Perjalanan hidup ini seperti berjalan diatas jalan yang amat gelap lagi menggelincirkan, hanya dengan hati-hati kita akan selamat, dan juga perjalanan ini adalah perjalanan yang panjang maka seorang musafir akan membawa bekal yang banyak supaya tidak kelaparan ditengah perjalanan. begitu juga kita wajib membawa obor untuk menerangi jalan tersebut supaya kita tidak tergelincir. Hidup ini tidak mudah jika ingin selamat maka kita harus berhati-hati dalam melangkah tidak sembrono dan senaknya sendiri dalam menjalani kehidupan.
Maka siapakah yang tidak ingin selamat sampai tujuan? semuanya pasti ingin selamat. Hanya akan sampai tujuan jika dalam melewati jalan itu dengan kehati-hatian dan membawa bekal peralatan lainnya khususnya obor / cahaya penerang untuk menerangi jalan yang gelap dan menggelincirkan itu. Begitu juga dengan hidup ini, banyak diantara kita yang terjerumus kedalam lembah kenistaan karena tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti pejalan kaki yang tidak mau mengikuti petunjuk cahaya ditengah gelapnya perjalanan, lalu mereka jatuh kejurang hitam tanpa dasar. Bahkan ada yang sampai ingkar sampai menghina syari’at islam habis-habisan. Merekalah orang-orang kafir yang dijanjikan jahanam yang mereka kekal didalamnya.
Maka siapakah yang tidak ingin selamat sampai tujuan? semuanya pasti ingin selamat. Hanya akan sampai tujuan jika dalam melewati jalan itu dengan kehati-hatian dan membawa bekal peralatan lainnya khususnya obor / cahaya penerang untuk menerangi jalan yang gelap dan menggelincirkan itu. Begitu juga dengan hidup ini, banyak diantara kita yang terjerumus kedalam lembah kenistaan karena tidak mengikuti apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seperti pejalan kaki yang tidak mau mengikuti petunjuk cahaya ditengah gelapnya perjalanan, lalu mereka jatuh kejurang hitam tanpa dasar. Bahkan ada yang sampai ingkar sampai menghina syari’at islam habis-habisan. Merekalah orang-orang kafir yang dijanjikan jahanam yang mereka kekal didalamnya.
Maka sebagai seorang muslim maka tujuan perjalanan hidup ini adalah selamat sampai tujuan (bahagia diakhirat) adalah mengkuti apa yang Rasulullah SAW ajarkan dan tidak menambah-nambah atau mengurangi syari’at sedikitpun (modifikasi). Maka siapakah sekarang ini yang dapat kita jadikan penolong atau pemberi petunjuk ditengah sekarang ini banyak kekacauan dan kegelapan diakhir zaman? Hanya kepada Allah SWT lah kita memohon hidayah dan keselamatan.
Dan tentu saja kita diwajibkan untuk bertawakal dalam meraih hidayah-Nya yaitu mengikuti ulama-ulama yang mengikuti sunah Rasulullah SAW bukan ulama ulama sesat yang justru malah menyesatkan karena ajaran mereka menyimpang atau memodifikasi syari’at. Dampaknya hanya akan sesat dan menyesatkan umat. Karena Islam itu adalah agama yang tidak boleh dimodif atau di otak-atik karena Islam bukanlah barang-barang automotif yang bisa seenaknya diubah-ubah bentuknya demi mengikuti perkembangan jaman, akan tetapi agama Islam ini adalah agama yang ajarannya tidak bisa diubah-ubah lagi sejak Rasulullah SAW wafat, karena Islam ini adalah dibawakan oleh Rasulullah SAW, maka Islam yang murni adalah Islam yang hanya mengikuti sunnah Nabinya, bukan ajaran yang mengikuti aliran-aliran baru atau ajaran-ajaran baru (bid’ah) dengan dalih mengikuti perkembangan jaman. Hal ini benar-benar kesesatan yang nyata sesuai hadits Nabi SAW berikut :
Dan tentu saja kita diwajibkan untuk bertawakal dalam meraih hidayah-Nya yaitu mengikuti ulama-ulama yang mengikuti sunah Rasulullah SAW bukan ulama ulama sesat yang justru malah menyesatkan karena ajaran mereka menyimpang atau memodifikasi syari’at. Dampaknya hanya akan sesat dan menyesatkan umat. Karena Islam itu adalah agama yang tidak boleh dimodif atau di otak-atik karena Islam bukanlah barang-barang automotif yang bisa seenaknya diubah-ubah bentuknya demi mengikuti perkembangan jaman, akan tetapi agama Islam ini adalah agama yang ajarannya tidak bisa diubah-ubah lagi sejak Rasulullah SAW wafat, karena Islam ini adalah dibawakan oleh Rasulullah SAW, maka Islam yang murni adalah Islam yang hanya mengikuti sunnah Nabinya, bukan ajaran yang mengikuti aliran-aliran baru atau ajaran-ajaran baru (bid’ah) dengan dalih mengikuti perkembangan jaman. Hal ini benar-benar kesesatan yang nyata sesuai hadits Nabi SAW berikut :
“Aku berwasiat kepadamu agar bertakwa kepada Allah 'Azza wajalla, agar mendengar, taat dan patuh meskipun pemimpinmu seorang budak. Barangsiapa hidup panjang umur dari kamu maka dia akan melihat banyak silang-sengketa. Berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah-sunnah khulafaur rasyidin yang mendapat petunjuk dan hidayah (sesudahku). Gigitlah kuat-kuat dengan gigi gerahammu. Waspadalah terhadap ciptaan persoalan-persoalan baru. Sesungguhnya tiap bid'ah mengandung kesesatan. (HR. Tirmidzi)
Para ulama adalah pewaris nabi merekalah cahaya penerang kegelapan, maka wajiblah setiap muslim untuk mengikuti jejak mereka demi selamat sampai tujuan (akhirat).Para ulama tidak pernah mati. Mereka mungkin mati secara jasad, tapi pemikiran dan Ilmunya akan selalu hidup. Merekalah para guru yang telah banyak meninggalkan jejak dan catatan hidup. Mereka orang-orang yang lebih banyak belajar bekerja daripada belajar berbicara. Mereka para ulama yang kejernihan batinnya menjadikan jernih memandang keadaan. Mereka para pewaris Rasulullah yang ketajaman pikirannya membuat perkataan dan perbuatannya tak pernah lepas dari tuntunan Allah swt.
KEWAJIBAN KITA MENGIKUTI SUNAH NABI SAW
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiallohu ta’ala ‘anhu berkata: Manusia bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya; Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Alloh mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan? Beliau bersabda: ‘Ada’. Aku bertanya: Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan? Beliau bersabda: “Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun”. Aku bertanya: Apakah dakhanun itu? Beliau menjawab: “Suatu kaum yang mensunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah”. Aku bertanya: Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan? Beliau bersabda: “Ya”, dai - dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya. Aku bertanya: Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku. Beliau bersabda: “Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita”. Aku bertanya: Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya? Beliau bersabda: “Berpegang teguhlah pada Jama’ah Muslimin dan imamnya”. Aku bertanya: “Bagaimana jika tidak ada jama’ah maupun imamnya?” Beliau bersabda: “Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu”.
(Riwayat Bukhari VI615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979, 3981. Hakim IV/432. Abu Dawud no. 4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387 dan hal. 403-404, 406 dan hal. 391-399)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam telah menyeru kepada umat Islam untuk menjauhi semua firqah yang menyeru dan menjerumuskan ke neraka Jahanam, dan supaya memegang erat-erat pokok pohon (ashlu syajarah) disini bearti pokok-pokok pohon itu adalah sunah yang Rasulullah SAW ajarkan kepada kita. Jika kita mengharapkan termasuk umat yang selamat daripada firqoh-firqoh sesat seperti Syiah, khawarij, Mu’tazillah, Jahmiyah dll. Maka kita wajib berpegang teguh kepada sunah Rasulullah SAW dan para sahabat yang mengikuti beliau hingga ajal menjemput. Dari pernyataan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, bahwa pernyataan itu mengandung perintah untuk melazimi Al Kitab dan As-Sunnah dengan pemahaman Salafuna Shalih. Hal ini seperti yang diisyaratkan dalam hadits riwayat ‘Irbadh Ibnu Sariyah yang artinya
“Barang siapa yang masih hidup di antara kalian maka akan melihat perselisihan yang banyak. Dan waspadalah terhadap perkara-perkara yang diada-adakan karena hal itu sesat. Dan barang siapa yang menemui yang demikian itu, maka berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin. Gigitlah ia dengan geraham-geraham kalian”.
(Riwayat Abu Dawud no. 4607, Tirmidzi no. 2676, Ibnu Majah no. 440 dan yang lainnya)
Jika kita menggabungkan kedua hadits tersebut, yakni hadits Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiallohu ‘anhu yang berisi perintah untuk memegang pokok-pokok pohon (ashlu syajarah) dengan hadits ‘Irbadh ini, maka terlihat makna yang sangat dalam. Yaitu perintah untuk ber-iltizam pada As-Sunnah An-Nabawiyah dengan pemahaman Salafuna As-Shalih Ridhwanullah ta’ala ‘alaihim manakala muncul firqah-firqah sesat dan hilangnya Jamaah Muslimin serta Imamnya / runtuhnya khilafah Islamiyah 1 abad lalu.
Kedua, di sini ditunjukkan pula bahwa terdapat perintah untuk berpegang teguh, dan bersabar dalam memegang Al-Haq serta menjauhi firqah-firqah sesat yang menyaingi Al-Haq. Atau bermakna bahwa pohon Islam yang rimbun tersebut akan ditiup badai topan hingga mematahkan cabang-cabangnya dan tidak tinggal kecuali pokok pohonnya saja yang kokoh. Oleh karena itu maka wajib setiap muslim untuk berada di bawah asuhan pokok pohon ini walaupun harus ditebus dengan jiwa dan harta. Karena badai topan itu akan datang lagi lebih dahsyat.
Ketiga, oleh karena itu menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk mengulurkan tangannya kepada kelompok (firqah) yang berpegang teguh dengan pokok pohon itu untuk menghadapi kembalinya fitnah dan bahaya bala. Kelompok ini seperti disabdakan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam akan selalu ada dan akan selalu muncul untuk menyokong kebenaran hingga yang terakhir dibunuh Dajjal.
Wallahu’alam bis showab.
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih