Oleh : Muh. Ashabus Samaa’un
(Pembina majelis ashabul muslimin)
Dari anas bin malik ra. Nabi saw bersabda "Barangsiapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kekayaan di hatinya dan harta benda akan datang kepadanya serta tunduk kepadanya. Dan barangsiapa yang menjadikan harta dunia sebagai cita-citanya, maka Allah akan menjadikan kefakiran di kedua matanya dan mencerai-beraikan semuanya dan tidak akan memberinya harta dunia selain apa-apa yang telah ditentukannya." (HR Tirmidzi)
Pelajaran dari hadits
Seandainya anda tahu tentang semua hal yang terjadi dijaman ini tentu saja banyak menangis daripada tertawa. Karena kebanyakan manusia jaman sekarang telah dibutakan oleh kesibukannya urusan dunianya sehinga masalah-masalah umat islam sendiri sama sekali tidak tahu dan barangkali memang tak mahu tahu. Itulah keadaan kita jaman kita. Banyak manusia cenderung kepada dunia dan melupakan akhirat. Pontang-ponting nyari duit kesana kemari tak kenal lelah sampai badanpun sakit-sakitan karena hanya untuk mengurusi ambisi yang tidak ada habisnya itu yaitu keinginan hidup senang didunia. Padahal dunia ini hakikatnya adalah permainan belaka, tidak lebih. Akan tetapi namanya permainan jika dibuat serius maka orang justru akan dipermainkan oleh permainan itu sendiri.
Begitu juga dengan dunia ini, semakin orang mengejar nafsu duniawi yang tidak terbatas itu semakin dipermainkan oleh dunia ini sehingga terjebak dalam putaran arus materialisme tiada henti. Akhirnya banyak orang stress karena hartanya banyak tetapi malah membuatnya sengsara bukannya membuat bahagia seperti yang dia angan-angankan selama ini. Itulah kehidupan dunia selalu memperdaya pendambanya hingga binasa, lupa ibadah, lupa diri, lupa bahwa dia akan mati akhirnya kerugian besar diakhiratpun menanti. Buktikanlah tulisan saya karena banyak sekali berita-berita tentang kasus bunuh diri yang ternyata kebanyakan pelakunya adalah seorang yang kaya raya bahkan seorang yang setenar artis pun banyak yang bunuh diri padahal segala kebutuhannya tercukupi dan banyak orang memuja-mujanya dan mengidolakannya. Apakah kita tidak heran. Tentu saja bagi seorang mukmin kita tidak akan heran. Karena kebahagiaan itu adalah karunia Allah SWT. Kebahagiaan itu tidak bisa dijual beli. Kebahagiaan yang sesungguhnya hanya bisa didapat dengan bertakwa kepada Allah. Jika manusia sudah lupa Allah dan lebih cenderung kepada kehidupan dunia bagaimanakah Allah mau mengkaruniakan kebahagiaan?.
Begitulah yang dialami para klonglomerat dan para artis atau figur publik yang dikaruniai harta namun tak dikaruniai kebahagiaan karena mereka melupakan hak mereka kepada Allah yaitu beribadah dan akibatnya Allah tidak mau tahu tentang mereka akhirnya mereka merasakan kesempitan hidup yang luar biasa meskipun tinggal dalam rumah yang besar dan mewah. Mereka merasakan kesepian yang luar biasa padahal mereka tinggal dalam lingkungan keramaian kota dan banyak sekali yang menyanjung-nyanjungnya. Mereka merasakan kesusahan yang luar biasa padahal kehidupannya bergelimang harta. Ternyata kebahagiaan yang selama ini mereka impikan hanya angan kosong belaka, karena mengukur kebahagiaan itu dari banyaknya materi. Akhirnya dalam situasi tertentu mengalami keputusasaan hidup dan berujung kepada mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Dan ada banyak kasus bunuh diri yang pelakunya meninggalkan pesan pada secarik kertas yang menggambarkan kegersangan dan kesempitan hidupnya.
SOLUSINYA HANYA TAKWA
Sungguh tidak mungkin manusia pontang-panting mencari materi tanpa alasan yang jelas. Tentu saja yang kita cari adalah sebuah kebahagiaan dan kenyamanan hidup. Ternyata sudah banyak kisah yang dapat dijadikan hikmah bagi kita bahwa kekayaan bukan tolok ukur kebahagiaan seseorang. Buktinya kita banyak melihat kasus bunuh diri karena tidak mendapatkan kebahagiaan justru semakin hari semakin merasa sengsara. Dan tidak banyak pula mereka yang tidak mampu mendapatkan kebahagiaan yang banyak dan keluarga yang rukun dan damai karena tidak melupakan ibadah kepada Allah. Tidak seperti para orang kaya yang tidak bertakwa mereka hidupnya selalu gersang dan hampir tiap hari bertengkar dengan keluarga dan anak-anaknya menjadi nakal dan pembangkang dan pendurhaka karena tidak pernah diperhatikan oleh kedua orang tuanya apalagi menyempatkan diri untuk mengajari belajar agama.
Seperti mukadimah hadits diatas bahwa memang jika akhirat yang jadi tujuan maka sesempit apapun kehidupan maka Allah akan mengkaruniakan kekayaan yang sesungguhnya yaitu kekayaan hati. Tidak seperti pandangan mata telanjang kita yaitu kaya diukur dari banyaknya materi. Jika kita memang mau mengetahui yang sebenarnya maka pandanglah dengan mata hati yang bersih. Dan sebaliknya jika manusia memandang dunia sebagai tujuan maka Allah akan mempersempit kehidupannya dengan menimpakan kegersangan hati akhirnya walaupun mempunyai harta serupa karun (baca kisah karun dalam qur’an) maka tak akan pernah merasakan kebahagiaan sedikitpun. Jika sudah putus asa maka yang sering bunuh diri jadi sasaran pelampiasan.
Seorang mukmin harus tahu bahwa dunia ini hanya sebentar saja sedangkan kehidupan sesudah mati atau akhirat nanti kekal selamanya. Padahal kebahagiaan akhirat ditentukan juga oleh seberapa besar usahanya didunia dalam berlomba dalam amal shalih. Itulah akibat dari seorang yang bodoh agama tidak tahu menahu tentang kehidupan dunia dan akhirat akhirnya tertipu oleh kesibukan duniawi dan lalai akan kehidupan yang sebenarnya. Bunuh diri bukan solusi justru jika kita mengambil nasehat islam bunuh diri justru akan menjerumuskan pelakunya kedalam neraka yang menyala-nyala karena mati dalam keadaan menzalimi diri sendiri. Naudzubillah
Tak ada yang bisa kami sampaikan lebih banyak tentang tulisan ini melainkan hadits sebuah hadits dari rasulullah saw yaitu bahwa kita harus ingat bahwa kehidupan dunia ini singkat sekali :
“Aku dan dunia ibarat orang dalam perjalanan menunggang kendaraan, lalu berteduh di bawah pohon untuk beristirahat dan setelah itu meninggalkannya”. (HR. Ibnu Majah)
dan kehidupan akhirat itu kekal selamanya maka dari itu jangan sampai kita merugi nantinya. Supaya tidak termasuk kaum yang merugi maka seperti yang diterangkan dalam Qur’an surat al-Ashr ayat 1-3 berikut maka kita sebaiknya senantiasa beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran islam dan saling menasehati supaya berbuat adil dan bersabar dalam menjalani cobaan hidup didunia ini.
وَالْعَصْرِ , إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ , إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)
Demikian semoga bermanfaat bagi kaum muslimin semuanya dan seluruh pembaca umumnya.
Wallahu’alam
Thank's Sob Infonya !!!
ReplyDeletewww.kiostiket.com