Monday, 27 March 2017

Ujian Berat Bagi Wanita Muslimah Di Akhir Zaman

Mukadimah ayat : 

‘Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik.” [QS. An Nahl (16):72].

 Ayat diatas menjelaskan bahwa wanita memang diciptakan dalam bentuk manusia dari jenis seperti nabi Adam AS, sehingga dapat berkembang biak dan berkeluarga dan banyak keturunan dan tercipta sebuah masyarakat. Diciptakannya kaum hawa dari rusuk nabi adam sendiri memang untuk mendampingi nabi adam as begitu juga diciptakannya wanita memang di takdirkan untuk mendukung dan mendampingi laki-laki di muka bumi ini. Keduanya memang tak bisa dipisahkan bila dipisahkan manusia akan punah dan kehidupan cepat berakhir. Oleh karena itu sebagai pria harus belajar menghargai wanita dan sebaliknya karena saling bergantung, dulu manusia jahiliyah menganggap bayi perempuan adalah aib bagi keluarga. Sehingga dikubur hidup hidup, beda dengan jaman islam yang memposisikan kedudukan wanita sebagai mahluk mulia yang bertugas sebagai ibu bagi manusia dan pembangun martabat sebuah bangsa. Karena ibu yang baik adalah menghasilkan anak cucu generasi yang baik pula, begitu sebaliknya, oleh karena itu jangan meremehkan pendidikan agama dan duniawi kepada wanita, mereka berhak mendapatkanya untuk memperbaiki dan mendidik generasi setelahnya.

Memang jenis yang bernama wanita, makhluk Tuhan yang tercipta paling indah. Banyak keistimewaan dianugerahkan Allah kepadanya. Banyak kelebihan wanita yang jarang dimiliki laki-laki. Bahkan di balik kesuksesan lelaki hebat, ada wanita hebat pula di belakangnya.wanita hari ini memiliki andil di setiap bidang kehidupan. Sebagai anggota parlemen, mengurus masalah kenegaraan, hingga berpeluh-peluh sebagai buruh bangunan. Menjadi wanita karier atau numpang eksis di media sosial. Menjadi model iklan, yang lebih sering tidak ada hubungannya dengan wanita itu sendiri, terkesan hanya menggunakan tubuh wanita sebagai penarik pelanggan.

Belum lagi, kasus-kasus prostitusi yang semakin ngeri. Ditambah maraknya ajang-ajang pencarian bakat dengan dalih menfasilitasi wanita yang memiliki potensi dan bercita-cita tinggi, hanyalah pemanis di balik pahitnya eksploitasi wanita yang ditunggangi para pengusaha haus kekayaan.Tuntutan kehidupan hedonis yang menjadikan poros hidup untuk mendapatkan kesenangan duniawi, menyebabkan wanita fokus bagaimana mendapatkan materi. Sibuk memberi kepuasan jasmani dan melupakan kebutuhan rohani. Asyik bermedia-sosial tak peduli masalah-masalah sosial. Lebih senang memoles wajah dengan make up daripada mengisi otak dengan pemahaman Islam.Para pendukung sistem kapitalisme sangat mengetahui bahwa generasi akan hancur dan peradaban akan mundur bila wanita meninggalkan perannya, maka wanita diserang dengan ide-ide feminisme atau kesetaraan gender.

wanita kini menuntut ilmu bukan atas kewajiban syar’I, dengan hasil menjadi bekal untuk mencetak generasi taat dan sebanyak-banyak manfaat untuk kemaslahatan umat. Namun, ilmu yang digeluti hanyalah ilmu yang bersifat duniawi nan sekuler, mencampakkan ilmu ukhrawi yang hakiki serta memisahkan antara agama dan kehidupan. Ilmu hanya digunakan sebagai alat bekerja dan mendapat gaji tinggi.Tatkala penjajahan pemikiran yang digencarkan Barat, semakin menjauhkan kaum muslim dari agamanya, maka wanita pun dituntut menjadi penggerak opini di tengah masyarakat. Menyebarkan dakwah Islam untuk mengembalikan umat dari jalan sesat.

Sayang seribu sayang, sikap individual yang terbentuk akibat penerapan sistem kapitalisme menjadikan wanita apatis dan apolitis. Apatis akan problematika umat. Tak peduli akan jeritan saudaranya yang memanggil-manggil namanya meminta pertolongan. Bahwa sesungguhnya kaum muslim itu bersaudara dan satu tubuh seolah menguap, hilang tanpa bekas makna.wanita yang apolitis tak mampu melihat kebijakan penguasa yang zalim. Solusi-solusi pragmatis akibat dari tak mampu berpikir kritis. Tak mampu menggali masalah sampai ke akar-akarnya. Apakah bersikap pasrah, bersabar dan berdoa saja mampu melawan kezaliman bila kita tak bergerak melawan kezaliman tersebut?Keluarga sebagai benteng pertahanan terakhir pun tak luput dari serangan kapitalisme.

Krisisnya moral generasi akibat lenyapnya peran wanita sebagai pendidik generasi. Disibukkan pekerjaan hingga lupa amanah sebagai ibu dan manajer rumah tangga. Berbanding lurus dengan kasus perceraian dan penelentaran anak.Menurut Kasubdit Kepenghuluan Direktorat Urais dan Binsyar Kementerian Agama, data 2009-2016, kenaikan angka perceraian mencapai 16-20 persen. Hanya 2011 turun, sebanyak 158.119 perceraian dari 285.184 sidang talak setahun sebelumnya. Adapun rekor angka perceraian tertinggi terjadi pada 2012 yaitu 372.557. (Media Umat, Oktober 2016). Sedang untuk kasus anak terlantar, catatan Kemensos mencapai angka 4,1 juta. (www.kemsos.go.id, 29 Maret 2016).

Di akhir zaman ini, umat saat ini merindukan wanita salehah bercita-cita tinggi. wanita yang memanfaatkan waktunya mengkaji ilmu pengetahuan dan tsaqofah Islam, menjadi ilmuwan dan intelektual peradaban. Serta menunaikan kewajiban berdakwah kepada umat sebagai bentuk penyadaran terhadap tipuan kapitalisme. Tanpa melupakan pula kewajibannya sebagai ummu wa rabbatul bayt mencetak generasi gemilang.Layaknya Khadijah yang menyumbangkan seluruh hartanya di jalan perjuangan Rasulullah, senantiasa di sisi Beliau saat kaum kafir menista tanpa henti, dan dengan itu Allah telah menjanjikannya rumah di Surga yang di dalamnya tak ada kebisingan serta keletihan. Ada pula sosok Aisyah, sepeninggal Rasulullah, ia menjadi rujukan ilmu terutama tentang bagaimana kepribadian Rasul dan kehidupan rumah tangga beliau.

Aisyah mampu menjadi perawi ribuan hadis dan tidak ketinggalan dalam memberikan masukan kepada penguasa dalam urusan kenegaraan. Dan siapa yang tak kenal dengan Imam Syafi’i, beliau adalah ulama yang melahirkan banyak buku dan Beliau lahir dari rahim seorang wanita mulia, Fatimah binti Ubaidillah.Terbuktilah perkataan Hasan Al Banna bahwa wanita adalah tiang negara, jika baik wanita dalam suatu negara, maka baik pulalah negara tersebut, namun jika buruk wanitanya maka buruk jugalah negaranya. Maka, wanita-wanita bertakwa akan hadir di tengah masyarakat bertakwa dan negara yang bertakwa.Oleh karena itu, sistem kapitalisme sekuler hari ini takkan mampu mencetak wanita bertakwa yang diinginkan. Walhasil, hanya sistem Islam yang mampu mengembalikan kemuliaan wanita dan kejayaan peradaban. Wallahu a’lam bis shawaab.

Refrensi : fajar.co.id

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih