Tuesday 8 November 2016

Bahaya Suka Dipuji Orang Lain


Dari Adi bin Artha, ia berkata, “Apabila salah seorang dari sahabat Nabi saw disucikan, ia berkata, ‘Ya Allah, janganlah Engkau menghukumku karena apa yang mereka ucapkan, dan ampunilah aku atas apa yang mereka tidak tahu.”
(Diriwayatkan Al-Bukhari)

 Penjelasan Singkat  


Dari hadits diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa Rasulullah saw dan para sahabatnya yang mulia adalah bukan orang yang suka disanjung dan gila pujian. Selalau wara' (berhati-hati), tawadhu', karena Rasulullah saw dan sahabatnya tahu bahwa justru pujian itu kebanyakan merugikan dan melemahkan diri sendiri. Sifat gila pujian akan membuat manusia mempunyai sifat riya' atau pamer dalam beramal sehingga keihlasan beribadahnya menjadi rusak, karena beramal dilakukan selain untuk mendapat pahala juga untuk mendapatkan sanjungan manusia.

Pujian itu dapat membuat seseorang terpesona akan dirinya sendiri. Ia bisa merasa takjub dengan dirinya sendiri. Sehingga bisa membuat seseorang yang tadinya berjalan di jalan yang lurus, akhirnya tercebur dalam kubangan dosa akibat munculnya sifat riya. Sedangkan orang yang merasa takjub dengan dirinya sendiri, dan menghendaki atau menginginkan pujian orang lain, baik dalam hartanya, ilmunya, maupun amalannya, kelak akan dicampakkan dalam Jahannam. Maka seseorang harus mewaspadai pujian dari orang lain. Jangan sampai ia terpedaya dengan pujian tersebut. Ketahuilah syaitan itu suka memuji manusia secara berlebihan. Sehingga ia menjadi takjub akan dirinya sendiri, dan memandang sebuah perkara yang buruk, baik di mata dia.

Sesungguhnya pujian atau penghinaan baru sebatas ditujukan pada kulitnya. Sehingga isi diri kita seringkali tidak sesuai dengan kulitnya. Maka tidak ada istilah sakit hati untuk penghinaan pada diri kita. Semestinya pula kita tidak sedikit pun mempunyai keinginan untuk dipuji dari makhluk. Dengan demikian tidak ada gunanya merekayasa diri, seperti membagus-baguskan penampilan hanya untuk dipuji. Sebaliknya, apa pun kita lakukan untuk sukanya Allah saja. Orang mau menyukai maupun tidak terhadap dirinya tidak menjadi masalah, yang penting baginya atas seluruh perbuatan pada siapa pun adalah Allah ridho.

Di antara manusia yang tahu mengenai diri kita adalah dirinya sendiri. Kemalangan yang besarlah mereka yang tidak mau jujur pada dirinya sendiri,karena ia akan menipu dirinya sendiri bahkan orang lain.
Metode untuk jujur pada diri sendiri pun bisa lebih optimal dapat dibantu dengan melakukan cara dua hal:
  1. Yang lebih mengetahui dirinya sendiri adalah orang-orang terdekat. Mereka melihat mendengar dan merasakan. Kalau kita tidak mau nanya pada orang terdekat kita, berarti tidak berupaya untuk jujur pada diri. Pertanyaannya, nyaman tidak pada orang terdekat kita mengenai keberadaan kita.
  2. Mendatangi orang-orang yang dikaruniai keyakinan yang dalam kepada Allah SWT. Sebab mata hati kita masih tertutup dengan dosa-dosa.
Rasulullah SAW bahkan amat tidak berkenan bila melihat orang lain memuji-muji:
"Bila kamu melihat orang-orang yang sedang memuji-muji dan menyanjung-nyanjung maka taburkanlah pasir ke wajah-wajah mereka." (HR. Ahmad)

Jangan menikmati pujian atau jangan termakan terjebak pujian. Pujian itu bisa memabukkan diri seseorang. Segalanya bisa jadi alat untuk membuatnya dipuji. Berbuat sederhana pun bisa menjadi alat pujian, yakni, supaya dinilai tawadlu. Padahal dengan pujian-pujian itu hidupnya bisa menjadi munafik. Orang-orang di sekitarnya juga tidak nyaman, karena orang-orang tidak bisa dibeli hatinya dengan kepura-puraan.

Sungguh Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah teladan umat islam yang paling utama. Hal ini sungguh harus menjadi perhatian generasi muda saat ini yang semakin jauh dari akhlaq islam. Seperti Suka menyanjung dan mengidolakan seseorang berlebihan seperti artis pujaan atau penyanyi, tapi melupakan dzikir dan sholawat. Suka disanjung dan dipuji tetapi lupa bahwa yang semua dimiliki adalah titipanNya, karena hanya Allah saja lah yang patut kita puji.  Karena Dia Maha Terpuji. Dampak buruk suka memuji dan dipuji berlebihan adalah menghilangkan keihlasan diri dan melupakan dzikir kepada Allah.

Apalagi dijaman modern ini ada facebook dan media sosial lainnya yang banyak sekali orang membuat statement atau status tertentu hanya untuk mendapatkan like atau jempol dari banyak orang. Semisal suka membuat status dakwah, kalau dapat like banyak dia bersemangat, kalau yang nge-like sedikit dia galau dan berhari-hari tidak berdakwah lagi di media sosial itu adalah salah satu contoh dia terkena dampak penyakit gila pujian. Bahkan yang lebih buruk lagi adalah membuat status atau statemen yang berisi tipuan atau hal-hal yang berbau maksiat hanya untuk mengemis like yang banyak dimedia sosial. Begitu lah jaman sekarang jaman teknologi globalisasi, fitnah dan serangan terhadap akhlaq dan akidah menyerang kita dari berbagai sisi kepada Allah sajalah kita berlindung dengan semua ini. (Ashabul-Muslimin.tk)

Wallahu'alam

sumber :

fajarcoid
eramuslim
berbagai sumber

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih