بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيمِ
REFLEKSIKANLAH
IDUL ADHA (HARI RAYA BERKURBAN)
Oleh
: Muhammad Ashabus Samaa'un
DOWNLOAD VERSI E-BOOK PDF : DOWNLOAD
Mukadimah
Umat Islam mempunyai 2 hari raya.
Yaitu hari raya idul fitri (jatuh pada 1 syawal) dan hari raya idul adha (jatuh
pada 10 dzulhijah). Oleh karena itu sudah cukuplah dua hari raya itu untuk
bersuka cita dalam ibadah dan beramal dan untuk meningkatkan keeratan tali
silaturahim. Sebelum hari raya idul fitri berlangsung umat islam
diwajibkan berpuasa 30 hari pada bulan ramadhan dan sebelum hari raya idul
Qurban (idul adha) umat islam dianjurkan untuk berpuasa Arofah pada tanggal 9 dzulhijah
yang disebut hari Arofah karena ketika itu dimekkah umat islam sedang
melaksanakan rukun haji yaitu ibadah wukuf di padang Arofah.
Sedangkan
keutamaan hari raya yaitu kita kembali kepada fitrah kita yaitu suci dari perbuatan
syahwat dan dosa serta mengembalikan semangat ketakwaan dan kecintaan kita
kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dengan refleksi hubungan mempererat tali
silaturahim kepada sesama muslim dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Kemudian
yang mampu dalam hal harta juga diharapkan untuk membelanjakan hartanya untuk jalan Allah demi
kemaslahatan umat. Yang kaya membantu yang miskin, yang kuat membantu yang
lemah. Itulah refleksi perayaan hari raya kita. Sehingga hikmah dari berkurban
dapat kita rasakan bersama-sama. Karena sesungguhnya berkurban tidak hanya
rutinitas penyembelihan hewan pada saat hari raya idul adha tetapi lebih
spesifik maknanya adalah hubungan interaksi sosial yang harmonis setiap saat,
seperti si kaya yang rela membantu si miskin, gotong royong membantu kaum
dhuafa’ dan sebagainya itulah makna sesungguhnya dari hikmah berkurban.
Hari raya
adalah hari untuk bersuka cita atas karunia Allah SWT atas semua nikmat yang
telah Dia karuniakan kepada kita dengan jumlah yang tak dapat kita hitung. Akan
tetapi hari raya bukan berarti untuk hura-hura dan pemborosan seperti yang
dilakukan orang kafir pada saat malam hari raya mereka. Semacam berpesta makan sampai
larut malam dan sebagainya. Dan yang diundang hanya orang-orang kaya. Sedangkan
yang miskin dibiarkan terlantar. Hal itu bertentangan sekali dengan perayaan
hari raya umat islam. Karena makna hari raya umat islam adalah semua lapisan
masyarakat tidak memandang miskin kaya, pejabat atau rakyat semuanya merasakan
kegembiraan yang sama. Dimalam yang agung semua umat islam bergembira dengan
bertakbir kepada Allah diiringi siangnya acara silaturahim untuk mempererat
persatuan umat islam. Dan harusnya tak ada seorangpun umat islam yang kelaparan
pada saat hari raya, jika tidak maka masyarakat disekitarnya berdosa semua jika
memang mengetahui tetapi sengaja mengacuhkan. Itulah makna hari raya yaitu indahnya
kepedulian dan kebersamaan dalam ketakwaan.
Kaum muslimin
rahimakulullah, Jangan sampai kita meniru-niru orang kafir dalam berhari raya.
Misalnya perayaan tahun baru masehi, perayaan hari valentine, perayaan natal,
perayaan tahun baru imlek, dan sebagainya yang tidak ada dalam kamus islam.
Karena semua itu ditegaskan keharamannya oleh semua ulama tanpa ada perbedaan pendapat
karena semua itu termasuk perilaku tasyabuh (meniru-niru) orang kafir. Karena
muslim yang suka tasyabuh maka lama-kelamaan juga ikut-ikutan seperti orang
kafir juga dari cara berpakaian, cara berbahasa, bahkan cara ibadah
dikhawatirkan menyerupai mereka (misalnya ikut-ikutan natalan), jika terus
begitu maka akidah pelaku tasyabuh juga akan mengikuti yang ditiru, bisa
dibilang telah kafir namun tidak sadar. Oleh karena itu tidak heran jika nabi
Muhammad SAW pernah bersabda dalam hadits yang tidak diragukan keasliannya
(sahihnya) yang berbunyi :
“Barang
siapa meniru/menyerupai suatu kaum, maka dia adalah bagian dari mereka.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Oleh
karena itu kita patut perihatin dengan keadaan muda mudi muslim saat ini. Yang
mereka banyak yang masih meniru-niru tata cara berpakaian, gaya bahasa, gaya
rambut sampai akhlaq yang rusakpun mereka tiru dari orang kafir itu, lebih
buruk lagi pada saat malam tahun baru misalnya mereka ikut-ikutan memenuhi
lapangan luas atau alun-alun kota untuk meramaikan malam tahun baru tersebut.
padahal sudah pasti perayaan tahun baru dan sejenisnya adalah hari raya orang
kafir. Belum lagi didalam hari raya itu terdapat kemungkaran yang sangat banyak.
Misalnya ikhtilath (campur baur laki perempuan), pacaran, penghamburan harta,
bahkan mabuk-mabukan pun dianggap biasa.
Begitulah
keadaan hari raya orang kafir, sungguh merusak moral manusia, akan tetapi yang
membuat kita keheranan adalah perilaku jahil (bodoh) umat islam hari ini khususnya
yang remaja dan muda-muda. Yaitu mereka semangat sekali ikut-ikutan merayakan
hari raya orang kafir, akan tetapi pada saat perayaan hari raya umat
islam sendiri, misalnya pada saat malam takbiran. Ternyata masjid terkesan sepi
dari anak-anak muda. Bahkan banyak pula diantara mereka malah melakukan maksiat
misalnya begadang dipinggir jalan, berduaan dengan lawan jenis, bahkan
mabuk-mabukan pada malam hari raya umat islam, Naudzubillahi min dzalik. Tanda
kiamat sudah dekat.
Hal itu bukan
sekedar bualan saya karena saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa
pada saat hari raya idul fitri / malam takbiran masjid agung dikampung saya
sepi sekali namun disampingnya ada alun-alun kota yang dipenuhi dengan
muda-mudi yang asyik bermaksiat. Dari yang gitaran, pacaran sampai
mabuk-mabukan dilakukan dimalam takbiran, Masya Allah.
Bagaimanakah
Tuhan / Allah SWT tidak murka ketika sebagian manusia bermaksiat / kufur
ditengah umat islam yang lain tengah berdzikir/bertakbir kepada Allah. Maka
tidak heran jika bencana alam terjadi dimana-mana (dari musim kemarau panjang
yang mengakibatkan paceklik yang berkepanjangan, kemudian gempa bumi, angin
topan, gunung batuk (meletus), banjir bandang, badai bahkan tsunami, tanah
longsor dan sebagainya). Semua itu tidak lain adalah peringatan bagi orang yang
beriman supaya berhenti bermaksiat dan azab bagi yang kafir pelaku kekufuran.
Hal itu bukan
sekedar fenomena alam seperti yang digembar gemborkan ilmuwan kafir dari barat.
Tetapi jika kita mau memperhatikan sejarah masa lalu tentang kebinasaan
kaum-kaum ingkar semacam kaum luth, kaum tsamud, kaum nabi Nuh dan sebagainya
dibinasakan oleh Allah SWT karena kemuysrikan dan kerusakan moral sudah
menyebar dimana-mana tanpa seorangpun yang berusaha mencegahnya. Dan bahkan
nasehat dari Nabi mereka diacuhkan sama sekali. Maka akibatnya azab yang
memperingatkan mereka. Naudzubillah
Inilah misi
besar umat islam hari ini yaitu berusaha menyerukan kebenaran dan mencegah
kemungkaran-kemungkaran sesuai kemampuan dan ilmu masing-masing. Karena
mengingat dakwah islam tidak hanya tanggung jawab ustadz atau syaikh dan ulama.
Mengingat jumlah mereka sangat sedikit dan objek dakwah (orang awam) sangat
banyak. Oleh karena itu partisipasi muda mudi muslim sangat diharapkan sekali
disini, mengingat masa depan islam ada ditangan mereka.
Yah, begitulah
keadaan kita hari ini kebanyakan masjid-masjid sepi daripada muda-mudi namun
justru kebanyakan anak kecil yang masih polos belum tahu apa-apa tentang ilmu
agama. Dan juga orang tua-tua yang sudah lanjut usia yang masih mau
menghidupkan masjid Allah, padahal apakah kita tidak kasihan dengan mereka
karena seharusnya orang yang sudah tua harusnya lebih banyak istirahat, mengingat
umur mereka yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk menghidupkan dakwah islam.
Seharusnya
amanah dakwah itu dipegang oleh para pemuda akan tetapi kita melihat sebaliknya.
Para pemudanya sibuk dengan hal yang tidak berguna bahkan mengacuhkan aturan
agama sama sekali. Padahal majunya islam ini tidak lain jika muda-mudinya semangat
dalam menegakkan islam. Karena yang mudalah yang mempunyai semangat dan
kekuatan yang besar dalam membangun sebuah peradaban islam. Seperti riwayat
kehidupan umat islam dimasa lampau. Dimana islam saat itu berjaya karena sebagian
besar pemuda waktu itu adalah menyibukan diri dalam kegiatan dakwah islam di
masjid-masjid maupun lingkungan masyarakat dan bersemangat dalam menuntut ilmu
agama maupun ilmu terapan.
Inilah masalah
kebodohan / kejahilan umat islam hari ini. Yang mengakibatkan sebagian besar
umat islam terlena oleh hura-hura kehidupan dunia namun sayang sekali urusan
akhirat mereka sama sekali tidak mau tahu, padahal kehidupan dunia ini hanya
sementara saja, dalam istilah orang jawa : “mampir ngombe”/ mampir minum.
Artinya sangat singkat sekali kehidupan dunia ini. Dan akhirat itulah kehidupan
yang sebenarnya.
Bahkan yang
lebih memprihatinkan kadang jaman sekarang ini tidak jarang agama islam
dijadikan kedok untuk menutupi kebusukan tikus-tikus politik. Ditambah lagi yang
muda hura-hura, yang tua lalai ibadah, yang memimpin korup, yang pelajar
berakhlaq rusak, yang kecil-kecil jadi korban tontonan seronok , ulamanya sibuk
dengan majelisnya sendiri dan lain sebagainya. Maka tak pelak umat islam yang
jumlahnya sangat besar (lebih dari 1,2 Miliar orang) hanya dijadikan
budak-budak / mainan para pemuja setan (orang-orang kafir) padahal jumlah
mereka tak seberapa bila dibandingkan dengan jumlah umat islam.
Makna “Berkurban”
Menyembelih hewan
kurban adalah salah satu bentuk ibadah pada hari raya idul adha. Tapi berkurban
yang sesungguhnya bukan sekedar itu hikmah lain adalah berkurban bisa juga identik
dengan pengorbanan kita terhadap perjuangan agama. Apa maksudnya?
Untuk melihat seberapa
besar kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya maka bisa dilihat dari sebesar pengorbanan
kita untuk kemajuan islam. Untuk lebih singkat dan lebih jelas tentang makna
berkurban kami akan membawakan satu pepatah. Kita mengenal pepatah”cinta butuh
pengorbanan”. Apa maksudnya?
Cinta memang
kata yang tidak akan pernah habis dibahas oleh manusia, dari cerpen, novel
sampai tayangan sinetron kadang
kebanyakan temanya tentang percintaan muda-mudi. Tapi bukan cinta monyet
tersebut yang akan kita bahas. Akan tetapi yang akan kita bahas adalah refleksi
hari raya idul adha dalam kehidupan kita khususnya para pemuda islam. Untuk
membuktikan seberapa besar ketulusan cinta kadang kita perlu pengorbanan waktu,
tenaga dan biaya bahkan nyawa bisa jadi taruhan. Cinta bukanlah seperti yang
dipahamkan oleh sebagian besar muda-mudi hari ini yang lebih condong kepada
interaksi saling suka antara laki-laki dan perempuan. Bukan begitu makna cinta sebenarnya
bagi seorang muslim .
Untuk membuktikan
keluasan makna cinta akan saya paparkan beberapa hal yang bisa jadi pelajaran
untuk kita. Misalnya seorang ayah rela
mengorbankan seluruh tenaga dan waktunya untuk mencari nafkah untuk anak
istrinya karena kecintaan dia kepada anak dan istrinya. Terkadang karena rasa
cinta kepada anak dan istri, maka rasa sakit dan penderitaan bisa berubah
menjadi kebahagiaan.
Misalnya orang
tua yang capek banting tulang cari nafkah untuk anak-anaknya. Ia tidak
merasakan capeknya kesulitan hidup ketika dia melihat senyum kebahagiaan dari
anaknya. Segala pengorbanan orang tua adalah tulus dan ikhlas kepada anaknya,
walaupun terkadang jika sudah dewasa anak itu tak menganggap semua jasa kedua
orang tuanya, bahkan ketika orang tuanya sudah renta menguruspun tidak mau.
Sungguh celakalah anak yang durhaka yang tidak mau berterima kasih kepada Allah
dengan berbakti kepada orang tuanya !.
Itulah makna
cinta yang sebenarnya. Yaitu rasa kasih sayang yang disertai dengan ketulusan
dalam pengorbanan, meskipun yang kita cintai tidak pernah membalas kebaikan
kita. Dan cinta bukanlah kata bualan yang sering dijadikan kata “topeng “ untuk menutupi syahwat yang
tengah membelenggu para remaja yang dilanda asmara. Itu adalah hawa nafsu,
bukan cinta ! karena hal itu (cinta
pacaran/ cinta monyet) bila dibiarkan hanya akan mendekatkan kepada zina.
Lalu
bagaimanakah islam menafsirkan kata cinta tersebut?
Dalam al-Qur’an
Allah SWT Berfirman ;
“Dan di
antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika
seandainya orang-orang yang berbuat lalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa
Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).”
(Al-Baqoroh [2] ayat ;165)
Begitulah makna sebenarnya cinta itu dalam
islam. Makna cinta yang sebenarnya bagi kita adalah suatu sikap ketundukan dan
kepatuhan untuk beribadah kepada Allah dengan tulus dan semata-mata hanya
mengharapkan balasan-Nya saja . Artinya jika kita beribadah dan beramal salih
semuanya semata-mata hanya untuk Allah. Itulah cinta yang sebenarnya. Itulah
cinta yang akan menyelamatkan kita dari azab akhirat. Itulah seperti yang
dialami nabi Ibrahim as yang dijuluki kekasih Allah pada saat diuji kecintaannya
dan ketulusan imannya, yaitu dengan cara memerintahkan beliau untuk menyembelih
putranya sendiri yaitu nabi Ismail Alaihissalam. Sehingga diabadikan oleh
syariat islam dalam kegiatan menyembelih hewan Qurban pada saat hari raya Idul
Adha.
Cinta ternyata bukan saja terbatas dalam hal
kebaikan saja. Ternyata dalam ayat diatas juga disebutkan bahwa ternyata ada
juga sebagian manusia yang cinta yang batil yaitu cinta kepada kemusyrikan.
Yaitu mereka cinta kepada Toghut (yang
dipatuhi selain Allah) dan berhala-berhala baik itu berupa patung atau benda
mati yang dicintai seperti orang islam yang mencintai Tuhannya.
Atau bahkan jaman sekarang ini artis-artis
atau bintang film pun bisa dibilang berhalanya remaja karena mereka lebih
dicintai dan diidolakan daripada Allah dan Rasul-Nya. Misalnya saja fenomena
akhir-akhir ini tentang konser boyband korea (misalnya : suju /super junior
boyband cs) atau justin bieber, rihana dll. Tentu sebagian besar orang, apalagi yang remaja tentu mengenal
personil super junior yang semua
personilnya ternyata berakidah nasrani apalagi artis-artis barat kebanyakan adalah penganut satanisme (pemuja setan). Namun ironisnya ketika tiket konser mereka
yang harganya setinggi langit (sekitar 1 juta sampai 2,5 juta) dilahap habis
oleh fansnya yang kebanyakan para remaja muslim.
Bahkan
ada banyak diantara mereka yang rela mengantri dari dari subuh (tentunya
tidak terpikir untuk sholat subuh dahulu) sampai jam 9 pagi untuk mendapatkan
tiket yang harganya gila sekali itu. Itu artinya mereka lebih mencintai berhala
yang bernama super junior daripada
Allah dan Rasul-Nya. Karena mereka pertama boros harta karena
membeli tiket (baca : tiket neraka) segitu mahalnya mau saja, yang kedua ketika
super junior beraksi mereka ada yang
histeris (teriak-teriak sambil menangis kayak orang edan atau orang kesurupan).
Lebih aneh lagi ada yang menangis histeris karena tidak kebagian tiket. Sihir
macam apakah yang dilancarkan oleh berhala dari korea itu sehingga
remaja-remaja sampai segitunya sikapnya terhadap boyband idolanya itu. Apalagi
mereka (boyband berhala) kadang sering menyerupai pakaian model perempuan dan
gaya rambut model perempuan apalagi tampangnya mereka nyaris mirip perempuan
sehingga kadang sulit membedakan mereka itu laki-laki ataukah perempuan.
Itu artinya remaja sekarang telah terkena
penyakit Fasiq dan musyrik yang
sangat membahayakan akidahnya. Karena
mereka telah menempatkan kecintaan
kepada boyband (boy bencong) melebihi cinta mereka kepada Allah buktinya mereka
rela meninggalkan sholat subuh hanya untuk mendapatkan tiket (konser neraka) yang tidak berguna itu ! Jika seandainya ajal
mereka dijemput dalam keadaan seperti itu tentu saja mati dalam keadaan su’ul
khotimah (mati kafir / mati konyol), Naudzubillahi
min dzalik.
Itulah polemik remaja sekarang ini. Mereka
telah kehilangan teladan dan panutan yang sesungguhnya. Karena mereka telah
jauh dari ilmu agama dan jauh dari pendidikan islam. Mereka telah salah jalan.
Generasi islam hari ini adalah generasi paling terpuruk bila dibandingkan
dengan generasi islam sebelumnya. Tidak saja mereka bodoh agama, selain suka
membantah nasehat, terkadang perilaku dan gaya mereka lebih cenderung
menyerupai sifat orang-orang kafir.
Lalu kembali kepada istilah makna
pengorbanan. Karena cinta maka orang rela berkorban apa saja untuk yang
dicintainya. Misalnya muda mudi yang telah buta mata hatinya, sangat
mengidolakan kepada boyband. Mereka rela berkorban menghabiskan uang
berjuta-juta untuk membeli tiket (baca : tiket neraka) konser yang sama sekali
tidak berguna dan suatu kemungkaran. Hal itu tidak lain karena hati mereka
sudah sangat cintanya kepada berhala berwujud boyband itu tadi.
Tindakan mereka sama halnya dengan orang
musyrik jaman dahulu (jaman sekarang pun masih ada) yang rela menyembelih sapi
atau hewan ternak dan mempersembahkan emas perhiasan kepada patung-patung
sesembahannya. Padahal patung-patung itu sendiri mereka buat, dan patung itu
tidak bisa berbuat apapun apalagi menciptakan sesuatu. Itulah kebodohan yang
sangat bodoh adalah kebodohan orang musyrik penyembah berhala (dan remaja
penyembah/pemuja boyband). Karena menurut logika saja memang seharusnya kita
menganggap itu hal yang tidak waras. Akan tetapi karena terlanjur cinta buta
mereka kepada berhala maka mereka rela melakukan itu semua!. Itulah cinta yang
batil yang bisa menjerumuskanke dalam kesengsaraan duni dan akhirat. Dari
itulah maka wajiblah kita sebagai remaja muslim patut waspada terhadap fenomena
akhir zaman ini dan kita harus berusaha meningkatkan keimanan kita supaya tidak
terpengaruh oleh kerusakan zaman.
Berbeda 180 derajat makna berkurban bagi umat
islam dengan orang kafir. Jika orang kafir berkurban untuk hal yang tidak masuk
akal dan sia-sia sama sekali.
Sedangkan kita umat islam berkurban itu bukan
sekedar menyembelih kurban. Menyembelih hewan
kurban pada saat hari raya idul adha lalu dibagi bagikan kepada fakir
miskin dan orang sekitarnya itu hanyalah sebagian kecil dari pengorbanan
kelebihan harta kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Berkurban itu maknanya
sangat luas. Misalnya Imam bukhari (seorang ahli hadits yang termashur) rela
mengorbankan seluruh usia dan masa mudanya untuk menuntuti ilmu dijalan Allah
SWT. Sehingga ilmunya dapat dimanfaatkan kaum muslimin jaman dulu sampai jaman
sekarang. Apa yang dilakukan imam bukhari itu adalah juga pengorbanan yang
besar kepada Islam. Karena apa yang dilakukan imam bukhari adalah sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan dakwah islam. Akan tetapi kita jangan melihat
hasilnya tapi lihatlah seberapa besar usaha dan keihlasan beliau. Sehingga kita mampu meneladani akhlaq beliau dalam
berkorban demi kejayaan islam.
Berbeda sekali dengan keadaan anak muda jaman sekarang bila dibandingkan dengan kisah
Imam bukhari yang mengorbankan seluruh usianya baik masa muda, maupun masa tua,
bahkan sampai akhir hayatnya untuk mengembangkan keilmuan khasanah islam.
Mereka lebih menghabiskan masa muda mereka untuk hal yang sia-sia bahkan menghancurkan
kehidupan masa depan mereka bahkan juga menghancurkan kebahagiaan diakhirat
kelak. Mereka banyak meremehkan nasehat dari orangtua , guru dan ustadz mereka.
Karena barangkali mereka menganggap usia
mereka masih panjang dan menganggap masih ada kesempatan tobat dihari tua
nanti. Mereka tak sadar bahwa mereka tertipu bualan syaiton. Memangnya ajal
bisa mereka tentukan sendiri waktunya? Tentu saja kelahiran dan kematian
segalanya ada ditangan Allah dan tanpa seorang makhlukpun mengetahuinya kapan
seseorang dijemput ajal. Karena banyak sekarang ini kematian mendadak yang
ternyata yang meninggal adalah kebanyakan anak-anak muda. Entah karena sakit, mabuk
sampai sekarat, tawuran atau kecelakaan semua itu cuman perantara menuju
ajalnya. Jadi jangan menganggap mumpung masih muda, waktunya untuk hura-hura.
Ingatlah mati bisa menjemput siapa saja dan kapan saja !. Sebaliknya sebagai
remaja muslim maka Imam Bukhari memang pantas jadi panutan kita. Karena beliau
rela mengorbankan masa mudanya sampai akhir hayatnya untuk kepentingan Islam.
Tokoh-tokoh seperti Nabi Muhammad SAW,
Khulafaurrasyidin dan para ahli haditslah yang seharusnya menjadi pan utan
generasi muda islam saat ini, yang mengajarkan pengorbanan yang besar tidak hanya dengan materi, tetapi
dengan seluruh harta,waktu, jiwa dan raga semua itu demi kejayaan islam ini.
Dan semua yang kita lakukan hanya mengharap balasan dari Allah SWT saja, tidak
boleh kita mengharapkan imbalan dan balasan baik berupa harta maupun pujian
dari orang lain karena itu adalah sifat riya’ yang dapat menghapuskan seluruh
amal . Tidak patut sekali jika artis-artis kafir mengumbar ajaran rusak moral
yang dijadikan teladan bagi para remaja muslim. Karena lihat saja hasilnya,
kenakalan remaja dan kerusakan moral remaja secara tidak langusng adalah hasil
dari ajaran-ajaran berhala bernama artis itu. Tontonan televisi, sinetron,
maupun internet tidak ada satupun ajaran kebaikan daripada artis-artis itu.
Yang ada hanyalah cara berpakaian yang seronok serta gaya hidup glamour.
Lalu setelah sampai disini seharusnya kita
paham bahwa makna hari Raya Idul Qurban atau hari raya idul adha adalah
kesempatan kita untuk meningkatkan kesadaran kita akan pentingnya pengorbanan
seluruh yang kita punyai baik itu harta, usia, jiwa dan raga untuk berjuang
diatas jalan Allah (agama Islam). Karena memang itulah tujuan kita diciptakan
didunia ini yaitu seperti yang tercantum dalam surat Adz-Dzaariyat Ayat 51 :
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku.”
Artinya adalah tujuan muslim diciptakan
didunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah SWT dengan ikhlas dan rela
mengorbankan kehidupan dunia ini untuk kehidupan yang jauh lebih baik diakhirat
kelak. Oleh karena itu salah sekali jika kita menganggap pengorbanan itu hanya terbatas
pada penyembelihan Qurban.
Tidak!
Pengorbanan sesungguhnya adalah pengorbanan seluruh hidup kita untuk
kejayaan agama yang lurus ini ! Oleh karena itu saya ingatkan kepada generasi
muda. Masa depan agama islam ada ditangan kalian, Jika kalian tidak mau
mengorbanakan usia muda kalian untuk menuntut ilmu (khususnya ilmu syar’i) maka
bagaimanakah islam akan maju?. Islam akan terus terpuruk dan terhina jika kita
masih dalam keadaan seperti ini. Dulu saja para pahlawan kemerdekaan Indonesia
rela mati demi kemerdekaan bangsa Indonesia, lalu bagaimanakah pengorbanan kita
kepada islam? Seberapa besarkah pengorbanan kita kepada islam sehingga kita
beranggapan kita akan masuk surga? Ingatlah
firman Allah berikut ini ! :
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.
(Al-Baqoroh Ayat 214)
Pada zaman dulu Rasululullah SAW dan para
sahabat rela berjihad, dicaci, dihina, dilempari batu dan mengorbankan nyawa
demi agama islam. Karena kecintaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Sehingga
penderitaan apapun tidak mereka rasakan. Karena mereka yakin bahwa dunia ini
adalah penjara bagi orang mukmin dan kampung halaman yang sebenarnya adalah
surga di akhirat. Salah jika kita mengharapkan kebahagiaan dunia ini karena
dunia ini hakikatnya adalah ujian dan penderitaan dan penjara bagi mukmin.
Sedangkan kebahagiaan sebenarnya adalah diakhirat kelak.
Akhir kata kami bawakan nasehat salah seorang
ulama untuk para remaja “barangsiapa
yang banyak tertawa dimasa muda niscaya akan banyak menangis dimasa tua”. Artinya
barangsiapa menggunakan masa mudanya untuk hal yang sia-sia dan bersifat hura-hura
maka itu adalah awal dari kesengsaraan dimasa tuanya. Kesengsaraan dimasa tua
bisa berakibat kufurnya manusia. Misalnya karena terpepet tidak punya biaya
menyekolah anak-anaknya sehingga orang tua rela jadi perampok atau penjambret.
Terkadang semua itu adalah kerena balasan dari masa mudanya yang suka
hura-hura.
Inilah Misi
Para Pemuda Islam
Inilah tanggung
jawab sebagian kita yang masih sadar dan peduli tentang peradaban islam yang
akan menaungi dunia dalam kedamaian dan kesejahteraan. Mumpung kita dalam
suasana ibadah haji dan memasuki hari raya Idul Adha mari kita refleksikan ilmu
kita untuk menyemarakan dakwah islam. Jangan sampai masjid-masjid kita sepi
sementara muda mudinya sibuk bermaksiat, nongkrong-nongkrong dijalanan sambil
ikhtilath (campur-baur muda mudi) bahkan sampai minum minuman keras. Inilah
realitas yang harus kita hadapi ditengah semakin derasnya fitnah-fitnah (ujian)
yang dihadapi umat islam hari ini.
Tidak memandang
ini ustadz, ini santri, ini awam, ini aliran ini dan aliran itu. Idul adha kali
ini seharusnya kita buktikan dengan semangat kebersamaan tanpa memandang perbedaan
kecil. Idul adha ini adalah salah satu kesempatan kita untuk menyemarakan
dakwah islam dan berdzikir kepada Allah. Juga kesempatan kita untuk berkorban
demi kecintaan kita kepada Allah. Bukan hanya berkurban hewan Qurban akan
tetapi inilah titik awal kita untuk kembali menyemarakan dakwah islam. Ini
saatnya kita kembali kepada fitrah kita sebagai umat islam yaitu semangat
kebersamaan dalam membangun islam. Tinggalkan semua perbedaan kecil yang hanya
menjadi polemik bagi kelangsungan persatuan umat islam. Kita adalah umat yang
terpuruk. Sudah cukup segala penderitaan ini dan saatnya kita bangkit dan
bersatu untuk kembali memperjuangkan dakwah islam yang akan menyinari lagi
dunia kedamaian suatu saat nanti di saat dunia mendekati akhir.Wallahu’alam
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh