KESEBELAS, TIDAK
MEREMEHKAN KEBAIKAN SEKECIL APAPUN DAN BERLAKU BAIK KEPADA SEMUA MAKHLUK ALLAH
SWT (Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Alam Sekitar)
Memang Islam
adalah agama yang tidak saja mengajarkan amalan ibadah saja tetapi juga sebagai
rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta). Oleh karena itu dalam pertemuan
ini kita akan membahas bagaimana islam mengajarkan kepada kita supaya tidak
meremehkan kebaikan sekecil dan seremeh apapun. Karena barangkali dengan
kebaikan yang kecil itu ternyata yang malah memasukkan kita kedalam surga.
Kepada Hewan yang najis saja (misalnya anjing) kita tidak boleh berbuat
sewenang-wenang apalagi kepada manusia (meskipun kafir tetapi tidak memusuhi
islam). Itulah ajaran islam sebenarnya. Ajaran yang sangat mulia yang datang
dari langit yang berasal dari Allah SWT melalui rasul-rasul-Nya.
Dalam suatu cerita rasululullah pernah menyebutkan bahwa seorang pelacur saja bisa masuk kedalam surga hanya karena dia menolong anjing yang hampir mati kehausan. Disebutkan dalam satu riwayat hadits diceritakan. Pada suatu hari, dalam suatu majelis, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW,
“Wahai, Rasulullah.
Apakah hanya orang-orang ahli ibadah saja yang akan masuk surga?”
Dengan tegas Rasulullah menjawab, “Tidak. Sesungguhnya, seseorang itu
masuk surga bukan semata-mata karena ibadahnya, melainkan karena ketulusan
cintanya kepada Allah.”
Penasaran, orang itu bertanya lagi, “Apa itu berarti… hanya para aulia
dan alim-ulama saja yang akan masuk surga?”
Rasulullah kembali menegaskan, “Tidak, bukan begitu. Karena sesungguhnya
telah ada seorang pelacur yang masuk ke surga.” Keruan saja semua yang hadir di
majelis itu jadi kaget dan bertanya-tanya. Maka Rasulullah lalu menceritakan
mengenai pelacur itu.
Suatu hari, di tengah suatu musim kemarau yang amat kering, tutur
Rasulullah, ada seekor anjing liar yang hampir mati kehausan. Anjing ini amat buruk
rupanya dan penuh kudis badannya. Karena amat hausnya, anjing itu sampai
menjilat-jilat tanah lembab di depan rumah seorang ulama terkenal. Melihat
makhluk menjijikkan itu, si ulama segera mengusirnya dan bahkan melemparinya
dengan batu. Pelacur dan anjing kurap adalah ciptaan Allah yang Maha
Pengasih, maka kasihilah sebagaimana Allah juga mengasihi mereka. Anjing
itu lari ketakutan sampai ke luar desa, dan akhirnya – karena lelah dan
kehausan – hewan malang itu ambruk di pinggir sumur. Nampaknya, tak ada harapan
lagi buat anjing itu. Dia pasti mati kalau tidak segera mendapatkan minum.
Namun di saat kritis itu, lewat seorang pelacur. Ia melihat anjing itu,
terbaring putus asa dengan lidah terjulur dan napas tersengal-sengal, dan ia
merasa iba. Maka, ia lalu melepas terompahnya (alas kakinya) dan merobek
gaunnya. Dengan sobekan gaun dan terompah itu ia lantas membuat timba untuk
mengambil air dari sumur, lalu memberi anjing itu minum.
Setelah puas minum, anjing itu sehat kembali dan lantas pergi. Si Pelacur
merasa gembira melihat anjing itu tidak jadi mati kehausan. Melihat apa yang
telah diperbuat oleh hamba-Nya yang pelacur itu, Allah mengatakan kepada
malaikatnya: “Catatlah hamba-Ku itu. Dia adalah salah satu hamba-Ku yang akan
masuk surga pertama.”
Itulah, betapa
indahnya akhlaq mulia. Akhlaq mulia tidak harus dimiliki seorang alim. Bahkan
seorang alimpun dalam cerita tadi bisa kalah kebaikannya oleh seorang yang
dianggap hina (pelacur). Padahal berzina adalah termasuk dosa besar jika
pelakunya tidak segera bertaubat maka terancam masuk neraka jahanam. Akan
tetapi karena didalam tubuh yang hina ternyata tersimpan kecantikan yang
sesungguhnya yaitu akhlaq mulia. Sehingga Allah SWT mencintai hamba tadi
kemudian memberikan balasan berupa surga. Subhanallah wallahu akbar, betapa
besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Kita juga dapat mengambil pelajaran.
Masuk surga bukanlah hak hamba tapi itu adalah hak Allah untuk menentukan
takdir seorang hamba dineraka atau surga. Seorang alim pun bisa masuk neraka
karena menyalah gunakan ilmunya, dan seorang ahli maksiat bisa masuk surga
karena mulia akhlaqnya. Itulah kehidupan dunia ini. Makanya kita tidak bisa
menganggap diri yang hina ini masuk surga. Akan tetapi kita hanya bisa
mengharap rahmat Allah yang Maha Agung. Dengan tawakal semampu kita diiringi
kebaikan akhlaq mulia.
Dan ada hadits
lain yang senada dengan maksud cerita tadi. Yaitu sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori sebagai berikut
"Dari
Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Ketika seorang laki-laki
berjalan ia mengalami dahaga yang sangat luar biasa. Lalu ia turun ke dalam
sumur, minum airnya, lalu naik keluar. Tiba-tiba ia dapati seekor anjing yang
menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia berkata (dalam hati): anjing ini telah
kehausan seperti kehausan yang aku alami. Lalu ia kembali turun ke dalam sumur,
ia penuhi sepatunya dengan air, ia pegang dengan mulutnya, lalu diberikan minum
untuk anjing itu. Allah membalasnya dan mengampuni dosanya. Para sahabat
bertanya: Ya Rasulullah apakah kita mendapatkan pahala dari hewan-hewan ternak
kita? Jawab Nabi: Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala. (HR Al Bukhari)
Kemudian dalam
hadits yang lainnya yang mengajarkan kepada kita supaya tidak meremehkan
kebaikan meski sebutir debu.
“Dari
‘Adiy bin Hatim RA berkata: Nabi Muhammad saw pernah menyebutkan tentang
neraka, kemudian berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya.
Kemudian menyebutkan neraka lalu berlindung diri darinya dan mengekspresikan
dengan wajahnya. Kemudian menyebutkan neraka dan berlindung diri darinya dan
mengekspresikan dengan wajahnya. Syu’bah berkata: kemungkinan dua kali, lalu
saya tidak ragu. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Takutlah neraka walaupun
hanya dengan sebutir kurma, jika tidak ada maka dengan tutur kata yang baik.”
(HR Al Bukhari)
Lalu dalam hadits
lain disebutkan juga supaya kita jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun.Dari
Abu Hurairah r.a, “Telah bersabda Rasulullah saw, “Ada seorang
laki-laki sedang naza’ (dalam kondisi sakaratul maut), ia tidak pernah
mengerjakan kebaikan, (kecuali) sekadar menyingkirkan ranting berduri dari
jalan; ada kalanya ranting itu berada di atas pohon lalu dipotong, kemudian
dibuangnya (jauh), dan ada kalanya ia sengaja dipasang (di tengah jalan) lalu
disingkirkannya. Kemudian karenanya Allah berterima kasih kepadanya, lalu
dimasukkanlah ia oleh-Nya ke surga.” (HR. Imam Abu Daud, Imam Ibnu
Hibban dengan derjajat shahih).
Oleh karena sangat
penting nya berbuat baik maka tak pantas seorang muslim meremehkan secuil
kebaikan sebagai realisasi dari ajaran islam misalnya menyingkirkan bahaya dari
jalan, sedekah kepada pengemis, mengucapkan salam, bertutur kata yang lemah
lembut dan sebagainya. Karena masuk surga tidak didominasi oleh alim ulama yang
paham ilmu agama saja akan tetapi didominasi oleh orang sabar dan orang yang
banyak kebaikan akhlaqnya. Ingatlah ilmu memang salah satu sarana masuk surga
tapi tidak berguna jika tidak diamalkan. Apalagi bisa jadi bumerang jika kita
tidak bisa menjaganya dengan akhlaq mulia. Akan lebih buruk jika diperparah
lagi dengan penyakit sumber kemusnahan amal yaitu penyakit riya'/gila
popularitas. Karena dalam suatu hadits muslim sebutkan Dari Abu Hurairah;
Abdurrahman bin Shakhr , berkata; Aku mendengar Rasulullah bersabda;
Sesungguhnya manusia yang pertama-tama diadili pada hari kiamat kelak
adalah seorang yang mati syahid.Dia akan dihadapkan pada nikmat-nikmatnya dan
dia mengenalnya. (Allah) berkata, `Apa yang engkau lakukan dengan itu semua?’
`Aku telah berperang demi Engkau, hingga aku mati syahid. (Allah) berkata,
`Engkau bohong! Engkau berperang agar disebut sebagai orang yang pemberani.’
Dan kau telah disebut sebagai pemberani Kemudian Allah memerintahkan (malaikat)
untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam
neraka.
Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Qur’an. Dia didatangkan kemudian diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena-Mu.” Allah berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang alim. Engkau membaca Qur’an supaya disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan harta di jalan-Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. (HR Muslim)
Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Qur’an. Dia didatangkan kemudian diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena-Mu.” Allah berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang alim. Engkau membaca Qur’an supaya disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”
Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan harta di jalan-Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka. (HR Muslim)
Banyak orang masuk
surga karena ilmunya digunakan untuk menegakkan agama islam. Tetapi banyak juga
orang yang paham agama tetapi untuk kepentingan duniawi. Itulah yang akan
menjadi bumerang diakhirat. Begitulah bahaya penyakit riya' karena
menghancurkan kebaikan dengan sia-sia. Dan penyebab seorang yang berbuat baik
malah jadi masuk neraka, Naudzubillah.
KEDUABELAS, TIDAK MEMINTA DI KAY (semacam cara pengobatan), MINTA
DIRUQYAH, TIDAK PERCAYA DUKUN DAN PERAMAL. SENANTIASA BERTAWAKAL HANYA KEPADA
ALLAH SWT
Siapakah yang
tidak ingin masuk surga tanpa hisab sedikitpun? Tentu saja tidak ada. Namun
kriteria itu berat sekali untuk menjadikan kita termasuk hamba-Nya yang
seberuntung orang yang masuk surga tanpa hisab. Kita harus banyak-banyak
bertawakal kepada Allah dalam menjalani segala ujian dan cobaan didunia,
kemudian kita tidak meminta diruqyah dan dikai, kemudian orang-orang yang
pernah berbuat syirik dan percaya ramalan-ramalan tidak akan termasuk dalam
golongan tersebut. Disebutkan dalam hadits shahih bahwa akan ada 70.000 orang
beriman yang paling beruntung yaitu mereka yang masuk surga tanpa hisab dan
azab.
Imam Bukhari di
dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas
Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata:
"Ditampakkan
beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan
dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya
pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun
bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah
Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada
sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke
sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah
memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada
yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para
shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka
berkata, 'Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya
maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam,
sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.' Maka sampailah hal itu kepada
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, 'mereka
adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan
tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal." [HR. Bukhari 8270]
Tentang wujud
mereka mereka diakhirat, disebutkan dalam hadits lainnya adalah dalam hadits
yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari berikut :
"Pasti ada 70.000 orang dari ummatku atau 700.000 orang
(salah seorang periwayat hadits ini ragu) akan masuk surga orang pertama di
antara mereka, tidak memasukinya sebelum masuk pula orang terakhir dari mereka.
Wajah-wajah mereka seperti bulan pada bulan purnama." [HR. Bukhari]
Dan dari Abu
Hurairah radhiallahu 'anhu, dia berkata: aku mendengar Rasulullah Shalallahu
'Alaihi Wassalam bersabda,
"Akan masuk
surga sekelompok dari ummatku sejumlah 70.000 orang. Wajah-wajah mereka
bercahaya seperti cahaya bulan." [HR. Bukhari]
Tapi kita jangan
berkecil hati dulu. Bagi kita semua kaum muslimin ada kabar gembira dari Nabi
Shalallahu 'Alaihi Wassalam di dalam hadits ini dan hadits-hadits lainnya.
Adapun kabar gembira dalam hadits ini karena ada riwayat yang lain dalam Musnad
Imam Ahmad, Sunan Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah dari
Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dia berkata, :
"Rabbku 'Azza
wa Jalla telah menjanjikan kepadaku bahwa ada dari ummatku yang akan masuk
surga sebanyak 70.000 orang tanpa hisab ataupun adzab beserta setiap ribu orang
ada 70.000 orang lagi dan tiga hatsiyah dari hatsiyah-hatsiyah Allah 'Azza wa
Jalla."
Marilah kita
memohon kepada Allah Subhana wa Ta'ala agar Dia menjadikan kita termasuk
golongan mereka. Bila anda hitung 70.000 orang menyertai setiap seribu orang
dari yang 70.000 itu, berapakah jumlah seluruhnya bagi orang yang masuk surga
tanpa hisab. Kalau pakai perhitungan matematika adalah sekitar 70.000 x 70=
4.900.000, subhanallah jumlah yang besar ada hampir 5 juta orang yang masuk
surga tanpa hisab (wallahu’alam)
Oleh karena
itu saudaraku jika kita menginginkan surga maka kita wajib bertawakal kepada
Allah SWT semampu kita, jangan suka mencari cara-cara instan yang merusakkan
akidah kita seperti percaya ramalan-ramalan, dukun-dukun, klenik, jimat-jimat
dan sebagainya. Begitu juga dengan meminta diruqyah untuk memudahkan urusan
hidup kita, sebenarnya ruqyah itu diperbolehkan namun hal itu akan menghambat
kita dalam penghisaban amalan kita diakhirat. Memang sebaik-baik manusia adalah
yang bertawakal kepada Allah dengan sabar. Oleh karena itu dia berhak
mendapatkan surga tanpa penghisaban, subhanallah.
KETIGA BELAS, MENGHAFAL, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN ASMAUL HUSNA
Dalam suatu hadits
disebutkan :
“Allah memiliki
sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa
memperhitungkannya dia masuk surga.” ( HR. Bukhari) .
Makna hadits ini
adalah kita mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu.
Tidak sekedar menghafal diluar kepala namun tanpa penghayatan dan pengamalan
sama sekali. Kebanyakan kaum muslimin sekarang adalah sibuk dzikir asmaul husna
namun terkadang tidak paham apa yang dia baca kemudian tidak ia realisasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Kalau sekarang ia baca asmaul husna tetapi dalam
praktik kehidupanya malah bertentangan dengan yang ia baca. Seseorang
pernah membaca dan paham bahwa “tiada daya dan upaya melainkan dari Allah
Yang Maha Kuasa”. Namun sayang sekali dia mengotorinya dengan amalan-amalan
syirik seperti ngalap berkah dikuburan wali dsb. Itu artinya perbuatannya sudah
mengingkari bahwa Allah itu yang Maha Kuasa, karena dia masih percaya bahwa
wali bisa mendatangkan berkah seperti yang Allah kehendaki. Oleh karena
itu percaya kepada kuburan wali, ramalan, jimat dsb adalah perilaku yang
bertentangan dengan amalan asmaul husna. Apalagi yang lebih nyeleneh adalah
jika ada seseorang muslim menulis asmaul husna didalam kertas kemudian kertas itu
dijadikan jimat untuk pesugihan, kesaktian, penglarisan dsb.
Asmaul husna
adalah 99 nama Allah SWT dengan segala keagungannya. Apabila kita memahaminya
maka akan jelas bahwa semua nama itu mengajarkan Tauhid dan segala-gala urusan
hanya Allah yang mampu mengurusinya. Kemudian kita tidak bergantung kepada
selainnya, senantiasa bertawakal dan berdo’a untuk urusan dunia dan akhirat
hanya kepada Allah. Oleh Karena itu pantas jika seseorang yang berusaha
menghafal, memahami dan mengamalkan asmaul husna pantas mendapatkan surga
karena dia telah merealisasikan Tauhid dengan sebenar-benarnya. Padahal Tauhid
itu adalah kunci utama untuk masuk kedalam surga-Nya.
KEEMPAT BELAS,
ORANG YANG BERSABAR KETIKA KEHILANGAN 3 ANAK (belum baligh) YANG SANGAT IA
CINTAI
Siapakah orang
yang bisa menerima dengan ikhlas ketika ia dikaruniai buah hati yang masih
kecil yang membahagiakan hidupnya, tertawa buah hati menceriakan
wajahnya, lucunya sang buah hati menghilangkan kepenatan hidupnya.
kemudian buah hati itu dipanggil oleh Allah SWT selama-lamanya, tentu saja
jarang yang mampu bersabar tentang ujian berat satu ini. Namun kita harus
berusaha sabar karena itu adalah salah satu amalan yang dapat memasukkan kita
kedalam surga. Diriwayatkan dalam sebuah hadits sahih oleh ibnu majjah bahwa
orang yang kehilangan anaknya (ditinggal mati) yang belum baligh (masih bayi,
balita, kanak-kanak) maka dia berhak mendapatkan pilihan masuk surga dari
pintu-pintu surga mana saja ia kehendaki. Berikut sabda rasulullah saw tentang
hal tersebut ;
"Tiada
seorang muslim yang meninggal dari anaknya tiga orang yang belum baligh kecuali
mereka akan menemuinya dan ia akan masuk dari pintu surga yang delapan dari
mana saja yang ia kehendaki".
( HR riwayat Ibnu
Majah dan dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihut Targhib wat Tarhib, no:
1993)
KELIMA BELAS,
ORANG YANG BERJUANG DIJALAN AGAMA (MUJAHID)
Siapakah yang tak
kenal generasi pertama Rasulullah saw dan para sahabatnya yang dimuliakan
Allah. Mereka adalah pahlawan-pahlawan sesungguhnya, rela mengorbankan harta,
jiwa dan raga hanya untuk kedamaian dunia dibawah panji islam yang mulia.
Merekalah teladan kita sebenar-benarnya. Akhlaq mereka yang amat mulia selaras
dengan perkataan dan perbuatan mereka. Mereka tidak mengeluh tentang perjuangan
umat islam, mereka selalu semangat berjuang melawan kemungkaran, kemaksiatan
dan kesesatan yang membuat umat manusia sengsara. Merekalah para pejuang islam
sesungguhnya mereka adalah pasukan Mujahid yang berhak mendapatkan surga-Nya.
Barangsiapa yang meneladani kegigihan dan semangat kepahlawanan mereka membela
islam dan hak kaum muslimin yang tertindas maka dia berhak mendapatkan balasan
berupa surga. Ini adalah kesempatan kita apalagi yang masih muda-muda , yang
masih punya semangat dan kekuatan yang besar. Selama kita masih hidup didunia,
carilah ilmu agama dan dakwahkan kepada umat islam semuanya, kemudian
berjuanglah membela harkat dan martabat umat islam. Itulah jihad yang
sebenar-benarnya, bukan sekedar teriak “ayo jihad”. Namun dia sendiri suka menggembosi
perjuangan umat islam lainnya dengan lidahnya yang tidak diatur dengan mencela
umat islam lainnya diluar golongannya, atau dengan akhlaqnya yang kurang bagus
terhadap kaum muslimin umumnya.
Karena jaman
sekarang ini banyak pemuda-pemuda yang semangat berjihad namun ilmu dan
kesadaran mereka tentang agama islam masih cetek sehingga sambil teriak jihad
mereka juga sombong mengatakan merekalah generasi terbaik (ghuroba) yang akan
mengibarkan bendera tauhid namun disisi lain akhlaq mereka kurang bagus terhadap
sesamanya. Bahkan seenaknya mengebom tempat-tempat maksiat tanpa nasehat yang
bijak kepada mereka (ahli maksiat) terlebih dahulu, sehingga terkadang umat
islam tidak berdosa jadi korbannya juga. Karena menasehati manusia dalam agama
termasuk jihad juga karena dia telah membela hak agama, kemudian jika dengan
cara-cara halus tidak bisa maka dengan cara paksa misalnya pembubaran
tempat-tempat maksiat, jika tidak bisa juga maka dengan cara yang terakhir
yaitu dengan meneriakkan perang kepada mereka. Itupun tugas mereka yang telah
mampu berjihad dalam hal itu yaitu perang, seperti aparatur organisasi islam
memang tugasnya untuk memberantas kemaksiatan dilingkunannya. Sedangkan kita
yang hanya mampu keilmuan tidak mampu kekuatan maka jihad dakwah adalah salah
satu tugas kita. Jika kita tidak mampu juga kedua-duanya maka cukuplah kita
ingkari maksiat itu dalam hati kita. Sebagaimana sabda rasululullah saw bahwa
ada tingkatan-tingkatan umat islam dalam berjihad yaitu jihad perang, jihad
lisan dan jihad hati dalam memerangi maksiat :
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah
dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka (ubahlah) dengan lisannya.
Jika tidak mampu, maka (ingkarilah) dengan hatinya, dan itu adalah
selemah-lemahnya iman.” [HR Muslim (49)]
Begitulah
saudaraku, jihad itu ada tingkatannya, tidak langsung ba bi bu lalu
mengebom sana sini yang justru membuat hati umat islam jadi resah. Padahal
islam itu mengajarkan kedamaian dan ketentraman bukan mengajarkan kekacauan. Jihad
dan akhlaq mulia keduanya tidak bisa dipisahkan, karena syarat untuk menjadi
mujahid islam yang sesungguhnya adalah mempunyai pemahaman tentang agama yang
lurus dan akhlaq yang mulia. Sehingga perjuangannya tidak salah langkah. Orang
yang seperti ini sangat dimuliakan Allah karena dia adalah orang benar-benar
mau membela agama atau membela hak Allah dan Rasul-Nya dan seluruh kaum
muslimin umumnya.
Dalam suatu hadits
rasulullah saw pernah bersabda :
"Sesungguhnya di dalam surga ada seratus tingkatan yang telah Allah
sediakan untuk para mujahid di jalan-Nya, setiap dua tingkatan jarak antara
keduanya laksana antara langit dan bumi, jika kalian memohon kepada Allah maka
mintalah surga Firdaus, sesungguhnya letaknya di tengah dan di tingkatan
tertinggi dari surga dan
di atasnya 'Arsynya Allah Yang Maha Luas Rahmatnya, darinyalah terpancar sungai-sungai surga".
di atasnya 'Arsynya Allah Yang Maha Luas Rahmatnya, darinyalah terpancar sungai-sungai surga".
(HR Bukhari)
KEEMPAT BELAS, ANAK SHALIH YANG BERDOA UNTUK MEMINTA AMPUNAN BAGI KEDUA
ORANG TUANYA
Ketika seseorang
sudah berumah tangga kemudian mempunyai keturunan, maka pada saat itu jua dia
telah berubah statusnya menjadi seorang orang tua yang mempunyai tanggung jawab
kepada anak-anaknya tidak hanya nafkahnya saja tetapi juga pendidikan mereka.
Dari sejak baru lahir sampai usia baligh adalah masa paling sensitif dalam hal
meniru. Oleh karena itu tindak tanduk orang tua selalu ditiru oleh anak, jika
orang tua rajin shalat dan baca qur’an maka anak juga akan ikut seperti orang
tuanya, jika dilakukan hal sia-sia seperti menonton televisi, main catur dsb.
Maka anak kita juga akan seperti itu, maka jangan mengharapkan anak sholeh jika
perilaku kita saja tidak mencerminkan apa yang sering kita perintahkan kepada
anak yaitu seperti menyuruh shalat, menyuruh mengaji, menyuruh belajar dsb
tetapi kita sendiri malah santai-santai dengan istri nonton sinetron. Padahal
anak shalih adalah investasi paling besar dari orang tua setelah ia meninggal,
karena dalam suatu hadits menjelaskan bahwa anak yang mendo’akan ampunan untuk
kedua orang tuanya secara rutin maka hal itu dapat menyebabkan keduanya masuk
surga, bahkan mendapatkan tingkatan surge yang lebih tinggi. berikut sabda
Rasulullah saw :
"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar akan mengangkat
kedudukan untuk seorang hamba yang shalih di dalam surga, lalu ia bertanya;
"Wahai Allah, bagaimanakah saya mendapatkan ini?", kemudian dijawab:
"Karena istighfar anakmu untukmu".
(HR Ahmad dan
dihasankan oleh Al Albani di dalam As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no:
1598)
Anak shalih yang
mendo’akan ampunan bagi orang tuanya adalah salah satu investasi akhirat ,
yaitu amalan yang tidak terputus sampai hari kiamat walaupun kita telah
meninggal. sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih berikut ini :
Daripada Abu
Hurairah Radhiallahu anhu katanya,, Rasulullah SAW telah bersabda : Jika
anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah
jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.''
(HR Muslim).
Kemudian juga
dalam hadits lain ''Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi
seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik
agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Al-Quran, masjid, membangun tempat
penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.'' (HR
Ibn Majah).
KELIMA BELAS, JUJUR, MENEPATI JANJI, AMANAH, MENJAGA KEMALUAN DAN
MENUTUP AURAT, MENJAGA PANDANGAN DAN MENJAGA ANGGOTA BADAN DARI HAL-HAL YANG
MERUGIKAN.
Dalam suatu hadits
ada 6 amalan yang dapat memasukkan kedalam surga dengan jaminan Rasulullah saw.
Namun amalan-amalan ini berat dilakukan kecuali orang yang sabar dan ikhlas
menjalankannya. Berikut sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa Sallam :
” Jaminlah
untukku 6 hal darimu, aku jaminkan surga untukmu; 1) jujur jika berbicara, 2)
tepatilah jika berjanji, 3) laksanakan amanah jika dipercaya, 4) jagalah
kemaluanmu –tutuplah aurot-, 5) jagalah pandanganmu –dari yang haram-, dan 6)
jagalah tanganmu (dari hal yang merugikan -pen-)”( HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi)
Dijaman akhir yang
serba kompleks ini semakin hari semakin sulit orang yang jujur dan
sungguh-sungguh dalam berkata-kata karena katanya jika tidak jujur yang didapat
kerugian, mungkin barangkali rugi perasaan atau rugi materiil. Akan tetapi sebesar-besar
apapun kerugian didunia tidak sebanding apapun dengan seringan-ringan kerugian
diakhirat. Begitu juga semakin banyaknya orang yang mudah berjanji namun tidak
menepatinya hanya membuat orang lain berharap-harap kemudian berakhir dengan
kekecewaan. Semakin banyak pula jaman sekarang ini orang yang suka meremehkan
amanah bahkan menyelengkan amanah untuk mengeruk keuntungan materi yang
sedikit. Seperti apa yang dilakukan oknum-oknum politik yang mengkorupsi uang
rakyat. Semakin banyak pula wanita-wanita yang tidak mau menutupi auratnya atau
tidak mau pakai jilbab dengan berbagai alasan, apalagi mungkin hanya tidak mau
dikatakan ketinggalan jaman karena ikut-ikutan tren barat. Semakin banyak pula
orang-orang yang tidak malu lagi mengumbar matanya ditempat-tempat umum hanya
sekedar untuk cuci mata melihat aurat perempuan, apalagi jaman sekarang
aurat perempuan bukan hal yang mahal lagi karena dimanapun dijalan-jalan, iklan
reklame, iklan televisi, media elektronik, terlebih lagi diinternet orang mudah
sekali menonton aurat perempuan apalagi jaman sekarang semakin marak situs
porno. Semakin banyak pula tangan-tangan jahil yang tidak bisa menjaga diri
dari merugikan orang lain seperti mencuri, merampok, mengambil hak milik orang
lain tanpa ijin terlebih lagi sedang marak korupsi.
Hal itu semakin
sulit bagi anak-anak kita untuk menemukan keteladanan dari orang-orang dijaman
sekarang. Namun bagi kita orang tua yang sadar akan kehidupan akhirat maka kita
tidak boleh mengikuti kebanyakan yang orang lakukan hari ini. Memang resikonya
dikucilkan, dirugikan, disakiti, dicaci maki dan sebagainya. Itulah jaman
sekarang yang baik dijauhi yang jelek dibela. Tapi sabarlah dan berbahagialah
wahai saudaraku karena barangsiapa bisa mengamalkan amalan-amalan tersebut semampu
kita maka Rasulullah saw telah menjaminkan surga bagi kita. semoga kita
termasuk orang yang mampu mengamalkan hal itu.
KELIMA BELAS, MUDAH MEMAAFKAN DAN SUKA MENYAMBUNG SILATURAHIM
Teladan kita
Rasulullah saw adalah orang yang paling pemaaf dari yang pernah ada.
Karena beliau diutus kedunia untuk menyempurnakan akhlaq islam yang
sesungguhnya salah satunya adalah sifat pemaaf. Setiap manusia pasti
pernah berbuat salah baik kecil maupun besar. Maka seringan-ringan
pertanggungan jawabnya adalah Meminta maaf dan memaafkan. Namun hal itu adalah
perbuatan yang sulit sekali dilakukan kecuali oleh orang mukmin yang sabar dan
ikhlas. Karena untuk meminta maaf kita membutuhkan kesabaran untuk melakukannya
karena jangan-jangan jika kita meminta maaf justru malah dapat caci maki,
umpatan , hukuman dsb. Kemudian juga yang dimintai maaf haruslah orang yang
lapang dada dan ikhlas menerima perbuatan zalim dari saudaranya. Dan dua hal
itu memang sulit dilakukan. Sehingga tidak heran jika kita mampu memiliki kedua
sifat itu yaitu mudah meminta maaf dan mudah memaafkan maka hal itu menjadi
jaminan kita untuk masuk surga.
Memaafkan adalah
kata yang singkat namun sulit diucapkan oleh orang yang dizalimi kepada orang
yang menzalimi. Tetapi siapakah yang tidak mau masuk surga? Maka mudah
memaafkan adalah salah satu amalan yang diridhai Allah SWT yang dapat
memasukkan kita kedalam surg-Nya.Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa
melakukan tiga hal berikut ini, ia akan dihisab dengan mudah dan akan masuk
surga dengan rahmatNya.Pertama, memberi kepada orang yang bakhil. Kedua,
silaturahim dengan orang yang memutuskannya. Ketiga, memberi maaf kepada orang
yang zalim” (HR AthThabrani)
Terkadang pula
kita menemukan antar anggota keluarga atau saudara kita terjadi suatu konflik
yang mengakibatkan bercerai berainya tali silaturahim. Jika dibiarkan begitu
saja sehingga tali silaturrahim menjadi benar-benar putus maka hal itu sangat
berbahaya karena yang muncul adalah dendam-dendaman sehingga bisa saling
benci lebih parah berujung saling membunuh, naudzubillah
Memutuskan tali
silaturahim bisa jadi merupakan pemutus jalan menuju surga. Sebaliknya, jika
kita mau menyambung tali silaturahim yang telah putus itu maka hal itu kita
telah menyambung jalan menuju surga, seperti apa yang disampaikan hadits
diatas. Begitu juga sama kasusnya dengan peristiwa suatu konflik suku atau
perbedaan ras tertentu, kemudian jika dibiarkan maka akan terjadi dendam
berantai dan berujung pada pembantaian antar suku secara turun temurun, seperti
kita dulu mengenal pembantaian sampit yang meninggalkan bekas luka yang
mendalam bagi kaum muslimin karena beribu-ribu orang tak berdosa jadi
korbannya. Hal itu tidak lain adalah karena dendam yang dibiarkan. Kemudian
dendam itu membesar dan sedikit saja ada konflik maka akan meletus
besar-besaran. Karena dendam dan benci adalah salah satu hal yang mudah
diwariskan kepada anak cucu. Untuk memutus tali kebencian itu diperlukan saling
memaafkan antar satu dengan yang lainnya, maka jika ada pihak atau orang
tertentu yang mau menyambung persaudaraan maka pantaslah karena perbuatan
itu dia mendapat hadiah surga dari-Nya.
Islam adalah agama
yang lurus yang mengajarkan orang untuk mudah memaafkan orang lain. Dalam
al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT berfirman, “Jadilah engkau pemaaf
dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang
yang bodoh.” (QS Al A’raaf:199)
Apakah anda tahu
siapakah orang bodoh yang disindir oleh al-Qur’an. Yaitu orang yang
menuruti hawa nafsu amarahnya kemudian sifat egoisme dan tidak mau mengalah
mengakar dalam jiwanya. Sehingga yang terjadi adalah dia seorang pendendam yang
anti meminta maaf dan memberi maaf. Celakalah orang seperti ini.
KEENAM BELAS, BERSIKAP LAPANG DADA, MENGALAH MESKIPUN BENAR,
MENINGGALKAN DUSTA MESKIPUN BERCANDA
Sungguh amat mulia
sekali ajaran islam. Karena didalam ajarannya selalu kebaikan dan akhlaq yang
mulia. Sifat lapang dada termasuk salah satu sifat penghuni surga. Seiring
dengan berjalannya kehidupan tentu saja banyak masalah dan perkara yang
terjadi. Sehingga tidak jarang konflik terjadi karena pihak satu dengan yang
lainnya sama-sama tidak ada yang mau mengalah, masing-masing pihak selalu ingin
dimenangkan dan menonjolkan keegoisan. Namun apakah perilaku seperti itu
dibenarkan agama. Tentu saja tidak. Karena orang yang meninggalkan pertengkaran
meskipun di pihak yang benar itulah yang dijanjikan surga oleh Allah SWT dan
dijamin oleh Rasulullah saw. Misalnya kita terlibat dalam sebuah masalah
kemudian berujung dalam debat kusir yang bila dibiarkan terus menerus tidak
akan pernah meruncingkan masalah. Akan tetapi biasanya tindakan saling
bersikukuh (dalam bahasa jawa “pating merkenteng”) seperti ini hanya
akan menimbulkan masalah lebih besar bahkan bisa jadi pertengkaran. Sehingga
masalah kecil menjadi besar dan berujung pada pelanggaran hak-hak kita terhadap
saudara muslim. Padahal tindakan melangkahi kehormatan atau menzalimi saudara
kita tentu saja diharamkan. Oleh karena itu Islam mengharamkan keras sifat
egoisme berlebihan meskipun kita berada dipihak yang benar, apalagi dipihak
yang salah. Dalam suatu hadits disebutkan :
"Aku bertanggung jawab dengan sebuah rumah di hamparan/tepian surga bagi siapa yang meninggalkan pertengkaran meskipun berada di pihak yang benar dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta meskipun dalam bercanda,serta sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa yang membaikkan akhlaknya". (HR Abu Daud)
"Aku bertanggung jawab dengan sebuah rumah di hamparan/tepian surga bagi siapa yang meninggalkan pertengkaran meskipun berada di pihak yang benar dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta meskipun dalam bercanda,serta sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa yang membaikkan akhlaknya". (HR Abu Daud)
Kemudian dalam
hadits diatas juga tercantum bahwa meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan
bercanda juga dijaminkan surga oleh rasulullah saw. Dusta itu meskipun bercanda
tetap saja suatu perbuatan tercela yang diharamkan ajaran islam. Jika hal itu
kebiasaan maka akan menjadi suka berdusta sungguhan, karena biasanya dari
main-main menjadi sungguh-sungguhan. Oleh karena itu janganlah meremehkan sifat
dusta. Karena dusta adalah sifat yang sangat merugikan diri sendiri maupun
orang lain. Banyak hal buruk dan fitnah-fitnah terjadi karena berawal dari
dusta. Tanda kotornya hati manusia adalah seringnya ia berdusta. Dan dusta
adalah salah satu sifat penghuni neraka.
Rasulullah saw
bersabda
“Hendaknya kalian selalu jujur. Sebab, kejujuran itu menghantarkan kepada
kebajikan dan kebajikan itu menghantarkan kepada surga. Seseorang akan
senantiasa jujur dan berusaha keras untuk jujur sampai dicatat di sisi Allah
sebagai shiddiq (orang yang sangat jujur). Dan waspadalah terhadap
dusta. Sebab, dusta itu menghantarkan kepada keburukan/kejahatan dan keburukan
itu menghantarkan kepada neraka. Dan seseorang akan selalu dusta dan berusaha
keras untuk dusta sampai dicatat di sisi Allah
sebagai kadzdzaab (pendusta)”
(HR Muslim no.
4721)
Oleh karena itu
saudaraku, dari hadits pertama diatas dapat diambil pelajaran mengalah (lapang
dada) itu bukan berarti kita kalah, justru kita hakikatnya menang pada
akhirnya. Orang yang lapang dada dijanjikan rumah megah ditepian surga,
sedangkan orang yang banyak meninggalkan dusta meskipun cuman bercanda
dibuatkan rumah ditengah surga (lebih baik dari yang pertama). Kemudian orang
yang berusaha membaguskan akhlaqnya dan gemar berbuat baik kepada sesama
maka akan mendapatkan rumah disurga yang paling tinggi. Siapakah yang tak ingin
masuk surga, jika demikian marilah kita hindari sifat egoisme, gemar menipu dan
mari kita berlomba-lomba memperbagus akhlaq dan perilaku kita. Semoga kita
termasuk kaum yang beruntung yang mendapatkan ridha-Nya untuk memasuki
surga-Nya yang mulia.
KEDUA PULUH, SABAR DALAM KESUSAHAN DAN RENDAH HATI DALAM KELAPANGAN
Orang mukmin yang sama timbangan amalnya, tapi jika yang satu miskin dan ia sabar atas keadaannya maka ia masuk surga 500 ratus tahun lebih dulu dari orang mukmin kaya dan rajin beramal.
Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kepada Allah dalam hal orang-orang fakir karena pada hari kiamat Allah berfirman: ‘Dimana makhluk-makhluk-Ku?’ para malaikat menjawab: ‘Wahai Rabb kami, siapakah mereka?’ Allah berfirman: ‘Orang-orang fakir yang sabar dan rela terhadap takdir-Ku. Mereka akan Ku-masukkan ke dalam surga.’ Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Kemudian orang-orang fakir itu masuk surga, lalu makan dan minumm, sementara orang-orang kaya masih sibuk dalam penghitungan amal mereka.”
Imam Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang fakir yang berjuang di jalan Allah akan masuk surga sebelum orang-orang kaya, dengan jarak 500 tahun.” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)
Hadits di atas ditakhrij dari A’masy Sulaiman, Hadits ini statusnya hasan gharib
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang fakir akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya, selama setengah hari akhirat, yaitu 500 tahun.”
(HR Turmudzi, status hadits ini hasan shahih)
Hadits-hadits di atas menunjukkan satu makna bahwa orang-orang fakir akan masuk surga lebih dulu. Dengan catatan, mereka termasuk orang-orang yang sabar, mengabdi kepada Allah, rela dan sabar terhadap kefakiran mereka selama hidup di dunia, sehingga dari lisan mereka keluar kata-kata pujian kepada Allah, bersyukur, dan menghambakan diri kepada Allah. Mereka inilah orang-orang yang akan memperoleh kemuliaan pada hari kiamat, ketika mereka masuk surga. Pada hari kiamat nanti, Allah akan berfirman kepada orang-orang yang sabar terhadap kefakirannya.
“[kepada mereka dikatakan] Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (al-Haaqqah: 24)
Makna ayat di atas benar-benar jelas. Artinya, kesusahan yang telah engkau peroleh di dunia karena fakir, benar-benar terasa perih buat kalian. Hal ini bukan cita-cita dan keinginan kalian, tetapi semata-semata atas kehendak Allah. maka mereka ridha dengan takdir Allah swt, akhirnya merekapun dimasukkan kedalam surga atas kehendakNya.
Oleh karena itu marilah kita sebagaimanapun keadaan ekonomi kita, janganlah sampai melalaikan dari agama. Yang kaya tolonglah yang tidak mampu, yang tidak mampu jangan berputus asa dan jangan mengeluh atas takdir maka insyaAllah termasuk orang yang dijanjikan surga yang abadi sentosa.
Ingatlah rasulullah saw pernah mengatakan dan ulama juga demikian bahwa 'dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin, dan surganya orang kafir, dan akhirat neraka orang kafir dan surga abadi orang mukmin. maka bersabarlah didunia ini sementara, bagaimanakah rasanya menjadi tawanan dipenjara? serasa hidup dineraka begitu bahasa hiperbolanya, itulah yang dialami setiap mukmin yang mengharapkan surga Allah. dunia ini bukan tujuan hidup kita, tapi akhiratlah kampung halaman sebenarnya. Janganlah tertipu janganlah terpedaya akhirat tujuan hidup kita sesungguhnya. harta, tahta, wanita, anak-anak dsb semua yang ada didunia semua itu adalah titipan Allah, mudah sekali Allah mengambil titipanNya dalam hitungan detik, apakah anda pernah melihat tsunami, gempa bumi, angin topan dsb menghancurkan bangunan-bangunan megah dikota kota? begitulah salah satu cara Allah mengambil titipanNya, maka sebagai orang kaya janganlah angkuh dan bangga diri merasa paling disegani dan lainnya, karena ketika anda mati hanya kain kafan yang dibawa.
setiap mukmin akan masuk surga meski ia berdosa sehingga harus dimasukkan keneraka untuk membersihkan dosa, akan tetapi syaratnya adalah Tauhid dalam mengimani Allah benar.
Wallahu'alam
Bersambung...
sumber refrensi :
dakwatuna.com,
otakkacau.com
islamqa.com
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih