi'ah, akan kami sebutkan hal-hal urgen yang menjadi ideologi Ibnu Saba', di mana ia membawa dan meyakinkan pengikutnya pada masalah-masalah tersebut. Demikianlah, Ide-ide sesat ini menyusup ke dalam sekte-sekte Syi'ah.


a.    Ideologi Syi’ah


Sedang motivasi kami menggelar ideologi Yahudi ini dari kitab-kitab dan riwayat mereka tentang imam-imam yang ma'sum di kalangan mereka oleh karena mereka mengatakan:


§  Percaya kepada ismah para imam menjadikan hadits hadits yang berasal dari mereka sahih/benar, tanpa mengharuskan bersambungnya sanad tersebut dengan Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam, sebagaimana hal itu berlaku di kalangan ahli Sunnah.


§  Mereka juga mengatakan: Karena imam di kalangan Imamiah adalah ma'sum (suci dari dosa) padahal tak ada manusia yang bebas dari dosa kecuali rasulullah karena memang semua dosanya telah diampuni Allah. Karena hal itu maka mereka beranggapan tidak ada keraguan sedikit pun terhadap apa yang ia ucapkan.  Al Mamaqani berkata: "Semua hadits kami mutlak berasal dari imam yang ma'sum. " Kitab Al Mamaqani termasuk di antara kitab-kitab jarh dan ta'dil yang paling urgen di kalangan Syi'ah.




RIWAYAT KESESATAN  ABDULLAH BIN SABA’


Pertama, Abdullah Bin Saba’ ‘Mengaku’ Orang yang pertama mengetahui wasiat nabi bahwa Seharusnya Pengganti Nabi Muhamad saw adalah Ali ra.


Setelah penjelasan-penjelasan ini, yang mengharuskan satu kaum untuk menerima kabar-kabar yang diriwayatkan dalam kalangan-karangan mereka, maka akan kami sebutkan kesesatan-kesesatan utama yang disebarluaskan oleh Abdullah bin Saba', yaitu: Dia mengaku orang pertama yang berpendapat tentang adanya wasiat Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam untuk Ali, yaitu bahwa Ali adalah penggantinya atas umatnya setelah beliau berdasarkan nash yang diyakininya.  la adalah orang pertama yang menunjukkan sikap "bebas diri" terhadap musuh-musuh Ali r.a. dan menyatakan resistensi terhadap para penentangnya serta mengkafirkan mereka meskipun mereka muslim. Bukti akan kebenaran ungkapan tersebut bukan berasal dari buku sejarah Ath-Thobari, bukan pula dari jalan Saif bin Umar, tetapi berdasarkan riwayat An-Nubakhti, Al-Kasyi, Al-Mamagani, At-Tasturi dan para sejarawan Syi'ah lainnya.


Kedua, Abdullah Bin Saba’ Mengklaim dia adalah Pengganti Musa As.


Riwayat ini adalah dikutip dari tulisan ulama syi’ah abad 3 hijriyah yang bernama An-Nubakhti. Abdullah Bin Saba’ adalah tokoh musuh dalam selimut yaitu diam-diam dia menghancurkan islam dengan pura-pura masuk islam terlebih dahulu dia mempunyai  sifat  sama dengan sifat dedengkot kesesatan yaitu iblis laknatullah yang mempunyai sifat sombong, licik dan munafiq. Segolongan alim dari  para sahabat Ali r.a., bercerita bahwa pada mulanya Abdullah bin Saba' beragama Yahudi, kemudian masuk Islam dan berpihak kepada Ali r.a. .Ia pernah berkata  ketika ia masih memeluk agama Yahudi bahwa ia adalah pengganti Musa.  




Ketiga, Abdullah Bin Saba’ adalah pencetus agama rafidhah (syi’ah) yang menuhankan Ali ra.


Setelah Ibnu Saba' masuk Islam dan setelah wafatnya Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam, maka ia mengatakan hal yang sama tentang Ali r.a. dan ia adalah orang pertama yang menyiarkan tentang keharusan keimaman Ali r.a. setelah wafatnya rasulullah saw. dan menentang musuh-musuh Ali serta memusuhi orang orang yang tidak sepaham dengannya." Selanjutnya An-Nubakhti berkata: "Itulah sebabnya golongan yang menentang aliran Syi'ah mengatakan bahwa istilah Rafidhah berasal dari agama Yahudi. Pada kesempatan ini kami tunjukkan bahwa ide tentang wasiat yang menjadi andalan Ibnu Saba' telah disebutkan dalam Taurat, kitab ulangan pasal 18 dari kitab Perjanjian Lama yang isinya.  Tidak ada masa yang kosong dari Nabi pengganti Musa dan seperti Musa. Tiap-tiap Nabi mempunyai pengganti, yang hidup ketika Nabi tersebut masih ada.


Ketika menyebut tentang Sabaiah. Seorang ulama dahulu bernama An-Nubakhti berkata: "Mereka (kaum Sabaiah)  adalah para pendukung Abdullah bin Saba'. la termasuk mereka yang secara terang-terangan mencaci Abu Bakar, Umar, Utsman serta para sahabat dan menentang mereka. la berkata: "Sesungguhnya Ali r.a. yang menyuruh ia berbuat demikian." la adalah orang pertama yang mengatakan tentang ketuhanan Ali r.a. la adalah orang pertama yang mendakwahkan kenabian dari sekte-sekte Syi’ah yang ekstrim.  Sebagai bukti adalah apa yang diriwayatkan AlKasyi dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih Al-Qummi, ia berkata:


 "Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah bin Abu Khalaf Al Qussi, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh Utsman Al-'Abdi dari Yunus bin Abdurrahman dari Abdullah bin Sinan, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh ayahku dari Abu Jakfar r.a., bahwa Abdullah bin Saba' mendakwakan kenabian dan menganggap Amirul Ali r.a. sebagai Allah. Ketika berita tersebut sampai kepada Ali, maka dipanggilnya Ibnu Saba' dan ditanyakannya tentang pernyataannya tersebut. Abdullah bin Saba' mengakuinya dan berkata: "Ya, Engkaulah Allah. Telah diilhamkan dalam jiwaku, Engkau adalah Allah dan aku adalah Nabi." Ali r.a. berkata: "Celaka engkau, setan telah menipu dan menjerumuskanmu. Sadarlah kau! Buang pendapat sesatmu. Celaka kau! Bertaubatlah:'


 Namun, Abdullah menolak, lalu Ali memenjarakannya. Ketika Ali memberi kesempatan kepadanya untuk bertaubat dalam waktu tiga hari, maka Abdullah tetap menolak, lalu Ali menghukum mati dengan membakarnya. Namun yang benar Ali mengasingkannya ke kota Al-Madain, setelah dimintakan pertolongan untuknya sebagaimana yang akan kami jelaskan dalam sikap Imam Ali terhadap Abdullah bin Saba'. Berkata Imam Ali: "Setan telah menggodanya, ia datang kepadanya dan membisikkan hal tersebut ke dalam  Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya juga dari Muhammad bin Quluwaih, ia berkata: "Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku  oleh  Ya'qub bin  Yazid dan Muhammad bin Isa dari Ibnu Abi Umair dari Hisyam bin Salim, ia berkata: Aku mendengar Abu Abdillah r.a. berkata:  Dan ia bercerita kepada sahabat-sahabatnya tentang Abdullah bin Saba' dan apa yang ia dakwakan mengenai ketuhanali dalam diri Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib r.a. Ketika ia mendakwakan hal tersebut, Amirul Mukminin menyuruhnya bertobaf, tetapi Abdullah bin Saba' menolak, lalu Ali membakarnya."


Keempat, Abdullah bin Saba’ (Ibnu Saba’) adalah orang pertama yang mengada-ada mengenai kembalinya Ali ra.  dan Rasulullah saw setelah wafat sebagaimana Isa Alaihissalam.


Ibnu Saba' adalah orang pertama yang mengada-adakan pendapat mengenai kembalinya Ali r.a. ke dunia setelah wafatnya dan tentang kembalinya Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam. Pertama kali ia mengutarakan pendapatnya secara nyata adalah di Mesir.


la berkata: "Adalah sangat mengherankan jika orang menganggap bahwa Isa kelak akan kembali, namun mendustakan kembalinya Muhammad Sallallahu ’Alaihi wa Sallam. Sedang Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah yang mewajibkan (pelaksanaan hukum-hukum) Al-Qur'an atasmu, pasti akan mengembalikanmu ke tempat kembali." Maka, dengan demikian, Muhammad lebih berhak untuk kembali ke dunia daripada Isa. “








Kelima, Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya meyakini keyakinan raj’ah / kehidupan dua kali didunia.


Pada kesempatan ini, kita akan mengetengahkan arti aqidah raj'ah (kembali ke dunia) di kalangan Syi'ah: Muhammad Ridha Al-Mudhaffar berkata:


"Sesungguhnya pendapat yang diikuti oleh Syi'ah Imamiah berdasarkan ajaran yang dibawa oleh ahlul bait, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengembalikan manusia ke dunia ini dari kematian dalam bentuknya yang semula, maka la akan memuliakan satu golongan dan menghinakan golongan lainnya, la juga akan membedakan antara orang-orang yang berbuat kebenaran dan mereka yang berbuat kebatilan, antara orang-orang yang tertindas dan para penindas, hal itu akan terjadi bersamaan dengan kebangkitan Al-Mahdi.  Mereka meyakini Allah tidak akan mengembalikan seseorang, kecuali apabila ia telah mencapai suatu derajat keimanan yang tinggi, atau terbenam jauh dalam berbuat kerusakan, lalu setelah itu, mereka akan mati lagi dan nanti pada hari kiamat mereka akan dibangkitkan sekali lagi untuk mendapat pahala atau siksa, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam kitab Suci-Nya, Al-Qur'an, tentang keinginan orang-orang yang telah datang dua kali ke dunia ini untuk datang lagi ketiga kalinya untuk bertobat atas dosa-dosa mereka.


Dalam hal raj'ah, kaum Syi'ah mensyaratkan adanya kemurnian iman atau kufur. Berkata Al-Qummi: "Telah diceritakan kepadaku oleh ayahku dari Ibnu Abi Umair dari Al-Mufadhdhal dari Abu Abdillah tentang firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.: "Dan pada hari kami membangkitkan tiap-tiap ummat dengan berbondong-bondong,"


maka ia berkata: "Tidak ada seorang pun dari kaum Mukmin yang terbunuh, tetapi ia akan kembali, hingga ia mati kembali, dan yang akan kembali hanyalah orang yang memurnikan  imannya dan orang yang benar-benar terbenam dalam kekufuran.


Al Qummi meriwayatkan dengan sanadnya sampai pada Abu Abdillah, di mana ia menafsirkan firman Allah  pada hari mereka mendengar suara teriakan dengan nyata, itulah hari kebangkitan dengan raj'ah, di mana ia berkata: "Teriakan Al Qaim dari langit adalah hari kebangkitan." la berkata: "Itulah raj'ah."


Keyakinan mereka tentang ayat ini adalah hidup dan mati dua kali dialam dunia padahal yang sebenarnya yang dimaksud mati dua kali dan hidup dua kali kematian di alam arwah menuju alam dunia dan kematian dialam dunia menuji alam kubur.


Sesuai dengan Tafsir yang sebenarnya dari ayat yang dijadikan dalil oleh Al Mudhaffar  diatas adalah apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud r.a., kata-katanya seperti ayat di dalam surat Al-Baqarah.


 "Dahulunya kamu mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian mematikan kamu kemudian menghidupkan kamu" Dahulunya mereka mati di dalam sulbi ayah-ayah mereka, kemudian Allah mengeluarkan dan menghidupkan mereka, kemudian mematikan mereka, lalu menghidupkan mereka lagi, sesudah mati,"




Dari Ibnu Abbas r.a. berkata: "Dahulu kamu mati, sebelum Allah menjadikan kamu ini adalah kematian, kemudian la menghidupkan kamu, maka itulah kehidupan. Kemudian la mematikan kamu kembali hingga kamu kembali ke kubur, inilah kematian yang kedua. Kemudian la membangkitkan kamu kembali pada hari kiamat, inilah kehidupan yang kedua. Itulah yang dimaksud dengan dua kematian dan dua kehidupan. Hal itu sebagaimana tersebut dalam firman Allah Swt.:
"Bagaimana kalian sampai mengingkari Allah, sedang kalian dahulu mati, maka Allah menghidupkan kalian, kemudian mematikan kalian, kemudian menghidupkan kalian, kemudian kepada-Nyalah kalian akan kembali."




Kelima, Abdullah Bin Saba’ dan pengikutnya meyakini bahwa Ali ra. tidak akan pernah mati.


Dengarlah ucapan kaum Sabaiah (pengikut abdullah bin saba’) kepada orang yang mengabarkan tentang terbunuhnya Ali r.a kepada mereka.: "Engkau berdusta wahai musuh Allah! Meskipun kalian bawa kepada kami serpihan otaknya dan membawa tujuh puluh orang saksi guna menguatkan tentang kematiannya, kami tetap tidak mempercayainya. Karni tahu benar, bahwa ia tidak mungkin mati dan tidak terbunuh. la tidak akan mati, hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya dan menguasai bumi.”


Lihatlah betapa mereka itu menganggap Ali ra. Itu adalah orang yang hidup abadi seperti Allah yang Maha Kekal padahal tak ada satupun manusia yang bisa hidup abadi. Secara gamblang mereka telah menganggap Ali ra. Seperti tuhan mereka.


Kisah ini disebutkan oleh Sa'd bin Abdullah Al-Asy'ari Al-Qummi, penulis kitab AI-Maqolat wal Firaq. Dia sangat terpercaya di kalangan Syi'ah. An-Nubakhti juga menukil perkataan kaum Sabaiah dalam Firaq usy-Syi'ah, yaitu:
"Sesungguhnya Ali tidak terbunuh dan tidak mati. la tidak akan pernah terbunuh dan tidak akan mati, hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya dan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan, di mana sebelumnya telah dipadati dengan kedzaliman dan kejahatan."


Keenam, Abdullah Bin Saba’ meyakini bahwa  Ali ra. adalah jelmaan dari binatang melata (dabbah) yang keluar dari perut bumi pada hari mendekati kiamat.


 Ibnu Saba' yang beragama Yahudi itu mendakwakan, bahwa Ali r.a. adalah binatang yang akan keluar dari perut bumi dan sesungguhnya dialah yang menciptakan makhluk dan membagi-bagikan rizki.


 Ibnu Asakir berkata: "Ash-Shadiq meriwayatkan dari ayah-ayahnya yang suci dari Jabir, ia berkata: Ketika Ali dibaiat, ia berbicara di hadapan rakyat. Lalu, Abdulah bin Saba' datang dan menghampirinya sambil berkata kepadanya: Engkau adalah binatang yang akan keluar dari perut bumi." Ali berkata "Takutlah pada Allah." Ibnu Saba' berkata. "Engkaulah Sang Raja." Ali menjawab: "Bertaqwalah pada Allah." Namun, Ibnu Saba' segera berkata:
"Engkaulah yang menciptakan seluruh makhluk dan membagi-bagikan rizki." Ali
segera memerintahkan agar ia dibunuh, namun kaum Rafidhah sepakat untuk
menolak konklusi Ali. Mereka berkata: . "Asingkan saja ke pinggiran kota AlMadain.


Jika mereka tidak sudi menerima riwayat Ibnu Asakir, maka akan kami ketengahkan beberapa riwayat dari kitab-kitab mereka yang mu'tamad, yang di antaranya diriwayatkan oleh Al-Qummi dalam tafsirnya yang diandalkan oleh mereka. AlQummi berkata: Mengenai firmanNya:


Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari perut bumi, yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami),


Maka pengertiannya adalah sebagaimana dari hadit palsu yang diyakini oleh orang syi’ah berikut: Telah diceritakan kepadaku oleh ayahku dari Ibnu Abi Umair dari Abi Busair dari Abi Abdillah r.a. ia berkata:


Ketika Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam, sampai di tempat Amirul Mukminin (Ali)  yang sedang tidur di masjid dengan berbantalkan pasir, maka beliau membangunkannya dengan kakinya sambil berkata: "Bangunlah wahai binatang melata yang keluar dari perut bumi (daabbatul ardhi)."


 Salah seorang sahabatnya bertanya: "Apakah sebagian dari kita dinamakan dengan nama ini, ya Rasulullah?" Beliau menjawab: "Tidak! Demi Allah nama itu khusus untuk dia dan dia adalah 'binatang melata' yang disebutkan oleh Allah dalam kitab suciNya:


"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari perut bumi yang akan menyatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami." Kemudian beliau bersabda: "Hai Ali, jika tiba akhir masa, Allah akan mengeluarkan kamu dalam sebaik-baik bentuk. Di tanganmu terdapat alat penyelar yang dengannya kamu akan mengecap musuh-musuhmu. Seseorang berkata kepada Abu Abdillah
r.a.: Orang-orang bertanya: "Binatang ini dapat mengajak bicara mereka?"Abu Abdillah menjawab: "Allah yang berbicara dengan mereka dalam api neraka Jahanam. Sesungguhnya Dia-lah yang berbicara dengan mereka dari AlKalam."


Di antaranya apa yang diriwayatkan oleh perawiperawi mereka yang dipercaya oleh Ali r.a., bahwa ia (Ali)  berkata: "Ada enam hal yang diberikan padaku, yaitu ilmu tentang ajal manusia, berbagai cobaan, wasiat-wasiat, pembicaraan yang tegas yang membedakan antara yang hak dan yang batil dan aku adalah orang yang hidup kembali berulang-ulang ke dunia, aku adalah orang yang mempunyai berbagai kekuatan, aku adalah prang yang memiliki tongkat dan alat penyelar dan aku adalah binatang yang akan keluar dari perut bumi yang akan mengajak bicara manusial.


Ali bin Ibrahim bin Hasyim meriwayatkan dalam tafsirnya dari Abi Abdillah, is berkata: "Seseorang telah berkata kepada Ammar bin Yasir: "Hai Abql Yaqdhan, suatu ayat dalam Kitabullah telah meresahkan hatiku.." Ammar berkata: "Ayat yang mana? Orang itu menjawab:
"Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis binatang melata dari perut bumi yang akan menyatakan pada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin terhadap ayat-ayat Kami  (An-Naml: 82).


Apakah yang dimaksud dengan binatang yang akan keluar dari perut bumi tersebut ?" Ammar menjawab: "Demi Allah, aku tidak akan duduk atau makan dan minum, hingga kutunjukkan siapakah yang dimaksud dengan itu! Lalu, Ammar pergi bersama orang tersebut ke tempat Amirul Mukminin (Ali r.a.), yang saat itu sedang makan korma dan mentega. Ali r.a. mempersilahkan Ammar yang kemudian duduk dan makan bersamanya. Betapa heran orang tersebut melihat Ammar. Ketika Ammar sudah berdiri, ia berkata: Subhanallah! Bukankah engkau telah bersumpah, tidak akan makan dan minum, hingga kau tunjukkan padaku siapakah binatang tersebut?!"


Ammar menjawab: "Sebenarnya telah kutunjukkan padamu, jika saja engkau mau sedikit berpikir.(bahwa dakwaan pengikut ibnu saba’ ini mengatakan bahwa Ali ra. adalah jelmaan binatang melata.






Ketujuh, Mereka meyakini Thoyyaroh / bahwa mereka tidak pernah mati.


Kaum Sabaiah berkata: "Mereka sebenarnya tidak mati, melainkan terbang setelah kematian mereka dan mereka dinamakan ath-Toyyarah (yang berterbangan).


Ibnu Thahir Al Maqdisi berkata: "Sesungguhnya golongan Sabaiah dinamakan Thoyyarah. Mereka menganggap diri mereka tidak mati, dan kematian mereka tidak lain adalah terbangnya diri mereka dalam gelapnya malam.


Berkata Ath-Thusi salah seorang Imam yang terpercaya di kalangan Syi'ah dalam biografi Nashr bin Shabah yang dijuluki dengan Abul Qasim dari Balakh (Balakh adalah kota di Afghanistan), ia bertemu dengan banyak ulama dan guru-guru pada masanya. la juga meriwayatkan tentang mereka, namun dirinya sendiri dikatakan: Ia termasuk Thoyyarah yang ekstrim.


Al-Mamaqani menggolongkan Nashr bin Shabah sebagai Imam-imam yang mengarang tentang "Pengetahuan Tokoh-tokoh" kaum Syi'ah. Dalam kitab Ta'liqah, Al-Mamaqani ' berkata: "Siapa yang menyelidiki keadaan tokoh-tokoh tersebut, maka akan tampak olehnya bahwa para guru banyak menukil darinya dengan penuh keyakinan, hingga batas maksimal. AI-Mamaqani mengatakan, bahwa Nashr memiliki kitab ma'rifatun naqilin dan kitab firaqusy Syi'ah.


Kedelapan, Mereka meyakini adanya reinkarnasi ruhul kudus dalam diri para imam


 Satu kaum dari golongan Sabaiah, telah berbicara tentang perpindahan ruhul qudus dalam diri para imam. Mereka menamakannya 'reinkarnasi'. Ibnu Thahir Al-Maqdisi berkata: "Ada satu kaum di antara kaum Thoyyarah (golonganSabaiah) yang beranggapan, bahwa ruhul qudus terdapat dalam diri Nabi, sebagaimana sebelumnya terdapat dalam diri Isa yang kemudian berpindah ke dalam diri Ali, lalu Hasan, Husain, demikian pula berpindah ke dalam diri para im
am. Umumnya, mereka mengakui adanya reinkarnasi dan raj'ah Kemungkinan, kitab Ar-Roddu'ala ashabit Tanasukh karya Hasan bin Musa An- Nubakhti, ditulis oleh An-Nubakhti untuk menyanggah mereka. An-Nubakhti menentang pendapat tentang adanya reinkarnasi, itulah sebabnya dia menulis kitab sebagai sanggahan atas mereka/penterjemah).



Kesembilan,  Mereka mengaku paling benar mendapatkan petunjuk dan selain golongan mereka diklaim sesat.
Kaum Sabaiah berkata: Kami mendapat petunjuk melalui wahyu, namun banyak orang yang tersesat melalui isinya dan kami mendapat petunjuk berupa ilmu, namun tersembunyi bagi mereka.


Anggapan kaum Sabaiah: "Bahwa mereka mendapat petunjuk melalui wahyu, namun orang lain tersesat melalui isinya" adalah hal yang aneh, karena bagaimana mungkin dengan wahyu bisa tersesat. Yang lebih keji lagi adalah anggapan mereka, bahwa Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam menyembunyikan 9/10 dari wahyu Allah yang harus disebarkan.


Kesepuluh, Mereka menuduh Rasulullah saw “korupsi” wahyu


Mereka berkata: Sesungguhnya Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam, telah menyembunyikan 9/10  (90 persen) dari wahyu. Ocehan-ocehan nonsen semacam itu telah disanggah oleh salah seorang Imam ahlul bait, yaitu Al-Hasan bin Muhammad Ibnul Hanafiah dalam risalahnya Al-Irja dan yang meriwayatkannya adalah orang-orang yang terpercaya di kalangan Syi’ah, di mana ia berkata: "Di antara ocehan kaum Sabaiah: Kami diberi petunjuk melalui wahyu, namun banyak yang tersesat melalui isinya dan kami mendapat petunjuk berupa ilmu namun tersembunyi bagi mereka, dan mereka beranggapan bahwa Rasulullah menyembunyikan wahyu  Jika benar Rasulullah Sallallahu ’Alaihi wa Sallam menyembunyikan sesuatu dari apa yang telah diturunkan Allah atasnya, niscaya beliau menyembunyikan kisah istri Zaid (yang dimaksud adalah Zainab yang ketika bercerai dari Zaid, lalu dipersunting oleh Rasulullah Sallallahu’Alaihi wa Sallam.  




Kesebelas, Mereka menganggap bahwa ayat  Al-Qur’an telah banyak yang hilang


Al-Hafidh Al-Jauzajani (259 H.) berkata tentang Ibnu Saba': la beranggapan, bahwa Al-Qur'an  yang ada sekarang hanya 1 juz dari 9 juz dan ilmunya ada pada Ali, maka Ali melarangnya setelah menginginkannya.


Kedua belas, Mereka meyakini hal yang tidak masuk akal / tahayul terhadap khalifah Ali ra.


Mereka juga mengatakan: "Bahwa Ali ada di langit. Petir adalah suaranya, kilat adalah cemetinya. Siapa di antara mereka yang mendengar suara petir, maka akan mengatakan: "Alaikassalam, ya Amirul Mukminin! (salam sejahtera bagimu, hai amirul mukminin)."


Abu Ishaq bin Suwaid Al-'Adawi telah menyinggung ideologi mereka dalam qasidahnya, di mana di dalamnya ia menentang kaum Khawarij, Rawafidh dan Qadariah. Di antaranya adalah:Aku menentang kaum Khawarij, Dan aku bukan berasal dari mereka, Aku menentang Ghuzzal dan Ibnu Bab, Aku pun menentang kaum, yang apabila menyebut-nyebut nama Ali maka mereka memberi salam pada awan.


Asy-Syaikh Muhyiddin Abdul Hamid, telah berkomentar tentang ideologi semacam ini, yaitu:
"Hingga kini saya masih sering melihat anak-anak kecil di Kairo berlarian ketika hujan deras, sambil berteriak: "Wahai berkah Ali, melimpahlah."Namun, hal itu tidak terbatas hanya pada anak-anak kecil saja, juga sebagian orang yang tentang mereka telah dikatakan Allah pada akhir surat Asy-Syu'ara: Dan ahli-ahli syair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat "Al-alawiyah" yang berjumlah lebih dari 400 bait dan pernah dibacakannya di Universitas Mesir, pada tahun 1919 M.


Berikut syair nya :
Sungguh mengherankan, siapakah penunggang onta malam itu. Dengan onta itu, engkau menembus padang belantara dan bebukitan. Dan apakah gumpalan-gumpalan asap itu jika ia dilepaskan api menyala-nyala. Berilah aku sayap, agar aku dapat terbang ke awan menemui sang Imam.


Dan banyak lagi kata-kata dan ide-ide sesat yang tidak bisa disebutkan disini.


SIKAP ALI RA DAN KETURUNAN (AHLI BAIT) TERHADAP ABDULLAH BIN SABA’ DAN ANTEKNYA




Ali r.a. berkata: "Akan binasa sehubungan dengan diriku dua. Golongan manusia: Pecinta yang berlebihan, hingga kecintaannya menyebabkannya menyimpang dari yang haq dan pembenci yang ceroboh, hingga kebenciannya membuatnya menyimpang dari kebenaran. Maka, sebaik-baik keadaan manusia dalam kaitannya dengan diriku adalah yang di tengah. Ikutilah yang di tengah dan ikutilah kelompok terbesar, karena sesungguhnya pertolongan Allah beserta jamaah."


Demikianlah, kehendak Allah atas manusia sehubungan dengan Ali terbagi menjadi tiga bagian:


§  Yang pertama: Pembenci yang ceroboh, mereka inilah yang mencelanya, bahkan sebagian dari mereka terlalu ekstrim, hingga mengkafirkannya, seperti kaum Khawarij.


§  Yang kedua: Pecinta yang berlebihan, dan kecintaannya tersebut membuatnya melewati batas, hingga menjadikannya Nabi bahkan kesesatan mereka kian meluap, hingga mempertuhankannya layaknya pengikut syi’ah.


§  Sedang yang ketiga: adalah ketompok terbesar, mereka inilah ahlus sunnah wal jamaah dari mulai kaum terdahulu yang saleh, hingga masa kita dewasa ini. Mereka inilah yang mencintai Ali dan keluarganya dengan cinta yang benar menurut syara'.




Mereka mencintai Ali dan keluarganya adalah karena kedudukan mereka di sisi Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam Terhadap kelompok pertama, beliau memerangi mereka, setelah sebelumnya adu argumentasi dengan mereka. Kisah-kisah tentang Ali dengan kelompok pertama tersebut, telah banyak disebutkan dalam kitab-kitab sejarah, sebagaimana yang telah kita ketahui. Kini, kita ingin mengetahui sikap Ali dan keluarganya tehadap Ibnu Saba' dan para pengikutnya:


Ketika Ibnu Saba' menyatakan keislamannya dan mulai menampakkan sikap amar ma'ruf nahi mungkar serta berhasil menarik simpati banyak orang, maka ia mulai mendekatkan diri dan menunjukkan kecintaannya kepada Ali. Setelah kedudukannya cukup konstan, ia mulai berdusta dan menciptakan kebohongan atas diri Ali. Salah seorang tokoh besar dari golongan Tabiin, yang wafat pada tahun 103 H., yaitu Asy-Sya'bi berkata:


"Yang pertama kali melahirkan kebohongan adalah Abdullah bin Saba'. Dia telah berdusta atas Allah dan Rasul-Nya." Ali berkata: "Ada urusan apa aku dengan si jahat berkulit hitam itu (yang dimaksud adalah Ibnu Saba'), ia telah mencaci Abu Bakar dan Umar."


lbnu Asakir meriwayatkan, bahwa ketika kabar tentang caci maki yang dilontarkan Ibnu Saba' pada Abu bakar dan Umar sampai kepada Ali bin Abi Thalib, maka beliau memanggilnya. Beliau menghunus pedang hendak membunuhnya, maka orang orang meminta pertolongan kepadanya. Kemudian Ali berkata: "Demi Allah, dia tidak boleh tinggal di negeri yang sama denganku. Asingkanlah dia ke Madain."


Berkata Ibnu Asakir: Ash-Shodiq-Abu Abdillah Ja'far bin Muhammad AshShodiq, lahir di Madinah Munawarah pada tahun 83 H. dan meninggal di kota yang sama pada 148 H. Beliau Imam ke VI yang ma'sum di kalangan Syi'ah, meriwayatkan dari ayah-ayahnya yang suci meriwayatkan dari Jabir, ia berkata:


"Ketika Ali telah dibai'at, ia berkhotbah di hadapan masa, maka Abdullah bin Saba' bangkit lalu menghampirinya sambil berkata kepadanya: Engkau adalah binatang melata yang akan keluar dari perut bumi. Ali berkata kepadanya: "Bertaqwalah kepada Allah!"


Abdullah balik berkata: "Engkaulah Sang Raja." Sekali lagi Ali berkata:
"Bertaqwalah kepada Allah!" Namun Abdullah malah menjawab: "Engkaulah yang menciptakan makhluk dan membagi-bagi rizki." Lalu, Ali menginstruksikan agar ia segera dibunuh, maka kaum Rafidhah sepakat menentang Ali dengan berkata: "Biarkan dia! Asingkan saja ke pinggiran Madain. Karena jika engkau membunuhnya di kota ini (Kufah) kawan-kawan beserta pengikut-nya tentu akan menentang kita."


Maka, beliau mengasingkannya ke pinggiran Madain. Di sana terdapat Qaramithah dan Rafidhah. Setelah itu, berkat upaya Ibnu Saba', maka kota Madain menjadi sentra pertemuan mereka." Jabir berkata: "Lalu, datang kepada Ali 11 orang dari kaum Sabaiah. Beliau berkata: "Kembalilah kamu (Ali ) minta agar mereka menarik kembali kata-kata mereka yang mengandung syirik (penterjemah)


Aku  adalah Ali. Ayah dan ibuku sudah dikenal. Aku adalah putra paman Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam." Mereka berkata: "Kami tidak akan kembali, tinggalkan yang memanggilmu." Lalu Ali membakar mereka. Kuburan mereka yang berjumlah 11 di padang pasir demikian terkenal. Sisa dari mereka mengatakan bahwa Ali adalah Tuhan. Mereka berpegang pada ucapan Ibnu Abbas: "Tidaklah diperbolehkan menyiksa dengan api, kecuali Penciptanya (Allah). "


Inilah sikap Imam Ali r.a. terhadap Ibnu Saba' dan pengikutnya. La mengasingkannya ke Madain dan membakar sejumlah pengikutnya. Ada pun yang belum puas dengan riwayat-riwayat tadi, di mana sebagian di antaranya diriwayatkan oleh imam yang ma'sum di kalangan mereka, serta bagi mereka yang menolaknya kecuali disebabkan oleh sikap menentang, maka kisah pembakaran orang-orang tersebut akan kami ketengahkan dari riwayat-riwayat yang otentik, di kalangan ahli Sunnah dan Syi'ah. Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya
(dalam kitabul jihad, bab: tidak menyiksa dengan siksaan Allah) dengan sanadnya sampai pada Ikrimah, bahwa Ali r.a. telah membakar satu kaum. Hal itu sampai kepada Ibnu Abbas, lalu ia berkata:


"Jika aku jadi Ali, tentu aku tidak akan membakar mereka, karena Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam telah bersabda: "Jangan menyiksa dengan siksaan Allah." Tetapi akan aku bunuh mereka, sesuai dengan sabda Nabi Sallallahu ’Alaihi wa Sallam: "Bunuhlah orang yang mengganti agamanya." Bukhari meriwayatkan (dalam Shahihnya dalam kitab Istitabah bagi orang-orang murtad dan yang menentang serta memerangi mereka )  kepada Ikrimah dengan sanadnya seperti di atas, ia berkata: "Ketika dibawa orang-orang zindiq kepada Ali, maka beliau membakar mereka.") Diriwayatkan juga oleh Abu Daud dalam kitab Sunannya
(Kitabul Hudud,bab: hukum orang yang murtad)


dan pada akhirnya: hal itu sampai pada Ali, lalu ia berkata: "Benar, Ibnu Abbas." Abu Isa berkata: "Hadist ini shahih hasan, ahli ilmu mengamalkan hadits ini untuk masalah murtad. "


Thabrani meriwayatkan dalam AI-mu'jamul ausath dari jalan Suwaid bin Ghuflah (telah sampai kabar kepada Ali, bahwa satu kaum telah keluar dari agama Islam, maka beliau mengirim utusan kepada mereka dan memberi makan mereka, kemudian menghimbau mereka untuk kembali di bawah naungan Islam. Namun, mereka menolak. Hingga Ali menggali lubang, lalu memenggal leher mereka dan melemparkannya dalam lubang tersebut. Kemudian mereka ditimbuni dengan kayu lalu dibakar. Ali lalu berkata: "Maha Benar Allah dan
Rasul-nya .


Pada bagian ke III dari hadits Abi Thohir Al-Mukhlis dari jalan Abdullah bin Syuraih AI-'Amiri dari ayahnya, ia berkata: "Dikabarkan kepada Ali, bahwa satu kaum berdiri di pintu masjid mendakwakan bahwa Ali adalah Tuhan mereka. Lalu, Ali memanggil merekad dan berkata padanya: "Celaka engkau! Apa yang kau katakan ?" Mereka berkata: "Engkau Tuhan kami, Pencipta kami dan Pemberi rizki kami."


Ali berkata: "Celaka kamu. Aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana kamu, aku makan dan minum, sebagaimana kamu. Jika aku patuh kepada Allah, maka la memberiku pahala jika la berkehendak, dan jika aku bermaksiat pada-Nya, aku takut la menyiksaku. Oleh karena itu bertaqwalah kepada Allah dan kembalilah. Namun, mereka menolak. Keesokan harinya mereka datang lagi menemui Ali, maka Qunbur datang sambil berkata: "Demi Allah, mereka kembali mengulang ucapan mereka."


Ali berkata: "Bawalah mereka kemari." Lalu, kembali mereka mengulang ucapannya. Ketika sampai yang ketiga kalinya, maka Ali berkata: "Jika kamu tetap mengatakan hal itu, maka aku akan membunuhmu dengan cara terjelek."


Tetapi mereka tetap menolak untuk kembali, hingga Ali kemudian menyeru pada Qunbur: "Hai Qunbur, bawalah para pekerja dengan menyertakan cangkul mereka. Maka ia menggali lubang-lubang di antara pintu masjid dan istana. Beliau berkata: Galilah lubang! Maka, mereka memperdalam galiannya. Ali segera membawa kayu bakar dan menyulutnya, lalu dimasukkannya ke dalam lubang-lubang itu sambil berkata: Aku akan memasukanmu ke dalamnya atau kalian kembali (kepada kebenaran ).


Tetapi, mereka tetap menolak untuk kembali. Maka, beliau melemparkannya ke dalam lubang yang berapi itu. Hingga ketika mereka telah terbakar, Ali berpantun:


"Jika aku melihat suatu kemungkaran
maka, kunyalakan apiku
dan kupanggil qunbur."


Ibnu Hajar berkata: "Sanad riwayat ini Hasan.")
Sebagai tambahan dari riwayat-riwayat ini, Al-Kulaini
(kedudukannya di kalangan Syi'ah sejajar dengan Bukhari di kalangan ahli Sunnah)


 Meriwayatkan dalam kitabnya AI-Kafi dalam Kitabul Hudud bab murtad dengan sanadnya dari jalan dari Abi Abdillah, ia berkata: "Satu kaum mendatangi amirul mukminin r.a, mereka berkata: Salam sejahtera atasmu, wahai Tuhan kami! Maka, beliau meminta agar mereka bertobat. Tetapi mereka enggan bertobat. Beliau kemudian menggali lubang dan menyalahkan api di dalamnya, lalu menggali lubang lagi di sisi lubang pertama dan mengosongkan antara kedua lubang tersebut. Setelah mereka tetap tidak mau bertobat, beliau melemparkannya ke dalam lubang dan menyalakan api di lubang satunya, Hingga mereka mati."


Orang yang sangat terpercaya di kalangan Shi'ah, Al-Mamaqani, telah menukil beberapa nash tentang celaan terhadap kaum Ghulat di antara mereka adalah kaum Sabaiah. Diriwayatkan oleh Muhammad bin Hasan dan Utsman bin Hamid, keduanya berkata:


 "Telah diceritakan kepada kami oleh Muhammad bin Yazdad dari Muhammad bin Husain dari Musa bin Basyar dari Abdullah bin Syuraih dari ayahnya, ia berkata: Ketika Ali sedang bersama istrinya, tiba-tiba Qunbur datang kepadanya sambil berkata: Telah datang 10 orang di depan pintu yang menganggap engkau sebagai Tuhan mereka.


Maka, Ali berkata: Bawalah mereka kemari! Setelah mereka masuk Ali menanyai mereka: Apa yang kalian katakan? Mereka menjawab: Engkau Tuhan kami, Pencipta kami dan Pemberi rizki kami.


Ali berkata pada mereka: Celaka kamu, jangan lakukan itu! Aku hanyalah manusia biasa yang tidak berbeda dengan kamu. Tetapi mereka tetap menolak. Hingga Ali berkata: Celaka kamu! Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah. Celaka kamu bertobatlah! Kembalilah! Mereka menjawab: Kami tidak akan menarik kembali kata-kata kami. Engkau Tuhan kami, Pencipta kami dan Pemberi rizki kami.


Kemudian Ali berkata: Hai Qunbur! Bawalah para pekerja padaku. Maka, Qunbur ke luar dan kembali membawa 10 orang pekerja beserta cangkul mereka, kemudian ia perintahkan mereka untuk menggali lubang. Setelah selesai, dimasukkanlah kayu yang telah dinyalakan ke dalamnya, hingga membara. Kemudian Ali berkata pada mereka: Bertobatlah! Mereka menjawab: Kami tidak akan kembali! Maka Ali melempar sebagian dari mereka, kemudian melempar sisanya ke dalam api. Kemudian Ali berpantun lagi:


Jika aku melihat suatu kemungkaran
Maka, kunyalakan apiku
dan kupanggil Qunbur."


Tampaknya, Ali kembali mengulang hukumannya kepada selain mereka. Yaitu, kepada Zith (penyembah berhala) An-Nasai telah meriwayatkan dalam Sunannya (Al-Mujtaba) dari Anas: "Telah dibawakan kepada Ali sejumlah orang dari Zith, maka Ali membakar mereka." Ibnu Abbas berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Barang siapa mengganti agamanya, bunuhlah dia! "


Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan dari jalan Qatadah (Telah dihadapkan kepada Ali sejumlah orang dari Zith, kemudian beiiau membakarnya).


 Al-Hafidh ibnu Hajar memvonis hadits ini dengan Inqitho' ( Inqitho' berasal dari inqathaayanqathiu-inqithaan fahuwamunqathiun, yang dimaksud dengan hadits munqathi' adalah hadits yang gugur dari sanad seorang rawi, dengan ketentuan: yang gugur itu bukan seorang sahabat/penterjemah).


Kemudian ia berkata: Jika hadits itu memang benar, maka ditujukan untuk kisah yang lain. Ibnu Abi Syaibah juga telah meriwayatkan dari jalan Ayyub dari Nu'man, bahwa ia berkata:


"Aku melihat Ali di Rahbah, kemudian datang kepadanya seseorang, ia berkata: Di sini ada satu keluarga, mereka menyembah berhala, yang mereka letakkan di satu rumah. Ali segera bangun dan berjalan menuju rumah yang dimaksud. Kemudian mereka semua dikeluarkan dan rumahnya dibakar oleh Ali."


Al-Kasyi meriwayatkan dalam kitabnya Ma'rifatu Akhbarir Rijal setelah.menyebutkan biografi Abdullah bin Saba' dengan judul "70 orang dari kaum Zith yang mendakwakan ketuhanan dalam diri amirul mukminin r.a." dengan sanadnya sampai pada Abu Ja'far, ia berkata:


"Setelah selesai memerangi ahli Basra, Ali r.a. didatangi 70 orang dari kaum Zith. Mereka memberi salam kepadanya dan mengajak bicara dengan bahasa mereka dan Ali menjawab dengan bahasa mereka pula.


Kemudian Ali berkata pada mereka: Aku tidak seperti yang kamu katakan. Aku adalah hamba Allah, makhluk biasa. Namun, mereka tetap menolak, bahkan berkata kepadanya: Engkau, Engkau adalah Dia. Ali kemudian berkata: Jika kamu tidak menarik kembali ucapanmu tentang diriku serta bertobat pada Allah, niscaya aku akan membunuhmu. Tetapi mereka tidak mau bertobat. Maka, beliau menyuruh membuat sumur-sumur untuk mereka. Kemudian sumur-sumur itu digali, di mana di antara satu dengan yang lain diberi lubang, hingga saling berhubungan. Mereka segera dilempar ke dalamnya dengan leher-leher mereka yang dipenggal. Kemudian disulutlah api dalam sumur yang kosong dan asapnya masuk melalui lubang yang tersedia, hingga mereka mati.


Dalam Biharul Anwar, sebagai nukilan dari Manaqib Ali Abi Thalib disebutkan: Maka Ali r.a. menggali lubang-lubang untuk mereka serta menyalakan api, sementara Qunbur memanggul mereka satu persatu, lalu melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar. Kemudian Ali berpantun:


Jika aku melihat suatu kemungkaran
kunyalakan api
dan kupanggil Qunbur lalu,
kugali lubang demi lubang
dan Qunbur menyirnakan secara tuntas kemungkaran itu.


Kisah ini dikomentari oleh Ibnu Syahri Asyub dengan ucapannya: Kemudian seseorang menghidupkan mereka itu. Nama orang tersebut adalah Muhammad bin Nushair-An-Numairi. Ia menggap bahwa Allah tidak menampakkan dirinya, kecuali pada masa ini dan sesungguhnya dia adalah Ali sendiri. Golongan An-Nushairiah berafiliasi kepada Nusairi. Mereka itu adalah golongan yang menganut paham kebebasan mutlak (anarkhi).


Merekameninggalkan ibadah dan berbagai kewajiban syariat serta menghalalkan segala yang dilarang dan diharamkan. Di antara ucapan mereka adalah: Kaum Yahudi dalam kebenaran, tetapi kami bukan dari golongan mereka. Kaum Nasrani juga berada dalam kebenaran, tetapi kami bukan dari golongan mereka. Pada saat kami masih berbicara tentang pembakaran pengikut Ibnu Saba' dan kaum zindiq oleh Ali bin Abi Thalib, maka sangatlah tepat jika kami ketengahkan juga suatu peristiwa lain yang disebutkan oleh Ibnu Abil Hadid dalam Syarh Nahjul Balaghah.


 Ibnu Abil Hadid berkata: "Telah diriwayatkan oleh Abul Abbas Ahmad bin Ubaid bin Ammar Ats-tsaqafi dari Muhammad bin Sulaiman bin Hubaid Al-Mashishi yang lebih dikenal dengan sebutan Nuwain, ia meriwayatkan juga dari Ali bin Muhammad An-Naufali dari guru-gurunya:
Bahwa Ali r.a. telah lewat di mana ada satu kaum yang sedang makan di siang hari pada bulan Ramadhan. Beliau kemudian bertanya: Sedang musafirkah kamu atau sedang sakit? Mereka menjawab: Tidak, kami bukan musafir dan tidak dalam keadaan sakit. Apakah kamu ahli dzimmah*)  hingga tanggungan dan upeti dapat menjagamu*) tanya Ali selanjutnya. .Mereka menjawab: Tidak!


*Ahli dzimmah adalah orang-orang non-Muslim yang tetap pada paganisma (penyembahan berhala) dan hidup di negara Islam: Sebagai imbalan atas keamanan yang mereka dapatkan dari pemerintahan negara Islam, maka mereka diwajibkan membayar upeti.


* Yang dimaksud: seandainya Anda adalah salah seorang ahli dzimmah yang ntembayar upeti,
Maka Anda bebas melakukan ritus-ritus sesuai dengan tatacara Anda sendiri, tanpa ada
yang mengganggu, karena Anda telah membayar upeti (penterjemah).


Jika demikian, apa alasan kalian makan-makan pada siang hari di bulan Ramadhan ini? tanya Ali. Mereka segera bangkit menghampiri beliau, kemudian berkata: Engkau adalah Engkau! Dengan ucapan itu mereka menunjuk adanya unsur ketuhanan dalam diri Ali. Maka, beliau r.a. segera turun dari kudanya, lalu menempelkan pipinya ke tanah sambil berkata: Celaka kamu, aku hanyalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah. Bertaqwalah kepada Allah dan
kembalilah ke pangkuan Islam! Namun mereka menolak. Beliau mengajak mereka berulang-ulang untuk kembali dan bertobat, tetapi mereka tetap berpegang pada kekafiran mereka. Maka, Ali bangkit menghadap mereka sambil berkata: Ikatlah mereka erat-erat! Bawalah para pekerja, api dan kayu kepadaku! Kemudian Ali menyuruh menggali 2 sumur. Lalu digalilah dua sumur, yang satu tertutup dan lainnya terbuka, di mana di antara keduanya dibuat lubang yang
dapat menghubungkan satu dengan lainnya. Kemudian dimasukkanlah kayu tersebut dalam sumur yang tertutup, lalu disulut dengan api hingga asapnya mengepul menutupi mereka. Sekali lagi beliau meminta mereka agar kembali ke pangkuan Islam. Namun, mereka tetap pada pendirian. Hingga kayu bakar dilemparkan kepada mereka sampai terbakar. Maka, berpantunlah seorang penyair:


Biarlah laut membawaku ke mana ia kehendaki jika memang engkau tidak akan melemparkanku dalam kedua lubang ini Jika kayu bakar telah disulut dengan api hal itu berarti kematian seketika tak perlu ditunda
Ali belum meninggalkan tempat itu, tetapi mereka telah berubah menjadi hitam legam."


Inilah riwayat-riwayat yang berhasil kami dapatkan dalam hadits-hadits shahih clan hasan serta dalam kisah-kisah sejarah, juga dari kitab-kitab Syi'ah yang berkaitan dengan Ushul, Fiqh, Rijal serta sejarah, yang menunjukkan secara jelas, bahwa Ali benar-benar membakar kaum zindiq dan orang-orang yang mempercayai adanya unsur ketuhanan dalam diri Ali. Di antaianya adalah pengikut Ibnu Saba' yang terkutuk.


Ada pun dia - Ibnu Saba' sebagaimana disebutkan dalam berbagai riwayat ahli Sunnah maupun Syi'ah, maka Ali hanya mengasingkannya ke Madain, setelah kaum Rafidhah memintakan pertolongan untuknya.


An-Nubakhti berkata dalam kitabnya Asy-Syi’ah dalam bab biografi Ibnu Saba': Dia adalah orang yang mencaci Abu Bakar dan Umar, Utsman serta para sahabat dan berlepas diri dari mereka. la juga mengatakan, bahwa Ali yang memerintahkan dia berbuat demikian. Kemudian Ali menangkapnya dan menanyakan tentang ucapannya. Ibnu Saba' mengakuinya. Maka, Ali
memerintahkan agar ia dibunuh, namun orang-orang memprotesnya: Hai Amirul Mukminin, apakah engkau akan membunuh seseorang yang menyeru pada kecintaan kalian, ahlul bait, dan loyalitasnya kepada Anda serta menentang musuh-musuh Anda? Lalu, Ali mengasingkannya ke Madain."


Ibnu Saba' Mengajak Orang-orang di Madain ke Dalam Da'wahnya


Setelah pengasingan dirinya, Abdullah bin Saba' seakan mendapat lahan yang subur untuk menyemai ide-ide sesatnya. Setelah ia lolos dari hunusan pedang Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, mulailah ia mengorganisir para pengikutnya dan menyebarkan ide-idenya di kalangan pasukan Ali yang selalu siaga di Madain. Ketika sampai kepada mereka kabar wafatnya Ali r.a, ia beserta kawan-kawannya mendustakan kabar tersebut.


 Sebagaimana diriwayatkan oleh Khatib Bhagdadi dengan sanadnya sampai pada Zahr bin Qais al-Ja'fi, di mana Ali berkata tentangnya: Siapa yang ingin melihat syahid yang hidup, hendaklah ia melihat orang ini. Zahr berkata: Ali telah mengutusku menemui 400 orang penduduk Irak dan memerintahkan kami agar turun di Madain dalam keadaan yang selalu siaga. la berkata: Demi Allah, kami sedang duduk di suatu tempat,ketika matahari telah terbenam. Tiba-tiba datang seseorang mendekati kami dengan peluh bercucuran. Kami segera menanyainya:
"Dari mana anda datang?"
"Dari Kufah," jawab orang itu.
"Kapan anda ke luar?"
"Hari ini juga."
"Ada kabar apa?", tanya kami lagi.


"Ketika Amirul Mukminin ke luar untuk shalat Fajar, tiba-tiba datang Ibnu Burjah dan Ibnu Muljam menyerangnya. Kemudian salah seorang dari mereka memukulnya dengan keras, setelah itu mereka pergi." Maka, Abdullah bin Wahb yang Sabaisme berkata dengan kedua tangannya ditengadahkan ke langit: "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" la berkata: Aku bertanya kepadanya, sedang apa kamu sekarang? la berkata: "Seandainya ia mengabarkan pada kami, bahwa  otaknya telah keluar, aku tahu pasti bahwa Amirul Mukminin tidak akan mati, hingga ia menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya." Dalam riwayat Jahidh dalam kitab Al-Bayan wat Tabyin: "Andaikata kamu bawa otaknya dalam 100 pundi-pundi, maka tetap percaya bahwa dia tidak mati, hingga ia menggiringmu dengan tongkatnya."


Kita kembali kepada riwayat Al-Khatib: "Berkata Zahr, Demi Allah kami tidak tinggal kecuali malam itu, hingga datang surat Hasan bin Ali: Dari Abdullah Hasan Amirul Mukminin, untuk Zahr bin Qais, amma ba'du: Lakukan bai'at atas orang sebelum kamu. la berkata: Maka kami berkata: Di mana yang kau katakan itu? la berkata: Menurut pendapatku, ia tidak mati."


Hasan bin Musa An-Nubakhti berkata: Ketika kabar tentang wafatnya Ali sampai kepada Abdullah bin Saba' di Madain, ia segera berkata kepada pembawa kabar tersebut: "Engkau berdusta! Seandainya engkau bawa otaknya dalam 70 bungkus kepada kami dan engkau bawa 70 orang saksi guna mengkonfirmasikan kabar tersebut, kami tetap pada keyakinan kami, bahwa ia tidak mati, hingga pada suatu saat ia akan menguasai bumi. "


Kisah Dari Abdul Jabbar Al-Hamadani Mengenai Sikap Ibnu Saba':


Abdul Jabbar Al-Hamadani yang bermadzhab Mu'tazilah  (wafat pada tahun 415 H. )  berkata sehubungan dengan pembicaraannya mengenai sikap Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib terhadap Ibnu Saba' dan kaum Sabaiah:


"Amirul Mukminin minta agar mereka bertobat, namun mereka menolak, hingga beliau membakarnya. Jumlah mereka saat itu relatif kecil, sementara Abdullah bin Saba' diasingkan dari Kufah ke Madain. Ketika Amirul Mukminin terbunuh, dikatakan kepada Ibnu Saba', bahwa Ali telah meninggal dan dimakamkan, apa yang pernah kau katakan dari kembalinya ke Syam? Ibnu Saba' berkata: Aku dengar Ali berkata: "Aku tidak akan mati, sampai aku menendang dengan kakiku ini dari Kufah, maka aku keluarkan darinya: keselamatan, dan aku akan kembali
ke Damaskus serta merobohkan masjidnya batu demi batu dan akan kukerjakan hal-hal lainnya.


Maka, andaikata kamu datang dengan membawa otaknya yang telah hancur, kami tetap tidak akan percaya bahwa dia telah mati. Betapa terkejut Ibnu Saba', ketika aibnya terbuka, hingga ia mendakwakan hal-hal yang sama sekali tidak pernah diucapkan oleh Amirul Mukminin. Orang-orang Syi'ah semua mengatakan: Bahwa Amirul Mukminin, merestui kata-kata lbnu Saba' dan
orang-orang yang dibakarnya. (hal ini benar-benar pemikiran ngawur).


Motivasi pembakaran yang dilakukan oleh Ali terhadap orang-orang tersebut, karena mereka membuka rahasia ( yang dimaksud rahasia di sini adalah bahwa Ali sepakat atas ucapan dan dakwaan Ibnu Saba' bahwa Ali tidak akan mati dan hal-hal lain seperti yang telah disebutkan. Hanya saja Ali ingin agar hal itu tidak disiarkan. Hingga ketika mereka mengutarakannya secara jelas, maka Ali membakarnya. Logika mana yang dapat menerima pendapat yang demikian kerdilnya/penterjemah).


Kemudian beliau menghidupkan mereka kembali setelah membakarnya. Mereka berkata: Jika memang tidak demikian, coba jelaskan kepada kami, mengapa Abdullah bin Saba' tidak dibakar?


Kami menjawab: "Karena Abdullah bin Saba' tidak memberikan pengakuan di hadapannya, sebagaimana yang diakui oleh orang-orang tersebut. la hanya menuduhnya, maka ia mengasingkannya. Seandainya Ali membakarnya, tentu hal itu tidak akan membawa manfaat bagi kalian, karena kalian akan berdalih: Beliau membakarnya karena ia membuka rahasia."


Sikap Pengikut Ibnu Saba', Ketika Mendengar Terbunuhnya Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib


Para pengikut Ibnu Saba' masih belum merasa puas dengan hanya mendustakan kabar itu, tetapi mereka pergi ke Kufah dengan menyiarkan kesesatan-kesesatan guru dan pemimpin mereka, Ibnu Saba'. Sa'd bin Abdullah Al-Qummi, penulis kitab Al-Maqalat wal Firaq dan orang yang sangat terpercaya di kalangan Syi'ah telah meriwayatkan: Kaum Sabaiah telah berkata pada mmbawa kabar tentang wafatnya Ali: "Engkau berdusta, wahai musuh Allah. Seandainya.engkau datang dengan membawa otaknya yang telah hancur serta membawa 70 orang saksi, kami tetap tidak akan mempercayaimu. Kami yakin bahwa dia tidak mati dan tidak terbunuh. Dia tidak akan mati sampai ia kelak menggiring orang-orang Arab dengan tongkatnya serta menguasai bumi.


" Kemudian, selang beberapa. saat mereka pergi ke rumah Ali.
Mereka minta ijin untuk masuk dengan penuh keyakinan bahwa Ali masih hidup, hingga mereka dapat memenuhi keinginan mereka untuk bertemu dengannya. Orang-orang yang menyaksikan pembunuhan terhadap Ali, yaitu keluarga, para sahabatnya serta putranya, mengatakan kepada para pendatang tersebut: "Subhanallah! Tidak tahukah kalian, bahwa Amirul Mukminin telah mati syahid?!"


Mereka menjawab: "Kami tahu pasti, bahwa ia tidak terbunuh dan tidak mati, hingga kelak ia menggiring orang-orang Arab dengan pedang dan cemetinya, sebagaimana ia pimpin mereka dengan hujjah dan bukti nyata yang ada padanya. Sungguh, ia mendengar segala bisikan yang penuh rahasia dan mengetahui apa yang ada di bawah selimut tebal. la demikian kemilau dalam kegelapan, sebagaimana kemilaunya pedang yang tajam."


Di antara mereka itu ada yang bernama Rusyaid Al-Hajari yang mengutarakan ideologinya secara tegas di hadapan Amir Asy-Sya'bi. Berkata Amir Asy-Sya'bi: "Suatu hari aku datang menemuinya, lalu ia berkata: aku keluar sebagai haji, maka aku berkata: aku membuat janji dengan Amirul Mukrninin, lalu aku mendekati pintu Ali r.a. kemudian aku berkata pada seseorang: ijinkanlah aku menemui Amirul Mukminin! Orang tersebut berkata: Bukankah Amirul Mukminin telah wafat? Aku jawab: la mati dalam pandanganmu, Demi Allah, ia sekarang. sedang bernafas, sebagaimana layaknya orang hidup. Orang itu berkata: Jika engkau memang tahu rahasia keluarga Muhammad, maka masuklah. la berkata: Maka aku masuk menemui Amirul Mukminin, kemudian beliau memberitahukan kepadaku hal-hal yang akan terjadi. Sya'bi berkata padanya: Semoga Allah mengutukmu, jika engkau berdusta! Kabar itu sampai kepada  Zaid, maka ia mengirim utusan kepada Rusyaid Al-Hajari, lalu memotong lidahnya. dan menyalibnya di depan pintu rumah Amr bin Harits."


Kisah ini juga disebutkan oleh Adz-Dzahabi dalam Tadzkiratul Huffadh, yaitu: Maka, aku berkata pada seseorang, ijinkan aku menemui penghulu para Rasul. la sedang tidur, jawabnya. la mengira bahwa yang kumaksud adalah Hasan, maka aku berkata padanya: yang kumaksud bukan Hasan, tetapi Amirul Mukminin, Imam kaum muttaqin serta pemimpin kaum Mukminin. Ia bertanya: Bukankah beliau telah wafat? Kemudian aku jawab: Demi Allah, ia sekarang sedang bernafas, sebagaimana orang hidup dan mengetahui apa yang ada di balik
selimut tebal."


Oleh karena itu, Amir Sya'bi pernah berkata: "Tak seorang pun dari ummat ini yang dirinya didustakan, seperti apa yang didustakan atas Ali," (maksudnya: tidak ada kedustaan yang dinisbatkan kepada orang lain, seperti halnya kepada Ali, dan orang-orang amoral itu telah mengarang kebohongan, lalu dikatakan oleh mereka bahwa Alilah yang mengatakannya)


Ibnu Hibban berkata tentang Rusyaid: "Bahwa 'ia percaya pada raj'ah." Sementara Ath-Thusi menyebutkannya dalam kelompok sahabat Ali r.a. dan menamakannya dengan Rusyaid Al-Hajari ArRayyasy bin Adi Ath-thai Rusyaid dianggap sebagai pintu-pintu para imam, dan ia sebagai pintu bagi Husain bin Ali r.a.


SIKAP KELUARGA DAN KETURUNAN (AHLI BAIT) RASULULLAH SAW KEPADA ABDULLAH BIN SABA’ DAN ANTEKNYA


Ahlul bait Nabi yang mulia menentang Abdullah bin Saba', sebagaimana Ali bin Abi Thalib. Hingga mereka semua mendustakannya serta menentang ucapannya yang busuk, dan kesesatannya.


Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh Ya'qub bin Yazid dan Muhammad bin Isa dari Ali bin Mahziar dari Fudhalah bin Ayyub Al-Azdi dari Aban bin Utsman berkata: Aku telah mendengar Abu Abdillah r.a. berkata: "Semoga Allah mengutuk Abdullah bin Saba', ia telah mendakwakan adanya unsur ketuhanan dalam diri Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib.


Sementara, Demi Allah, beliau adalah orang yang sangat taat. Sungguh celaka orang yang berdusta atas nama kami dan sesungguhnya satu kaum mengatakan tentang apa yang tidak pernah kami katakan mengenai diri kami. Kami berlindung kepada Allah dari mereka."
Al-Kasyi meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Quluwaih, ia berkata: Telah diceritakan kepadaku oleh Sa'd bin Abdullah, ia berkata: telah diceritakan kepada kami oleh Ya'qub bin Yazid dari Ibnu Abi Umair dan Ahmad bin Muhammad bin lsa dari ayahnya dan Husain bin Sa'd dari Ibnu Abi Umair dari Hisyam bin Salim dari Abi Hamzah Ats-Tsumali berkata, telah berkata Ali bin Husain r.a. :


"Semoga Allah mengutuk orang yang berdusta atas nama kami. Suatu ketika aku teringat pada Abdullah bin Saba', tiba-tiba berdiri bulu roma di sekujur tubuhku. la telah mendakwakan satu masalah besar yang sungguh tak layak diucapkannya. Semoga Allah melaknatinya. Ali r.a. adalah hamba Allah yang saleh, seukhuwah dengan Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam. la tidak mendapatkan kemuliaan dari Allah, melainkan dengan ketaatannya dengan Allah
dan Rasul-Nya, sebagaimana Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak memperoleh kemuliaan, melainkan dengan taatnya kepada Allah.'“


Al-Kasyi juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Muhammad bin Khalid Ath-Thoyalisi dari Ibnu Abi Najran dari Abdullah bin Sinan, berkata: Telah berkata Abu Abdillah r.a.:


 "Kami adalah satu keluarga yang senantiasa melakukan kebenaran, namun kita tidak pernah terbebas dari issu seorang pendusta yang berdusta atas nama kami. Maka, kebenaran yang selama ini kami tegakkan menjadi luruh di mata manusia disebabkan dusta-dusta yang ia cipta
atas nama kami. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah makhluk paling benar dalam ucapannya dan paling benar di antara semua makhluk, namun masih saja Musailamah mendustakannya. Begitu juga Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib, beliau adalah sebenar-benar makhluk yang diciptakan Allah setelah Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan orang berdusta atas namanya dan senantiasa berupaya untuk mendustakan kebenarannya serta mencipta kebohongan atas nama Allah. Dialah Abdullah bin Saba', semoga Allah melaknatinya."


Semua ini adalah riwayat Al-Kasyi yang berasal dari imam-imam Ahlul bait. Sebagaimana telah kita ketahui, kitab Kasyi yang berjudul Ma'rifatun Naqiihin 'Ani aim Matish Shodiqin telah diteliti oleh Imam Syi'ah yang sangat terpercaya di kalangan mereka, yaitu: Ath-Thusi yang mereka gelari dengan Syaikhut-thaifah (wafat pada tahun 460 H.)


 la meneliti kitab Al-Kasyi, lalu meniadakan tambahan-tambahan dan berbagai kesalahan. Kitab itu dinamakan dengan Ikhtiyarurrijal dan mendiktekannya kepada murid-muridnya di Masyhad Ghurwa, dimulai pada hari Selasa Shaffar tahun 456. Hal itu dinashkan oleh Sayyid Rhidhaddin Ali bin Thawus di Firajil Mahmum, sebagai nukilan naskah karya Syaikh Ath-Thusi, yang ditegaskan di situ bahwa itu merupakan ringkasan Kitabur Rijal karya Abu Amru Muhammad bin Umar bin Abdul Aziz AlKasyi dan kitab Ikhtiyarrurijal. Maka, yang ada pada masa kita ini, baik yang masih berbentuk manuskrip maupun yang telah dicetak tahun 1317 H. di Bombay, dan juga pada masa allamah Al-Huli adalah kitab Al-Ikhtiar karya syaikh Thusi, bukan Rijalul Kasyi yang asli. Karena, hingga hari ini, kitab tersebut masih belum ditemukan."


Dengan nukilan-nukilan dan nash-nash yang nyata-nyata dinukil dari kitab-kitab golongan Syi'ah sendiri, maka tampak jelas oleh kita mengenai eksistensi si Yahudi, Ibnu Saba', dan orang-orang yang mengutuknya dari kalangan Syi'ah. Yahudi keji ini dicaci dalam kitab-kitab mereka (Syi’ah) yang menukilkan kutukan Imam-imam mereka yang ma'sum. Sungguh, tidaklah masuk dalam logika kita, seandainya para Imam yang ma'sum itu mengutuk pribadi yang tidak diketahui wujudnya. Sedang di dalam ideologi kaum Syi'ah, tidaklah dibenarkan mendustakan Imam yang ma'sum. Itulah yang dapat kami terangkan, guna mengkonfirmasikan eksistensinya (Abdullah bin Saba’).


Sedang untuk berbicara tentang andil Ibnu Saba' dalam pembunuhan Utsman r.a., juga peranannya di masa Ali r.a. dan dampaknya bagi sekte-sekte Syi'ah serta mengenai para rawi, maka hal itu memerlukan tulisan lain.


"Ya Allah, Pemilik dan Pemelihara kami! Janganlah Engkau gelincirkan hati kami, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami dan limpahkanlah rahmatMu bagi
kami. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi" "Ya Allah, Pemilik dan Pemelihara kami, kami nyatakan beriman dengan apa-apa yang Engkau turunkan dan kami mengikuti para Rasul, maka tulislah kami beserta orang-orang yang menyaksikan kebenaran."




Wallahu’alam


Sumber :
-         Abdullah bin saba’ bukan tokoh fiktif karya Dr. Sa'diy Al-Hasyimi. Penerbit : amar press. Cetakan pertama 1998