Monday, 4 June 2012

Pendidikan Anak : Keteladanan Dalam Pendidikan Anak

Oleh : Ustadzah. Khofifah Indar P.


keluarga sakinah
Dizaman modern yang penuh dengan perbaharuan dalam dunia teknologi dan informasi yang semakin pesat ini ternyata memberikan dampak yang serius dalam pola kehidupan bermasyarakat. Banyak orang tua yang mengeluhkan tentang nasib pendidikan anaknya. Kebanyakan keluhan mereka adalah anak yang bandel sulit diatur, lingkungan pergaulan, dan perilaku anaknya. Akan tetapi jarang sekali mereka yang mengeluhkan anaknya tentang masalah agama yang justru merupakan faktor penentu dalam kesuksesan pendidikan akhlaq dan kesuksesan duniawinya. Kebanyakan orang tua sekarang masih menggunakan metode pendidikan dengan cara lama yang sulit dihilangkan kebiasaan ini. Yaitu memberikan tanggung jawab sepenuhnya kepada sekolah. Padahal waktu disekolah paling lama sehari paling Cuma 7 jam sedangkan sisanya sekitar 17 Jam dihabiskan dilingkungan rumah. Hal ini berarti 75 % pendidikan adalah tanggung jawab orang tua. Akan tetapi orang tua cenderung sayang kepada kesibukannya daripada kepada anaknya. Sehingga jikalau anak terlibat dalam masalah kenakalan karena kurangnya perhatian daripada orangtuanya, yang sering disalahkan adalah pihak sekolah. Padahal guru dirumah / orang tua adalah guru paling utama  bagi anak.



Memang dalam pendidikan islam tanggung jawab pendidikan anak adalah kepada kedua orang tuanya bukan kepada orang lain / guru disekolah atau ustadznya. Oleh karena itu orang tua perlu memahami berbagai metode pendidikan anak jika ingin mempunyai anak shalih yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Dalam berbagai metode pendidikan anak ada bermacam-macam metode misalnya pendidikan anak usia dini, pendidikan karakter islam, pendidikan keteladanan, pendidikan pergaulan dan sebagainya. 


Dalam pendidikan islam diajarkan berbagai contoh keteladanan tokoh-tokoh muslim sebagai suri tauladan yang baik. Selain nabi kita muhammad sebagai uswatun hasanah (suri teladan yang baik) , ada salah satu tokoh terkenal yang sering disebutkan dalam al-Qur’an yaitu  Lukman al Hakim (dalam surat al-Luqman). Walaupun dia bukanlah seorang nabi namun namanya Istimewa disisi-Nya. Karena dia telah dikaruniai ilmu hikmah dalam pendidikan kepada anak-anaknya. Sebagai seorang muslim kita memang patut menirunya dan menjadikan orang-orang shalih sebagai panutan umat dalam mendidik dan membangun bangsa ini. 



Al-Qur’an diturunkan tidak hanya untuk dibaca dan dihafal. Namun lebih penting adalah untuk dipahami isinya dan diamalkan apa yang menjadi pelajaran didalamnya. Kita takkan menjadi baik jika al-Qur’an kitab suci yang penuh hikmah itu hanya dijadikan pajangan/hiasan dalam rak buku. Atau hanya sekedar membacanya saja tanpa berusaha mengetahui makna yang dibaca. Makanya banyak orang tua sekarang ini salah asuh sehingga banyak sekali perilaku kenakalan remaja tidak terlepas dari ketidaktahuan para orang tua dalam pola pendidikan yang efektif. Nah, dalam al-Qur’an kisah Lukman al-Hakim merupakan kisah yang paling memberikan inspirasi dan motivasi dalam bidang pendidikan dan bimbingan anak didik kita. 



Nama Luqmanul Hakim sangat popular dalam dunia Islam, karena nasihat-nasihatnya yang penuh hikmah. Bukan sekadar pesan, namun nasihatnya merupakan pendidikan seorang bapak terhadap anaknya yang penuh dengan kasih sayang serta ajaran tentang akidah dan akhlak. Karena keteladanannya dalam mendidik anak itu pula, Allah mengabadikan namanya dalam Alquran, yakni Surah Luqman.  Tentang asal-usul Luqman, ada beda pendapat di antara para ulama. Ibnu Abbas menyatakan bahwa Luqman adalah seorang tukang kayu dari Habsyi. Riwayat lain menyebutkan, ia bertubuh pendek dan berhidung mancung dari Nubah, dan ada yang berpendapat dia berasal dari Sudan. Dan, ada pula yang berpendapat Luqman adalah seorang hakim di zaman Nabi Daud AS.



POKOK NASEHAT LUKMAN KEPADA ANAKNYA




 Ada enam hal penting yang disampaikan Luqman kepada anaknya. diantaranya : 


Pertama, larangan mempersekutukan Allah. (QS Luqman: 13).


Kedua, berbuat baik kepada dua orang ibu-bapak. (QS Luqman: 14).


 Ketiga, sadar terhadap pengawasan Allah dimanapun kita berada. (QS Luqman: 16).


Keempat, mendirikan shalat, 'amar makruf nahi mungkar, dan sabar dalam menghadapi persoalan. (QS Luqman: 17).


Kelima, larangan sombong dan membanggakan diri (QS Luqman: 18).


Dan keenam, bersikap sederhana dan bersuara rendah (QS Luqman: 19).




Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kisah Luqman tersebut, terutama soal keteladanan seorang bapak dalam mendidik anak. Luqman menanamkan tauhid dan keimanan kepada Allah SWT, juga norma dan tata cara berhubungan dengan keluarga dan masyarakat luas. Luqman tidak hanya berbicara, tapi langsung memberikan uswah (teladan) kepada anaknya.



 Urgensi keteladanan disebutkan dalam hadis nabi. "Barang siapa yang memberikan contoh baik, maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang yang mengikuti hingga hari kiamat, yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikit pun. Dan barang siapa yang memberi contoh buruk, maka baginya dosa atas perbuatannya dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa dikurangi sedikit pun dosa orang-orang yang mengikutinya." (HR Imam Muslim).


 Dalam konteks sekarang, kisah Luqman perlu disosialisasikan secara terus-menerus di tengah bermunculannya kasus anak-anak yang tidak mendapatkan hak sewajarnya dalam keluarga. Mereka hidup nyaris tanpa perlindungan. Bahkan, banyak anak hidup di bawah ancaman dan kekerasan, karena orang tua lari dari tanggung jawab.



 Di sisi lain, kini banyak perilaku negatif di masyarakat yang bisa mendorong anak-anak menjadi jauh dari akidah dan akhlak Islam. Tayang televisi yang kurang bermutu, serta maraknya aksi pornografi dan pornoaksi, merupakan bagian dari penyebabnya. Akibatnya, anak-anak kerap mengalami krisis keteladanan.



 Untuk itu,  keluarga memegang peran penting agar anak-anak menemukan keteladanan dalam hidupnya. Dari keluarga, anak menemukan tata nilai agama dan norma yang berhubungan dengan masyarakat, sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW. Sehingga, terbentuk keluarga sakinah yang senantiasa dinaungi hidayah Allah SWT. Insya Allah


Demikian kajian dari kami semoga bermanfaat.


Wallahu’alam

Refrensi : suararakyat.co.id


0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih