Friday 27 April 2012

Kita Sedang Melihat hal Aneh Binti Ajaib "Pinter Keblinger"

AKU MELIHAT HAL YANG ANEH BINTI AJAIB (PINTER KEBLINGER)
Mukadimah hadits:
"Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang amanah dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara." Lalu beliau ditanya, "Apakah Ruwaibidlah itu?" beliau menjawab: "Orang-orang bodoh (agama dan lemah berpikir) yang mengurusi perkara umum.“
 (HR Ibnu Majah)

Sebelum itu saya hanya bisa memberi satu kata untuk menghindari fenomena ini (pinter keblinger) : “jangan menyia-nyiakan ilmu yaitu dengan cara mencari ilmu tapi tidak mengamalkan ilmu itu.”
Orang jawa pasti tahu makna pinter keblinger itu. Pinter keblinger adalah orang yang pandai namun kepandaiannya justru membuat dia tertipu. Ada lagi yang mengatakan pandai namun bingung sendiri karena ilmunya. Dan istilah lain juga mengatakan maknanya orang yang pandai (punya ilmu) namun tidak tahu cara mengamalkan ilmunya. Dan jika hal itu dihubungkan dengan jaman ini ternyata hal ini bukanlah yang asing lagi karena banyak bukti-buktinya. Dari anak sekolahan yang amburadul sampai pemerintahan yang korup, padahal semuanya orang intelek tapi kenapa kok bangsa ini semakin buruk keadaannya. dan yang aneh lagi justru orang-orang tak berpendidikan tinggi kadang lebih baik moralnya daripada yang terpelajar.
Saya hanya bisa terheran-heran melihat kenyataan dijaman akhir ini seakan-akan saya sedang melihat sesuatu hal yang ajaib bin aneh. banyak orang yang mengaku Islam namun kenyataannya penampilan saja yang dibanggakan sementara perbuatannya tidak mencerminkan perbuatan orang islam. Katanya mengaku bermanhaj salaf (manhaj para sahabat rasul dan para pengikut yang benar) namun perbuatannya tidak mencerminkan perbuatan orang sholih pada zaman salaf (terdahulu) karena sekarang orang cuman pandai dimulut tapi salah dalam perbuatan.mereka pandai berdalil namun tidak bisa mengamalkan dalil yang mereka hafal. Bisanya cuman berdalil sementara dakwahnya isinya hanya vonis-vonis bid'ah... kek, kafir.. kek, sesat..kek, masuk neraka ..kek, dan dakwah-dakwah yang hanya memecah belah umat. Padahal yang mereka vonis adalah ahli tauhid. Bukan isinya dakwah yang saya singgung, tapi cara berdakwah yang salah kaprah itulah yang saya bahas. Bahkan ada yang sampai meng-klaim jama'ah yang paling benar, paling suci dan masuk surga yang lain kafir. Mungkin karena mereka tidak mau paham ilmu dan dalil yang lain. yang dielu-elukan cuma hadits tentang "terpecahnya umat ini menjadi 73 golongan dan hanya satu yang selamat". dan mereka lalu berpikiran cetek dengan mengkalim diri mereka paling benar dan paling selamat yang lain kafir dan sesat bahkan najis (contoh saja : aliran LDII) mereka menganggap golongan diluar club mereka sesat meskipun cuman beda partai tidak peduli yang divonis ahli tauhid atau bukan. Ibarat “katak dalam tempurung”  mereka hanya tahu ilmu-ilmu itu itu saja. sementara keluarganya sendiri rusak tidak mereka sadari apalagi nasib bangsa ini yang serba terpuruk luar dan dalam. Anaknya yang katanya anak pesantren dan bapaknya adalah ahli dakwah tapi kenyataannya tidak tahu adab-adab sebagai seorang murid atau seorang yang berbudi pekerti, kadang masuk rumah orang tanpa permisi kadang sama gurunya sering tidak sopan kadang juga bertamu malah ngobrol sendiri hal ini benar-benar tidak mencerminkan adab bertamu sebagai seorang muslim. dan lebih parah anaknya suka buka jilbab difacebook dan pacaran online tanpa sepengetahuan orang tua karena orang tuanya terlalu sibuk dengan dakwah kepada jama'ahnya.

Lain lagi dengan keadaan para intelek-intelek muslim yang bergelar doktor dan semacamnya. mereka terlalu sibuk dengan mengurusi penyakit sipilis (sekuler, pluralis, dan liberalis) terbukti dari semua karya ilmiah maupun buku-buku atau tulisan-tulisan yang sering diterbitkan dimedia massa hanya memuat itu-itu saja. mereka tidak sadar bahwa indonesia ini hampir mendekati ambang kehancuran, artinya musuh berhasil memperdaya pikiran mereka untuk mengurusi hal-hal sepele yang dampaknya juga belum tentu signifikan tapi melupakan urusan yang sangat dibutuhkan solusinya oleh rakyat. Kemiskinan meraja lela sementara pemerintah sibuk dengan korupsinya yang tidak selesai-selesai dan pemerintah hanya bisa mengumbar janji-janji palsunya, sementara kalau sudah jadi wakil rakyat mereka melakukan penyelengan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. yang lebih memprihatinkan pada waktu tahun 2008 lalu ada pembagian zakat rame-rame desak-desakan sampai banyak yang meninggal. niat hati mendapatkan sesuap nasi namun kenyataan dijemput mati. belum lagi masalah kenakalan remaja yang akan menjadi penerus bangsa ini. mereka banyak yang moral luar dan dalam. dari membolos sekolah, tawuran bahkan sampai dijemput ajal, mengkonsumsi miras , narkotika, pacaran sampai hamil, bayi dibuang-buang ketempat sampah dan prilaku “kriminalisme” oleh remaja lainnya yang semakin membuat kondisi bangsa ini semakin terpuruk dan terjajah.
Lain juga keadaannya ketika kita melihat para ahli-ahli dakwah yang ada di TV-TV. Mereka hanya bisa dakwah yang isinya menarik dan supaya laku didengar orang banyak supaya dia bisa tetep eksis ditelevisi karena gajinya yang menjanjikan. Mereka tak mau tahu kearah mana bangsa ini maju. Entah kearah surga atau neraka. Mereka tak mau tahu tentang  masalah kecurangan pemerintahan, kebodohan, kemiskinan, moral remaja dan sebagainya. Lalu ada lagi da’i-dai yang cuman bisa ngelawak namun isi dakwahnya hampir tak ada karena isinya cuman lawakan. Kalau begini siapa lagi yang harus dijadikan panutan?
Lain juga dengan keadaan dipondok pesantren sekarang ini. Walaupun kenyataan setiap tahun ponpes meluluskan santri-santri yang jumlahnya beribu-ribu namun kenyataan kondisi indonesia tidak berubah. Yang baik ya baik yang rusak semakin rusak. Dan juga ahli dakwah cuman itu-itu saja. Apakah dipondok itu cuman diajari wirid-wirid yang belum tentu itu amalan sunah yang diajarkan rasulullah? Terlalu sibuk wirid sehingga mereka lupa kewajiban mereka sebagai seorang muslim yang bertanggung jawab kepada kemajuan islam dinegri ini. Apakah dipondok itu cuman “dicekoki” hafalan-hafalan kitab kuning yang tebal-tebal itu yang kalaupun sudah lulus dari pesantren tidak tahu bagaimana mengaplikasikan ilmunya. Udah gitu masih ngerasa mereka jama’ah paling mengikuti ajaran rasul lagi. Sementara isinya cuman nyanyi-nyanyi rebana diiringi alunan musik. Apakah rasulullah mengajarkan hal itu? Lalu bagimana dengan kewajiban dakwah mereka sebagai seorang ahli ilmu agama yang bertanggung jawab kepada masyarakat muslim disekitarnya. Sementara kita melihat banyak muda-mudi disekitar situ yang rusak moral, pacaran, mabuk-mabukan dan sebagainya apakah mereka tidak peduli dengan hal itu?. Paling tidak mereka berusaha bekerja sama dengan masyarakat sekitar dan melaporkan ini kepada pihak yang berwenang.
Lalu lain juga dengan keadaan mahasiswa sekarang ini. Setiap tahun perguruan tinggi meluluskan beribu-ribu orang ‘intelek’ juga seperti lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Namun lagi-alagi hanya menambah masalah dinegri ini. Karena katanya “kaum intelek” itu malah melakukan tindakan diluar nalar yang tidak mencerminkan kaum yang berpikir. Dari demonstrasi yang mengakibatkan kericuhan, tawuran antar mahasiswa, mabuk-mabukan sampai dengan seks bebas (bahkan sudah jadi tren)  oleh sebgaian manusia yang katanya “maha” siswa itu. Pantas saja kalau adik-adik kelas di sekolah menengah melakukan hal yang sama dengan kakak kelasnya. Lha wong dedengkotnya saja sudah ngawur apalagi adik-adiknya pasti lebih ngawur. Bahkan ada berita Seperti yang artikel ditulis oleh Valentino, mengenai Yogya dan ‘Hidden Culture’ dalam Seks Bebas yang mengungkap hasil laporan studi Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH), bahwa sebanyak 97,05 persen mahasiswi telah melakukan hubungan seks di luar nikah. Naudzubillah. Apakah bisa makhluk kayak gitu dikatakan kaum intelek yang terpelajar?
Inikah kelakuan-kelakuan mahasiswa yang katanya “manusia-manusia berpendidikan tinggi” namun kenyataannya jauh panggang daripada api (jauh dari kenyataan). Apalagi yang katanya akan menjadi kader calon pemimpin negri ini, penerus bangsa ini, penerus guru bagi bangsa ini. Lah, pantaslah kalau indonesia ini pemimpin-pemimpin cuman pandai minteri (membodohi) rakyat.  bukannya mengayomi dan berusaha mensejahterakan rakyat kecil tapi malah menindas habis-habisan. Bukannya membangun negri tapi uangnya malah dikorupsi. Bukannya menjadi teladan yang baik bagi rakyat namun justru jadi panutan sesat. Padahal pemimpin adalah panutan rakyat. Kalau pemimpinnya kayak gitu gimana rakyatnya. Ibarat “kalau pemimpin kencing berdiri rakyatnya kencing berlari, kalau pemimpinnya kencing berlari rakyatnya kencing sambil mengendarai motor kali” (hehehe...:D)
Inilah tanda akhirzaman.
Mengahadapi kenyataan ini kita tidak bisa tinggal diam. Oleh karena itu saya tidak akan panjang-panjang membacakan dalil yang seabrek, nanti malah bingung (ikut-ikutan pinter keblinger). Cukup satu penjelasan dari al-Qur’an  :

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’du [13] : 11)

Jadi mulailah kita perbaiki mulai diri sendiri. Jangan mengurusi orang lain sebelum diri sendiri baik. Dan saya berterima kasih jika anda menyebarkan  tulisan ini, sebagai wujud kecil kepedulian anda kepada kebaikan.

Wallahu’alam




0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih