Wednesday, 1 February 2017

Kisah Islam : Orang Bunuh Diri Karena Hati Kosong Dari Iman



"Sepinya kehidupan tanpa orang tersayang tak seberapa dibanding gelap dan sepinya alam kubur, derita tanpa cinta tak seberapa dibandingkan sengsaranya hidup dineraka, engkau pikir mati adalah tempat peristirahatan padahal itu adalah tempat penantian hari pembalasan"
  
                       (Syair Ashabul Muslimin)


Mukadimah Hadits



Dari Abu Hurairah RA ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menerjunkan diri dari gunung untuk bunuh diri, maka dia di neraka jahannam menerjunkan diri di dalamnya, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa minum racun untuk bunuh diri, maka racunnya itu di tangannya dia meminumnya di neraka jahannam kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya. Dan barangsiapa bunuh diri dengan senjata tajam, maka senjata tajam itu di tangannya dia melukai dengannya di neraka jahannam, kekal lagi dikekalkan di dalamnya selama-lamanya”. [HR. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasai]

Hadits diatas mengajarkan kepada kita bahwa kita dilarang membunuh diri sendiri dan hal itu termasuk dosa besar, sering kali masalah kehidupan membuat kita putus asa dan kita ingin istirahat tenang tidur nyenyak setelah mengalami kematian, salah besar, karena setelah mati manusia akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya selama hidup didunia, orang yang bunuh diri dia akan masuk neraka dan dihukum seperti waktu ia bunuh diri apabila minum racun ia akan meminum racun berkali-kali dineraka, apabila gantung diri maka ia akan gantung diri berkali-kali dineraka.  Sebagaimana kisah dibawah ini semoga menjadi pelajaran buat kita supaya jangan putus asa dengan Rahmat Allah SWT, hidup didunia memang isinya cobaan dan ujian bahkan hampir tiada sedikitpun kesenangan karena ulamapun pernah berkata bahwa dunia  adalah penjara orang mukmin. Maka kita harus bersabar dalam menjalani kehidupan ini, berbeda dengan surga yang merupakan tempat kembali yang penuh kesenangan tidak ada sedikitpun ada masalah kehidupan di surga, itulah tempat kembali bagi orang yang bersabar atas ujian Allah SWT itulah imbalan yang pantas untuk orang yang bertakwa kepada-Nya.

Di dunia ini kebanyakan yang menyebabkan orang mengahiri kehidupan adalah masalah cinta dan kadang masalah ekonomi tapi kebanyakan adalah masalah cinta, orang kalau sudah mencintai mahluk melebihi cintanya kepada Allah SWT ia akan menderita seumur hidupnya jika kehilangan orang yang ia cintai seakan hidup terasa sepi sempit dan hampa, tapi ketika ia mencintai Allah diatas semua mahluk jika ia kehilangan orang yang ia cintai akan sadar bahwa segala berasal dari Allah dan kepada Allah lah semua akan kembali, keluarga yang kita miliki dan harta yang kita miliki bukan lah milik kita semua akan kembali kepada Allah kapanpun Allah berkehendak mengambilnya dari kita, jika anda kehilangan orang yang yang dicintai ingatlah jika sabar maka Allah akan mengganti dengan bidadari disurga nanti, jika kita kehilangan sesuatu harta benda yang kita miliki ingatlah Allah akan mengganti istana dari emas disurga nanti, kita hanya dituntut untuk sabar dan menerima kenyataan sambil berdoa semoga mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari apa yang sebelumnya kita miliki. Memanglah menyakitkan ditinggal orang yang kita sayangi, tapi lebih menyakitkan lagi jika harus mengahiri hidup dengan bunuh diri dan pada akhirnya tersiksa di neraka. Sungguh kita hidup didunia hanya sementara, semua yang ada hanya tipu daya, sedangkan akhirat adalah tempat kembali yang sebenarnya, keimanan kepada Allah SWT adalah bekal paling utama diatas segalanya, kebanyakan manusia mudah dibujuk rayu setan adalah karena kosongnya Iman dalam hatinya sedikit sekali mengingat Allah dan Hari Kiamat sehingga mudah terombang ambing ketika terkena masalah.

Berikut kisahnya,

Kisah ini terjadi pada diri seorang muslim yang berusia lebih dari lima puluh tahun. Ia telah meraih gelar Dokter spesialis di laboratorium. Ia tumbuh se-bagai seorang peneliti medis swasta. Ia mempunyai seorang istri dan anak-anak yang sebagian belajar di Universitas. Antara ia dan istrinya terdapat beberapa problem sebagaimana banyak terjadi di mayoritas rumah tangga. Problem ini semakin ruwet hingga si istri meminta untuk kembali ke negara asalnya. Ini menunjukkan si dokter bukanlah penduduk asli negara yang sedang ia tempati. Lantas istri dan beberapa anaknya berangkat menuju negara asal dan tinggallah hanya ia dan anak sulungnya yang selalu mengunjunginya. Beberapa famili menasehatinya agar menikah dengan wanita lain, namun ia menolak dengan harapan istri dan anak-anaknya masih mau kembali kepadanya.

Beberapa waktu setelah ditinggalkan keluarga, ia merasa kehidupan dunia semakin sempit, sehingga setan berupaya menggoda agar ia mengakhiri kegelisahan hidupnya dengan bunuh diri. Ia telah mencobanya berkali-kali dengan cara menelan obat berdosis tinggi, namun tidak ada yang berhasil. Karena setiap kali ia menelan obat tersebut, orang-orang yang ada di sekitarnya berusaha menyelamatkannya dengan melarikannya ke rumah sakit dan dilakukan pencucian lambung kemudian ia keluar dengan kehidupan baru.Demikianlah terjadi beberapa kali. Lelaki ini telah mengalami gangguan mental yang memaksanya untuk tinggal di rumah sakit jiwa selama sebulan.

Ia keluar dari rumak sakit dengan membawa makna hidup dan cita-cita yang tinggi serta semangat kerja yang baru. Keinginan untuk bunuh diri telah pupus dari pikirannya. Ia kembali melaksanakan tugas rutinnya di laboratorium dan kembali hidup secara normal. Delapan bulan kemudian, lelaki ini menelepon abang kandungnya yang bertempat tinggal lebih kurang 400 km dari rumahnya. Abangnya mengira bahwa adik-nya tersebut meneleponnya sebagaimana biasa, yaitu hanya untuk mengetahui kabarnya agar ia tenang. Tetapi ternyata menyampaikan tekadnya bahwa dalam waktu dekat akan pergi ke tempat istri dan anak-anaknya. Dalam pembicaraan tersebut ia menyampaikan beberapa maklumat pribadi seperti tabungannya di bank, nomor pin kartu ATM, tempat tinggal pribadi dan lain-lain. Hal ini membuat abangnya heran dan merasa bahwa ini merupakan ucapan perpisahan terakhir, seakan-akan ia akan pergi yang takkan kembali.

Pada hari berikutnya, yaitu pada hari kamis tanggal 21 Dzulqa'dah 1214 H, ia keluar untuk melaksanakan tugas pada jam lima sore. Ia memberitahukan anak sulungnya yang berusia 20 tahun agar ikut ke laboratorium setengah jam lagi. Lokasi laboratorim dekat dari rumahnya. Si anak pergi ke laboratorium sebagaimana yang diminta oleh ayahnya dan ia dapati ayahnya sedang duduk di ruangan kantor khusus yang ada di laboratorium tersebut. beberapa menit kemudian si ayah berkata kepada si anak, "Kamu tunggu dulu di sini, ayah mau pergi ke toilet." Toilet tersebut terletak sekitar 10 m dari kantornya. Si anak duduk menunggu ayahnya kembali. Setelah beberapa menit menunggu, ia melihat asap yang berasal dari jalan menuju toilet lantas ia bangkit dan segera menuju sumber asap tersebut. Ternyata asap berasal dari toilet. Karena asap semakin tebal, ia tidak dapat mencapai toilet, lalu ia menghubungi regu pemadam kebakaran dan tempat tidak jauh dari laboratorium. Beberapa menit kemudian mereka sampai ke laboratorium dan regu pemadam kebakaran langsung melaksanakan tugasnya. Mereka mendobrak pintu toilet dan menemui lelaki tersebut yang telah hangus terbakar api.

Adapun kondisi toilet, beberapa keramiknya (terbuat dari porselin) jatuh disebabkan hawa yang sangat panas, namun tidak ada yang terbakar kecuali sebagian pintu saja. Di sudut toilet mereka menemui jerigen yang sebagiannya telah terbakar dan di dalamnya ada sedikit bensin. Dari sini mereka semua tahu bahwa lelaki tersebut telah membakar dirinya sendiri dengan bensin untuk melepaskan diri dari kegelisahan hidup dan terhindar dari berbagai kesusahan dan kesengsaraan. Demikianlah, ternyata kegelisahan hidupnya itu terus membayang-bayangi dirinya untuk berupaya bunuh diri. Kali ini ia berhasil melakukan bunuh diri dengan cara yang paling buruk. Apakah dengan meninggalkan dunia seperti itu ia akan menemui kese-nangan dan ketenangan? Apakah ia dapat mengakhiri kesusahan dan kegelisahannya? Tidak dan seribu kali tidak! Bahkan ia telah menjerumuskan dirinya ke dalam kegelisahan dan kesengsaraan yang abadi. Api neraka tidak akan pernah padam. Semoga Allah SWT memberi kita keselamatan dan kesehatan.

SUMBER: Buku SERIAL KISAH TELADAN karya Muhammad Shalih al-Qahthani

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih