Oleh : Dr. Azim Jamal
Salah
satu cara yang sangat membantu untuk memahami diri kita sendiri adalah
menulis catatan harian. Cara ini sangat berguna untuk memperlihatkan apa
yang sebenarnya terjadi dalam hidup kita. Dengan catatan harian kita
bisa menilai dengan lebih baik semua niat, reaksi, kelemahan, dan
kekuatan yang kita miliki. Catatan harian bagaikan rekaman video yang
terus-terusan merekam semua perilaku dan aktivitas kita.
Menulis
catatan harian sangat membantu kita untuk memelihara kesadaran dan
pemahaman kita mengenai perjalanan hidup yang sedang kita tempuh. Dengan
memiliki catatan harian, kita dapat menangkap makna segala peristiwa
yang kita alami dalam hidup. Dengan begitu, kita akan menjalani
kehidupan secara lebih tenang dan lebih nyaman. Sering kali kita merasa
bahwa selama ini kita telah bersikap sabar dan sadar. Namun, dengan
memerhatikan catatan harian, kadang-kadang kita melihat kekurangan dan
kesalahan yang kita lakukan. Saya sendiri merasakan dan mengalaminya.
Dengan menuliskan berbagai pengalaman sehari-hari, saya mendapati bahwa
kadang-kadang saya berlaku tidak sabar ketika menghadapi orang lain dan
tidak peka terhadap perasaan mereka.
Catatan
harian akan membuka mata kita setiap saat untuk mengamati dan
memerhatikan segala sesuatu yang telah kita lakukan. Kadang-kadang kita
melakukan sesuatu tindakan yang kita larang dilakukan orang lain.
Rekaman seperti itulah yang kita butuhkan untuk mengevaluasi setiap
langkah yang kita ambil. Rekaman itu akan membantu kita untuk tetap
terjaga dan memungkinkan kita untuk secara bertahap mengurangi dan
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang kita miliki.
Catatan
harian membantu kita untuk menangani kelemahan dan kekurangan kita
secara lebih efektif. Sebab, melalui catatan harian, kita dapat melihat
dan memahami secara lebih baik setiap masalah yang terjadi dan kemudian
kita membulatkan tekad untuk membereskannya.
Sadar dan Terjaga untuk Mengenali Kelemahan dan Meneguhkan Kekuatan
Catatan
harian, yang merekam seluruh aktivitas, akan membantu kita untuk
berpikir secara lebih objektif dalam menilai setiap perilaku kita untuk
kemudian memperbaikinya sesuai dengan misi dan tujuan hidup kita. Dengan
menulis catatan dan merenungkan pilihan yang kita buat setiap hari,
kita akan mengenali titik-titik kelemahan kita. Setelah mengenali dan
mengidentifikasi titik-titik kelemahan tersebut, kita bisa mulai mencari
akar penyebabnya. Perhatikan, alasan atau pemicu utama seperti apakah
yang mendorong kita melakukan sesuatu tindakan atau perilaku. Jika kita
tetap sadar, terjaga, dan waspada, kita akan lebih memahami diri sendiri
sendiri dan kemampuan kita untuk menyelesaikan masalah.
Sebagai
contoh, dengan menuliskan catatan harian, saya dapat mengamati beberapa
kekurangan diri saya sendiri, menentukan penyebabnya, dan berupaya
mencari cara untuk memperbaikinya. Misalnya:
- Kadang-kadang
saya sulit mengendalikan marah. Saat perilaku itu muncul, saya merasa
kurang terkendali dan tidak sabaran. Saya sadar, saya cenderung sulit
mengendalikan amarah ketika saya sibuk melakukan banyak pekerjaan dalam
satu waktu sehingga saya merasa tertekan dan akibatnya, saya kehilangan
ketenangan dan kendali emosi.
- Pada saat-saat tertentu saya
sulit merasa rileks dan nyaman. Pada saat seperti itu, saya cenderung
bersikap tergesa-gesa dan tak dapat menikmati momen indah yang terjadi
dalam kehidupan. Saya menemukan bahwa kebahagiaan berasal dari proses
menghayati hidup dari momen ke momen. Setiap momen dan setiap hari
senantiasa menyediakan kesempatan emas untuk merasa bahagia.
Mengenali
titik-titik kelemahan akan membantu kita tetap sadar. Kesadaran itu
akan menjaga kita agar tidak melenceng dari tujuan dan misi hidup kita.
Saat kita mengetahui dan memperbaiki kelemahan kita, saat itu pula kita
memahami kekuatan yang kita miliki. Tahun kemarin, jauh-jauh hari kami
telah merencanakan untuk berlibur di Inggris. Namun, dua hari sebelum
berangkat, istri saya sadar bahwa paspornya kadaluarsa.
Biasanya,
menghadapi keadaan seperti itu saya cenderung bersikap tidak sabaran
dan emosional. Namun, pengalaman telah mengajari saya bahwa sikap dan
perilaku seperti itu merupakan kelemahan diri yang harus saya perbaiki,
sedikit demi sedikit. Karenanya, alih-alih merasa kesal dan memarahi
istri saya, saya mengajaknya berunding dan mempertimbangkan beberapa
pilihan untuk mengatasi persoalan itu.
Kami bersepakat pergi
ke kantor imigrasi keesokan paginya untuk menanyakan kepada petugas
apakah mereka bisa memperbarui paspor dalam waktu satu hari. Sebenarnya
kami tahu, biasanya butuh waktu lima hari kerja untuk memperbarui
paspor, tetapi kami harus mencobanya. Entah hal buruk apa yang akan
terjadi bila mereka tidak memperbarui paspor itu tepat waktu. Tentu saja
rencana liburan kami akan hancur berantakan. Kesulitan lain datang.
Sejak pagi hari salju turun dengan lebat sehingga kami kesulitan
menempuh perjalanan ke kantor imigrasi. Kami bersabar dan berusaha agar
dapat tiba di kantor itu. Sungguh beruntung, setibanya di kantor
imigrasi, tak ada antrian sama sekali. Mungkin orang-orang enggan
bepergian karena hujan salju ini. Ditambah lagi, ketika istri saya
mengajukan permohonan pembaruan paspor, seorang supervisor datang dan
berkata kepada penjaga loket, “Layani baik-baik ibu ini! Cuaca lagi
buruk.” Begitulah, kesabaran telah membantu saya menuntaskan
permasalahan. Urusan paspor selesai sesuai dengan harapan. Selain karena
badai salju, ketenangan dan kesabaran saya menghadapi urusan itu telah
memudahkan kami mendapatkan solusi yang tepat. Meski bersalju, kami
benar-benar menikmati hari itu. Pengalaman itu semakin meneguhkan
keyakinan saya bahwa jika saya dapat mengendalikan amarah, kehidupan
akan terasa lebih nyaman dan lebih indah.
Kesadaran Membantu Kita untuk Selalu Belajar dari Orang Lain
Pergaulan
dan perjumpaan kita dengan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari akan
memberi kita banyak pelajaran dan pengalaman yang berharga. Jika kita
membuka diri terhadap pengalaman orang lain dan berbagai pandangan
mereka, kita akan memiliki sudut pandang baru tentang hidup, yang pada
gilirannya akan memperluas cakrawala dan cara pandang kita. Namun, kita
harus tetap terjaga dan membuka pikiran jika kita ingin belajar dari
orang lain. Jika kita membuka pikiran, kita akan lebih memahami diri
kita sendiri dan orang lain. Tentang hal ini, saya punya contoh yang
lain dari kehidupan keluarga saya sendiri.
Saya
sering kesal kepada putri saya, Sahar, karena tak pernah mau
membereskan sendiri kamar tidurnya. Semakin saya merasa kesal dan
memarahinya habis-habisan, akibatnya semakin buruk: anak itu menangis
keras, sementara kamarnya tetap berantakan dan ia tetap menolak perintah
saya. Lebih jauh, seharian itu kami saling mendiamkan dan terus-terusan
bertengkar. Dan yang lebih buruk, dengan berperilaku seperti itu
sesungguhnya saya telah memberikan contoh yang buruk kepada anak
laki-laki saya yang menyaksikan pertengkaran kami. Ketika istri saya
datang dan melihat kami bertengkar, ia langsung berlari ke arah Sahar
dan memeluknya. Ia mengatakan kepada Sahar, betapa pada hari kemarin ia
telah sangat membantunya dengan membersihkan dapur, mengerjakan PR-nya,
dan menjaga adik laki-lakinya. Sesaat kemudian, Sahar tak lagi menangis
dan ia langsung membereskan kamar tidurnya, dan kemudian mengerjakan
PR-nya dengan wajah yang ceria. Istri saya mampu memberikan solusi yang
sangat baik dengan menyentuh empati Sahar dan mengungkapkan
kebaikan-kebaikan yang dilakukannya. Cara itu dapat membuat putri kami
kembali merasa tersanjung dan dengan sukarela mengerjakan
tugas-tugasnya. Dalam keadaan seperti itu saya mempelajari perilaku saya
sendiri dengan melihat kekuatan istri saya dan kebutuhan putri saya.
Bagaimana
kita memandang berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup kita akan
menentukan bagaimana kita bereaksi terhadap segala persoalan. Jika kita
bersikap optimis, kita akan bereaksi terhadap berbagai peristiwa dengan
sikap dan perilaku yang positif. Reaksi kita terhadap berbagai keadaan
yang melibatkan orang lain sesungguhnya menggambarkan cara kita
menangani permasalahan.
Kesadaran akan Membawa Kita Pada Saat Ini
Ketika
kita sadar dan terjaga, kita akan terhubung sepenuhnya dengan segala
sesuatu yang terjadi pada Saat Ini. Apa pun yang sedang kita lakukan,
dan siapa pun yang terlibat dalam kehidupan kita, setiap momen baru yang
kita alami akan memberi kita pengalaman dan pelajaran baru. Agar kita
dapat benar-benar mengalami kehidupan yang kita jalani, kita harus
mempergunakan seluruh indra, perasaan, emosi, dan intuisi kita. Potensi
emosi dan intuisi akan membantu kita memahami pesan tersembunyi dari
setiap peristiwa yang kita alami. Dengan kedua aspek itulah kita dapat
memahami bahasa-bahasa yang tak terkatakan serta ungkapan jiwa dan
bisikan hati orang lain.
Ketika kesadaran kita
tentang pengalaman hidup berkembang semakin baik, kita akan cepat
mengetahui dan menyadari saat kita berjalan menyimpang dari misi hidup
yang telah kita tetapkan. Selain itu, kita dapat merespons setiap
permasalahan yang kita hadapi dengan cara yang pantas dan lebih baik.
Jika
kita berani mengakui dan mengenali kelemahan diri kita, berarti kita
telah mengambil jalan yang tepat untuk mengatasi dan memperbaiki
kelemahan tersebut. Namun, mengetahui dan mengakui kelemahan kita
hanyalah separuh solusi. Separuh lainnya adalah menguatkan tekad untuk
melakukan langkah-langkah perbaikan. Mungkin pada awalnya kita sulit
menerima kekurangan atau kelemahan diri kita tersebut. Namun, jika kita
menempuh proses ini dengan tulus, kita akan menemukan fakta-fakta baru
mengenai diri kita dan orang lain. Pemahaman-pemahaman baru ini akan
membuka pintu bagi munculnya makna-makna sejati kehidupan yang akan
memandu kita menuju kebahagiaan dan kepuasan sejati.
Bagaimana Memulainya:
Catat
dalam buku harian dan tandai secara khusus saat-saat ketika Anda
merasakan suatu perasaan yang benar-benar mendalam. Luangkan waktu
selama lima atau sepuluh menit sebanyak dua atau tiga kali dalam satu
hari sehingga berbagai pemikiran dan gagasan yang sangat berharga tidak
berlalu begitu saja. Atau, jika Anda menuliskannya hanya satu kali dalam
sehari, luangkanlah waktu yang lebih lama. Namun, menurut pengalaman
saya, dibutuhkan perhatian yang lebih besar untuk mencermati berbagai
hal jika Anda hanya melakukannya sekali dalam sehari. Bacalah lebih
sering buku harian Anda agar Anda lebih mengenal diri Anda dengan segala
kekuatan dan kelemahannya.
Luangkanlah waktu
satu jam untuk mencermati dan memikirkan berbagai gagasan serta
pemikiran yang telah Anda rekam dalam buku harian. Tuliskan hasil
pengamatan Anda itu.
Tuliskan satu pelajaran
yang Anda dapatkan dari pengalaman hidup selama hari itu. Cermatilah
pelajaran tersebut sebagai bahan pertimbangan untuk menghadapi hari
esok. Lakukanlah tugas harian ini selama satu minggu penuh dalam setiap
bulan dan perhatikanlah bagaimana hidup Anda berkembang lebih baik dan
setiap pengalaman yang Anda rasakan menjadi lebih berharga.
Diskusikan
hasil pengamatan Anda itu dengan pasangan Anda atau dengan teman dekat
untuk mengetahui begaimana pendapat mereka tentang perilaku Anda. Ini
akan memberi Anda pemahaman-pemahaman baru mengenai diri Anda yang
sesungguhnya.
Sumber : penerbit zaman