Ditulis oleh :
Abu Abdillah Muhammad Elvi Syam, Lc.
di Hail, KSA
الحمد
لله رب العالمين، والصلاة والسلام على خاتم الأنبياء والمرسلين، وبعد.
Segala
puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga senantiasa
dianugerahkan atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta
sahabat-sahabatnya.
Amma ba'du
:
Sebenarnya,
sudah lama saya ingin menterjemah buku kecil ini, yang penuh dengan bukti yang
akurat dari buku-buku pegangan kaum syi'ah. Tatkala salah seorang ikhwan yang
mulia mengirim email kepada saya untuk minta dikirimi makalah tentang syi'ah,
disebabkan di kampusnya sedang gencar-gencarnya dakwah syi'ah, maka saya
semakin terdorong untuk cepat-cepat menterjemahkan buku ini, agar kerusakan
aqidah golongan yang sesat ini bisa diketahui oleh masyarakat umum.
Tulisan
ini insya Allah akan saya kirim lewat group diskusi ini secara bertahap menjadi
16 edisi. Terjemahan ini diizinkan untuk disebarluaskan bagi siapa yang ingin
menyebarkannya secara cuma-cuma, asalkan tidak dirobah sedikitpun dari
tulisannya.
Akhirnya
kepada Allah -lah kita memohon agar kita semua diberi keikhlasan dalam beramal
shaleh, dan ditetapkan di atas agama-Nya yang lurus, dianugerahkan niat yang
baik, dan pemahaman yang benar terhadap Al Quran dan Sunnah sesuai dengan
pemahaman sahabat. Serta dijauhkan dari segala yang merusak akidah,
sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Dekat. Amiin.
Pendahuluan
الحمد
لله رب العالمين، والصلاة والسلام على خاتم الأنبياء والمرسلين، وبعد.
Segala
puji hanya bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga senantiasa
dianugerahkan atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta
sahabat-sahabatnya.
Amma ba'du
:
Sesunguhnya
motivasi yang mendorong untuk menulis makalah ini adalah apa yang terlihat belakangan
ini, yakni, semakin gencarnya kegiatan Rafidhah (syi'ah) dalam mendakwahi
ajaran mereka setaraf dunia Islam, dan bahaya terhadap agama islam yang
dimiliki oleh golongan yang keluar ini, serta kelengahan dari kebanyakkan dari
awam kaum muslimin terhadap bahaya mereka, serta apa-apa yang terdapat dalam
akidah mereka berupa syirik, celaan terhadap Al Quran, celaan terhadap para
sahabat, ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap para imam. Sungguh penyusun telah
bertekat untuk menulis makalah ini, dan menjawab apa yang menjadi problem dalam
permasalahan ini secara ringkas, mengikuti metode syeikh kita Syeikh Alaamah
abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin -semoga Allah menjaganya- dalam kitab beliau
((At Ta'liiqaatu 'Ala Matni Lum'atil 'Itiqaad)), dan dengan cara menukil
dari buku-buku Rafidhah yang terkenal dan tersohor di kalangan mereka, serta
dari buku-buku ahli sunnah dari kalangan para imam-imam terdalulu dan
belakangan, dimana mereka telah membantah dan menerangkan kerusakan akidah
mereka yang berdiri atas kesyirikan, ghuluw (sikap berlebih-lebihan),
kedustaan, caci maki, celaan, tikaman, dll.
Sesungguhnya
penyusun telah berusaha dalam makalah yang singkat dan kurang berharga ini,
untuk membuktikan kesalahan mereka dari buku-buku mereka dan karangan-karangan
yang terpercaya di kalangan mereka, sebagaimana perkataan Syeikh Ibrahim bin
Sulaiman Al Jabhan -semoga Allah menjaganya- : "Dari mulutmu aku
menghukummu wahai pemeluk syi'ah".
Akhirnya,
penyusun memohon kepada Allah 'Ajja wa Jalla semoga makalah ini bermanfaat bagi
orang-orang yang bisa memandang dengan baik, sebagaimana firman Allah:
"Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau
yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya " (Surat :
Qoof, ayat : 37).
Dan penyusun mengucapkan terima kasih,
kepada setiap orang yang ikut menanam saham bersama penyusun dalam menerbitkan
buku kecil ini, Wallahu 'Alam, semoga Allah senantiasa menganugerahkan shalawat
dan salam atas Rasulullah dan atas keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya.
Ditulis oleh :
Abdullah bin Muhammad As Salafi.
Kapan Munculnya Firqah Rafidhah?
Firqah ini
tumbuh tatkala muncul seorang Yahudi mendakwakan dirinya sudah masuk Islam,
namanya Abdullah bin Saba. Mendakwakan kecintaan terhadap ahli bait, dan
terlalu memuja-muji Ali, dan mendakwakan, bahwa Ali punya wasiat untuk
mendapatkan khalifah, kemudian ia mengangkat Ali sampai ke tingkat Ketuhanan,
hal ini diakui oleh buku-buku syi'ah sendiri.
Al Qummi
berkata dalam bukunya "Al Maqaalaat wal Firaq"[1] : “Ia mengakui keberadaannya, dan menganggabnya orang
pertama yang berbicara tentang wajibnya keimaman Ali, dan raj’iyah Ali[2], dan menampakkan celaan terhadap Abi Bakr, Umar dan
Utsman serta seluruh sahabat, seperti yang dikatakan oleh An Nubakhti di
bukunya "Firaqus Syi'ah"[3]. Sebagaimana Al Kissyi mengatakan demikian juga di
bukunya yang dikenal dengan "Rijaalul Kissyi"[4]. Pengakuan adalah tuan argumen (argumen yang akurat),
dan mereka-mereka ini semuanya adalah syeikh-syeikh besar Rafidhah.”
Al
Baghdadi berkata : “Kelompok Sabaiyah adalah pengikut Abdullah bin Saba yang
telah berlebih-lebihan (dalam memuji) Ali, dan mendakwakkan, bahwasanya Ali
adalah nabi, kemudian bersikap berlebih-lebiahn lagi, sehingga ia mendakwakan
bahwasanya Ali adalah Allah.”
Al
Baghdadi berkata juga : “Adalah ia (Abdullah bin Saba) anak orang berkulit
hitam, asal usulnya adalah orang Yahudi dari penduduk Hirah (Yaman), lalu
mengumumkan keislamannya, dan menginginkan agar ia mempunyai kerinduan dan kedudukan
di sisi penduduk negeri Kufah, dan ia juga menyebutkan kepada mereka,
bahwasanya ia membaca di Taurat, bahwa sesungguhnya bagi tiap-tiap nabi punya
orang yang diwasiatkan, dan sesungguhnya Ali adalah orang yang diwasiatkan
Muhammad Sholallahu ‘alaihi wassalam.”
Dan As
Syahrastaani menyebutkan dari ibnu Saba, bahwasanya ia adalah orang yang
pertama kali menyebarkan perkataan keimaman Ali secara nas / telah ditetapkan,
dan ia menyebutkan juga dari kelompok sabaiyah, bahwa kelompok ini adalah
firqah (golongan) yang pertama sekali mengatakan masalah ghaibah[5] dan akidah raj’iyah, kemudian syiah mewarisinya
setelah itu, meskipun mereka itu berbeda, dan pecahan golongan mereka banyak.
Perkataan tentang keimaman dan kekhilafan Ali merupakan nas dan wasiat, itu
merupakan dari kesalahan-kesalahan Ibnu Saba. Yang akhirnya syi'ah sendiri
berpecah menjadi golongan-golongan dan perkataan-perkataan yang banyak sampai
puluhan golongan dan perkataan.
Begitulah
syiah membuat bid'ah dalam perkataan tentang keyakinan wasiat, raj’iyah,
ghaibah, bahkan perkataan menjadikan imam-imam sebagai tuhan[6], karena mengikuti Ibnu Saba orang yahudi itu.
Kenapa Syi'ah Dinamakan Dengan Rafidhah?
Penamaan
ini disebutkan oleh syeikh mereka Al Majlisi dalam bukunya "Al Bihaar"
dan ia mencantumkan empat hadits dari hadits-hadits mereka[7].
Ada yang
mengatakan : mereka dinamakan rafidhah, karena mereka datang ke Zaid bin Ali
bin Husein, lalu mereka berkata : "Berlepas dirilah kamu dari Abu Bakr dan
Umar sehingga kami bisa bersamamu!", lalu beliau menjawab : "Mereka
berdua (Abu Bakr dan Umar) adalah sahabat kakekku, bahkan aku setia kepada
mereka". Mereka berkata : "Kalau begitu, kami menolakmu (rafadhnaak)
maka dinamakanlah mereka Raafidhah (yang menolak), dan orang yang
membai'at dan sepakat dengan Zaid bin Ali bin Husein disebut Zaidiyah[8].
Ada yang
mengatakan : mereka dinamakan dengan Raafidhah, karena mereka menolak
keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar[9]. Dan
dikatakan mereka dinamakan dengan Rafidhah karena mereka menolak agama[10].
Rafidhah Terpecah Menjadi Berapa Firqoh (Golongan)?
Ditemukan
di dalam buku Daairatul Ma'arif bahwasanya : golongan yang muncul dari
cabang-cabang syi'ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh tiga golongan yang
terkenal itu[11].
Bahkan
dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad[12],
sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits
berpecahnya umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan, maksudnya adalah
firqoh-firqoh syi'ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari mereka
adalah golongan Imamiyah.
Al
Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300 (tiga
ratus) firqoh[13].
As
Syahrastaani berkata : “Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al
Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al
Ismailiyah[14].”
Al
Baghdadi berkata : “Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat golongan :
Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah.[15]”
Perlu
diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari
firqoh-forqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.
Apakah dimaksud dengan akidah Al Badaa’ yang
diimani oleh Rafidhah?
Al
Badaa’ yaitu bermakna tampak (muncul) setelah
sembunyi, atau bermakna timbulnya pandangan baru. Al Badaa’ sesuai
dengan kedua makna itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan, serta baru
diketahui. Keduanya ini merupakan suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan
tetapi orang Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah sifat Al Badaa'.
Telah
diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia berkata : "Saya telah
mendengar Al Ridha berkata : "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali
mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa Allah itu memiliki sifat Al
Badaa'"[16]. Dan dari Abi
Abdillah ia berkata : "Tidak pernah Allah diibadati dengan sesuatu apapun
seperti (mengibadatinya dengan) Al Badaa'[17]. Maha Tinggi Allah dari hal itu dengan ketinggian yang
besar.
Lihatlah
wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menisbatkan kepada Allah
subhanahu wa ta'ala sifat jahal (ketidaktahuan), sedangkan Dia mengatakan
tentang diri-Nya :
Artinya :
"Katakanlah : Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang tahu
ghaib kecuali Allah."
Dan di
sisi lain Rafidhah (syi'ah) meyakini bahwa sesungguhnya para imam mengetahui
seluruh ilmu, dan tidak akan tersembunyi baginya sesuatu apapun.
Apakah ini
keyakinan Islam (akidah Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad -Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam- ??????
Apa Akidah Rafidhah Dalam Masalah Sifat?
Adalah
Rafidhah orang yang pertama kali mengatakan tajsiim (bersifat seperti
tubuh manusia). Sungguh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menentukan bahwa
sesungguhnya orang yang melakukan kedustaan ini dari kalangan kaum Rafidhah
adalah Hisyam ibnul Hakam[18], dan Hisyam bin Salim Al Jawaliqi, Yunus bin Abdurrahman
Al Qummi, dan Abu Ja'far Al Ahwal[19].
Seluruh
orang yang disebutkan tadi termasuk syeikh-syeikh besar golongan Itsna
Asyariyah (Rafidhah), kemudian mereka menjadi pemeluk paham Jahmiyah
mu'athilah, sebagaimana sekumpulan riwayat mereka menyifati Rabb semesta alam
dengan sifat-sifat negetif yang mereka masukkan sebagai sifat yang tetap bagi
Allah. Dan sungguh Ibnu Babawaih meriwayatkan lebih dari tujuhpuluh riwayat
yang mengatakan bahwa Allah Ta'ala, tidak disifiti dengan jaman, tidak dengan
tempat, tidak dengan bagaimananya, tidak dengan gerak, tidak dengan berpindah,
tidak dengan sesuatupun dari sifat-sifat tubuh, Dia bukan yang bisa diraba,
bukan bertubuh dan berbentuk."[20] Maka syeikh-syeikh mereka mengikuti jalan (metode) yang
sesat ini dengan menta'til (menghilangkan) sifat-sifat yang tercantum dalam
AlQuran dan sunnah.
Sebagaimana
mereka mengingkari turunnya Allah yang Maha Agung. Mereka mengatakan Al Quran
makhluk, mereka mengingkari ru'yah (melihat kepada Allah) pada hari akhirat.
Tercantum dalam kitab "Biharul Anwar", bahwasanya Abu Abdillah Ja'far
As Shodiq ditanya tentang Allah ta'ala, apakah bisa dilihat pada hari akhirat?
Beliau berkata : "Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari hal itu dengan
ketinggian yang besar, sesungguhnya pandangan tidak akan bisa mencapai kecuali
hal-hal yang mempunyai warna dan bentuk, dan Allah yang menciptakan warna-warni
dan bentuk".
Bahkan
mereka mengatakan : "Jika seandainya dinisbatkan kepada Allah sebagian
sifat seperti ru'yah, maka dihukum sebagai murtad, sebagaimana yang didapatkan
dari syeikh mereka Ja'far Al Najfi di kitab "Kasyful Ghitho'"
hal : 417. Perlu diketahui bahwasanya melihat kepada Allah pada hari akhirat
adalah benar adanya dan sudah konsisten dalam Kitab dan Sunnah tanpa meliputi
seluruhnya dan tanpa bagaimananya, sebagaimana firman Allah :
"Wajah-wajah
pada saat itu berseri-seri, kepada Rabbnya melihat" (Al Qiyamah : 22,23).
Dan dari
sunnah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Jarir bin
Abdillalh Al Bajali, berkata : "Adalah kami duduk-duduk bersama Rasulullah,
lalu beliau melihat kepada purnama, pada malam empat belas, lalu bersabda :
"Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata telanjang,
sebagaimana kalian melihat ini (purnama), dimana kalian tidak berdesakan
melihatnya"[21]. Dan ayat-ayat serta hadits-hadits dalam masalah itu
banyak sekali, yang tidak memungkinkan kita untuk menyebutkannya.[22]
Apa Keyakinan Rafidhah (Syiah) Terhadap Al Quran-ul Karim
Yang Ada Di Tengah-Tengah Kita Sekarang, Padahal Allah Telah Berjanji Untuk
Menjaganya?
Sesungguhnya
Rafidhah yang dinamakan pada zaman kita sekarang ini dengan syiah, mengatakan
sesungguhnya Al Quran yang ada di pada kita, bukanlah Al Quran yang telah
diturunkan kepada nabi Muhammad, akan tetapi telah dirubah, ditukar, ditambah
dan dikurangi. Jumhur ahli hadits dari kalangan syi'ah meyakini adanya
pelencengan (perubahan) dalam Al Quran seperti yang disebutkan oleh An Nuuri Al
Tibrisi dalam kitabnya "Fashlul Khithab Fi Tahrifil Kitabi Rabbil Arbab".[23]
Dan
Muhammad bin Ya'qub Al Kulaini berkata di "Ushulul Kafi" di
bawah Bab bahasan : "Sesungguhnya tidak ada yang bisa mengumpulkan Al
Quran seluruhnya, kecuali para iman" dari Jabir ia berkata : saya telah
mendengar Abu Ja'far berkata : "Tidaklah seseorang dari manusia
mendakwakan bahwasanya dia telah mengumpulkan Al Quran secara keseluruhannya
sebagaimana Allah telah menurunkannya, kecuali ia itu adalah orang pendusta.
Tidak ada yang mempu mengumpulkannya dan menghafalnya seperti yang telah
diturunkan Allah kecuali Ali bin Abi Talib dan para imam setelah mereka".
Dan Ahmad
Al Tibrisi dalam kitab "Al Ihtijaaj" dan Al Mulla Hasan dalam
tafsirnya "As Shaafi" sesungguhnya Umar telah berkata kepada
Zaid bin Tsabit : Sesungguhnya Ali telah datang kepada kita dengan membawa Al
Quran, yang di dalamnya tercantum aib-aib orang muhajirin dan anshor.
Dan
sungguh kami telah memandang untuk mengumpulkan Al Quran dan menghilangkan
setiap apa-apa yang di dalamnya terdapat aib-aib muhajirin dan anshr. Dan Zaid
pun telah memenuhinya untuk itu, kemudian berkata : "Jika saya telah
selesai dari (mengumpulkan) Al Quran sesuai yang anda minta, lalu jelas atas
saya akan Al Quran yang dikumpulkannya (Ali), bukankah itu menghancurkan setiap
apa yang telah anda kerjakan?
Maka
berkata Umar : "Jadi bagaimana jalan keluarnya? Berkata Zaid : Anda lebih
tahu dengan jalan keluarnya", berkata Umar : Tiada jalan keluar kecuai
kita harus membunuhnya agar kita lega darinya. Lalu ia pun merancang
pembunuhannya (Ali) lewat tangan Khalid bin Walid, akan tetapi dia tidak mempu
melakukannya[24].
Tatkala
Umar menjadi khalifah, mereka (para sahabat) meminta Ali untuk mendatangkan Al
Quran kepada mereka, agar mereka sama mereka merubahnya. Lantas Umar berkata :
Wahai Abul Hasan, alangkah baiknya kalau seandainya kamu membawa Al Quran yang pernah
kamu bawa ke hadapan Abu Bakr, agar kita bersatu atasnya. Lalu Ali berkata :
Tidak mungkin, dan tidak mungkin ada jalan untuk itu, sebenarnya saya
membawanya ke hadapan Abu Bakr hanyalah untuk menegakkan hujjah atasnya, agar
kalian tidak mengatakan pada hari kiamat
"Sesungguhnya kami akan hal ini
dalam keadaan lengah" (Al A'raf :172), atau agar kalian tidak
mengatakan; "Kamu tidak pernah mendatangkannya kepada kami" (Al A’raf
: 129). Sesungguhnya Al Quran ini tidak ada yang menyentuhnya kecuali orang-orang
yang suci, dan orang-orang yang diwasiatkan dari kalangan anakku. Lalu berkata
Umar : "Apakah ada waktu untuk menampakkannya diketahui ? Lantas Ali
berkata : "Ya, jika telah bangkit seseorang dari anakku, ia akan
menampakkannya dan membawa manusia atasnya[25].
Walau bagaimanapun orang syiah menampakkan
sikap berlepas dirinya terhadap buku An Nuri al Tibrisi ini, demi mengamalkan
akidah Taqiyah, akan tetapi kitab itu terselubung dan tersimpan dalam
ratusan nas-nas (pernyataan-pernyataan) dari ulama mereka dalam kitab-kitab
yang diakui, menetapkan hal itu, dan bahwasanya mereka betul-betul yakin dengan
perubahan itu, dan beriman dengannya, akan tetapi mereka tidak ingin timbul
kehebohan sekitar akidah mereka ini terhadap alquran.
Dan tinggal setelah itu, bahwa ada dua Al
Quran, yang pertama yang diketahui, dan yang lain khusus, tersembunyi.
Diantaranya surat Wilayah, dan diantara yang didakwakan oleh syi'ah Rafidhah,
bahwa ada satu ayat telah dihapus dari Al Quran yaitu :
"Dan kami telah menjadikan Ali sebagai
menantumu", Mereka mendakwakan ayat ini dihapus dari surat Alam Nasyrah,
sementara mereka tidak pernah malu dangan dakwaan mereka ini, karena mereka
mengetahui bahwa surat itu adalah makkiyah, dan Ali belum menjadi menantu Nabi
saat di Mekah.
Bagaimana
Akidah Rafidhah Terhadap Para Sahabat Rasulullah?
Akidah Rafidhah berdiri atas caci maki,
mencela dan mengkafirkan para sahabat -semoga Allah meridhoi para sahabat-. Al
Kulaini menyebutkan di "Furu' Al Kafi" dari Ja'far 'alaihi
salam : "Manusia menjadi murtad setelah Nabi (meninggal) kecuali tiga
orang, lalu aku bertanya : siapa tiga orang itu ? beliau berkata : Al miqdaad
bin Aswad, Abu Dzar Al Ghifari dan Salman Al Farisi[26].
Al Majlisi dalam kitab "Haqqul
Yakin" menyebutkan : "Bahwasanya seorang budak Ali bin Husein
berkata kepadanya : saya mempunyai hak pelayanan yang wajib atas dirimu, maka
beritahu aku tentang Abu Bakr dan Umar, lalu ia menjawab : "Mereka berdua
adalah orang kafir, dan orang yang mencintai mereka maka ia orang kafir
juga."[27]
Dalam tafsir Al Qummi pada firman Allah (An
Nahl : 90) :
“Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Mereka mengatakan : al fahsyaa'
(keji) adalah Abu Bakr, al-munkar adalah Umar dan baghyi (kezoliman)
adalah Utsman[28].
Mereka mengatakan dalam buku mereka "Miftahul
Jinaan" : Ya Allah anugerahkanlah salawat atas Muhammad dan atas
keluarga Muhammad dan laknatlah dua berhala kaum Quraisy dan dua yang mereka
sembah selain Allah[29]. dan dua thoghut serta
anak perempuan mereka berdua....dan seterusnya[30]. Dan yang mereka
maksudkan dengan itu adalah Abu Bakr, Umar, Aisyah dan Hafshah.
Pada hari asyura (hari ke sepuluh bulan
Muharram), mereka membawa seekor anjing lalu mereka namakan dengan umar,
kemudian mereka menghujani dengan pukulan pakai tongkat, serta melontarnya
dengan batu sampai mati, kemudian mereka menghadirkan seekor anak kambing,
mereka beri nama dengan Aisyah, kemudian mereka mulai mencabut bulunya, dan
menghujani dengan pukulan pakai sandal, sampai mati[31].
Sebagaimana mereka merayakan hari
terbunuhnya Faruq Umar bin Khatab dan mereka memberi nama pembunuh umar yaitu
abu Lu’lu’ al Majusi dengan nama Baba Syujaa'uddin (bapak) pemberani
agama (pahlawan agama)[32], semoga Allah meridhoi
seluruh sahabat dan para ummul mukminin.
Lihatlah wahai saudaraku muslim, alangkah
dengkinya dan alangkah kejinya golongan yang keluar dari agama ini, tentang apa
yang telah mereka katakan terhadap manusia pilihan setelah para nabi, yang mana
Allah dan rasul-Nya telah memuji mereka. Dan
telah sepakat umat ini atas keadilan (kelurusan dan keterpercayaan) dan
keutamaan mereka. Sejarah dan kenyataan pun telah membuktikan dan menyaksikan
serta perkara-perkara ini sudah merupakan pengetahuan yang wajib diketahui
(oleh setiap umat) atas kebaikan, dan posisi mereka selalu di depan serta jihad
mereka dalam Islam.
Apa Segi Kesamaan Antara Yahudi dengan Rafidhah?
Syeikh
Islam Ibnu Taimiyah berkata : ”Bukti dari, sesungguhnya bencana Rafidhah adalah
bencana Yahudi, hal itu terlihat pada :
v Sesungguhnya orang
Yahudi mengatakan : Tidak boleh yang menjadi raja kecuali dari keluarga
nabi Daud, Rafidhah berkata : Tidak boleh menjadi imam kecuali dari anak Ali.
v Yahudi mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai
keluar Masehid Dajjal dan diturunkan pedang. Orang Rafidhah mengatakan : Tidak
ada jihad di jalan Allah sampai keluar Al Mahdi, dan datingnya penyeru menyeru
dari langit.
v Orang Yahudi mengakhirkan (mengundurkan) shalat sampai
bintang bertebaran, begitu juga orang Rafidhah mereka mengundurkan shalat
maghrib sampai bintang-bintang bertebaran, padahal hadits mengatakan :
"Senantiasa umatku di atas fitrah,
selama mereka tidak mengakhirkan shalat maghrib sampai bintang bertebaran[33].
v Orang Yahudi telah merubah taurat, begitu juga orang
Rafidhah, mereka telah merubah Al Quran.
v Orang Yahudi tidak memandang bolehnya mengusap khuf
(sepatu kulit yang menutupi mata kaki), begitu juga orang Rafidhah.
v Orang Yahudi membenci malaikat Jibril, mereka mengatakan
: Malaikat Jibril adalah musuh kita dari kalangan malaikat. Begitu juga orang
Rafidhah, mereka mengatakan : Malaikat Jibril telah salah menyampaikan wahyu
kepada Muhammad[34].
v Begitu juga orang Rafidhah meyerupai orang kristen pada
satu ajaran nasrani yaitu, wanita-wanita mereka tidak memiliki hak mendapatkan mahar, akan tetapi hanya
bersenang-senang dengan mereka dengan kesenangan, begitu juga orang Rafidhah,
mereka menikah dengan cara mut'ah, dan mereka menghalalkan itu.
v Orang yahudi dan kristen lebih utama dari orang Rafidhah
dengan satu sifat (yaitu) :
v Orang yahudi jika ditanya : siapakah orang yang terbaik
di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Musa.
v Orang Kristen jika ditanya : siapakah orang yang terbaik
di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah Hawari (sahabat-sahabat)
Isa.
v Orang rafidhah jika ditanya : siapakah orang yang
terburuk di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat
Muhammad.”[35]
Apa Akidah Orang Rafidhah Terhadap Para Imam Mereka?
Rafidhah
mendakwakan kema'suman (terjaga dari dosa) bagi para imam, dan bahwasanya
mereka mengetahui hal ghaib. Dinukil oleh Al Kulaini dalam Usulul Kafi :
"Telah berkata Imam Ja'far as Shodiq : "Kami adalah perbendaharaan
ilmu Allah, kami adalah penterjemah perintah Allah, kami adalah kaum yang
maksum, telah diperintahkan untuk menta'ati kami, dan dilarang untuk menentang
kami, kami adalah hujjah Allah yang kuat terhadap siapa yang berada di
bawah langit dan di atas bumi"[36].
Al
Kulaini meriwayatkan di Al Kafi : Bab "Sesungguhnya para imam, jika mereka
berkehendak untuk mengetahui, maka mereka pasti mengetahuinya". Dari Jafar
ia berkata : "Sesungguhnya Imam jika ia berkehendak mengetahui, maka ia
pasti mengetahui, dan sesungguhnya para imam mengetahui kapan mereka akan mati,
dan sesungguhnya mereka tidak akan mati kecuali dengan pilihan mereka
sendiri."[37]
Khumaini
yang celaka menyebutkan - dalam salah satu tulisannya bahwa para imam lebih
afdhal (mulia) dari para nabi dan rasul, ia berkata - semoga Allah menghinakannya :
"Sesungguhnya imam-imam kita mempunyai suatu kedudukan yang tidak bisa
dicapai oleh malaikat yang didekatkan, dan tidak pula oleh nabi yang
diutus"[38].
Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata : "Orang Rafidhah mendakwakan sesungguhnya
agama ini diserahkan kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib, maka yang halal
itu adalah yang dihalalkan mereka, dan yang haram itu adalah yang diharamkan
mereka, serta agama itu adalah apa yang mereka syariatkan".[39]
Jika
pembaca ingin melihat kekufuran, kesyirikan dan ghuluw (sikap berlebih-lebihan
mereka) -semoga Allah melindungi kita- maka bacalah syair-syair yang
diungkapkan oleh syeikh mereka zaman sekarang ini yaitu Ibrahim Al Amili,
terhadap Ali bin Abi Thalib -semoga Allah meridhai Ali- :
Abu hasan, engkaulah hakikat Tuhan
(yang diibadati),
dan alamat kekuasaan-Nya yang tinggi.
Engkaulah yang menguasai ilmu ghaib,
maka mungkinkah tersembunyi bagimu akan
sesuatu yang hasul.
Engkaulah yang mengendalikan poros
alam,
bagimu para
ulamanya yang tinggi.
Bagimu amar (urusan) bila engkau
menghendaki, kau menghidupkan besok,
bila engkau menghendaki kau cabut ubun-ubun.
Ali bin
Sulaiman Al Mazidi mengutarakan syairnya dalam memuji Ali bin Abi Thalib :
Abu Hasan engkaulah suami orang yang
suci,
Dan (engkaulah) sisi tuhan yang
diibadati serta jiwa rasul.
Dan (engkaulah) pernama kesempuranaan
dan matahari akal,
(engkau) Hamba dari tuhan, dan
engkaulah yang Maha Raja.
Engkau dipanggil oleh nabi di hari
kadir,
Dan telah menaskan atas dirimu sesuai
dengan kejadian Ghadir
Bahwasanya engkau bagi kaum mukminin
adalah amir (pemimpin),
dia telah mengkalungkan kepadamu buhul kekuasaannya.
Kepadamulah kembalinya seluruh perkara,
dan engkaulah yang maha mengetahui
dengan kadungan dada.
Engkaulah yang akan membangkitkan apa
yang ada dalam kubur
Bagimulah pengadilan hari kiamat
berdasarkan kepada nas.
Engkaulah yang maha mendengar dan
engkaulah yang maha melihat
Engkau atas
setiap sesuatu maha mampu.
Kalaulah tidak karena engkau, pasti
bintang tidak berjalan
Kalaulah tidak karena engkau, pasti
planet tidak berputar.
Engkaulah, dengan setiap makhluk mengetahui,
Engkaulah yang berbicara dengan ahli
kitab.
Kalaulah tidak karena engkau, tidak
mungkin musa
akan diajak berbicara, Maha suci Dzat
yang telahmenciptakanmu
Engkau akan melihat rahasia namamu di
jagat raya,
Kecintaan terhadap dirimu seperti
matahari di atas kening.
Kebencian
terhadap dirimu di wajah orang yangmembenci,
Bagaikan peniup api, maka tidak akan
beruntung yangmembencimu.
Siapa itu yang telah ada, dan siapa itu
yang ada,
Tidak
para nabi dan tidak (pula) para rasul,
Tidak (pula) qalam lauh dan tidak (pula)
alamsemesta,
(kecuali) Seluruhnya adalah hamba-hamba
bagimu.
Wahai Abu Hasan wahai yang mengatur
wujud,
(wahai) goa orang yang terusir, dan
tempat berlindungpendatang.
yang memberi minum pengagungmu pada
hari berkumpul(hari kiamat).
orang yang mengingkari hari berbangkit,
adalah orangyang mengingkarimu.
Wahai Abu Hasan wahai Ali yang gagah.
Kesetiaan padamu bagiku di dalam
kuburku sebagaitanda penunjuk,
Namamu bagiku dalam keadaan sempit
merupakan lambang
Dan kecintaan kepadamu adalah yang
memasukkanku kedalam surgamu
Dengan lantaran dirimu kemulian yang
ada pada diriku.
Bila datang perintah Tuhan yang Maha
Mulia
Menyeru penyeru,
berangkat-berangkat(kematian-kematian).
Dan tidaklah mungkin engkau akan
meninggalkan orangyang berlindung denganmu.
Apakah syi'ir
seperti ini diucapkan oleh seorang muslim yang memeluk agama Islam?, Demi
Allah, bahkan sesungguhnyaorang-orang jahiliyah (Kafir) sekalipun belum pernah
jatuh dalam kesyirikan dankekufuran, terlalu muja-muji / ghuluw seperti yang
diperbuat oleh orang rafidhahcelaka ini.[40]
Apa Akidah Raj’ah Yang Diimani Oleh Orang
Rafidhah?
Orang
Rafidhah telah membuat bidah Raj’ah, berkata Al Mufid : "Telah
sepakat mazhab Imamiyah atas wajibnya terjadi Raj’ah di
kebanyakan dari para orang yang telah mati"[41]. Yaitu (yang mereka maksudkan dengan Raj’ah ini)
bangkitnya penutup imam-imam mereka, yang bernama Al Qaaim pada akhir zaman, ia
keluar dari bangunan di bawah tanah, lalu menyembelih seluruh musuh-musuh
politiknya, dan mengembalikan kepada syiah hak-hak mereka yang dirampas oleh
kelompok-kelompok lain sepanjang masa (yang telah berlalu)[42].
Berkata
sayid Al Murtadho di dalam kitabnya "Al Masail An Nashiriyah" :
"Sesungguhnya Abu Bakr dan Umar disalib pada saat itu di atas suatu pohon
di zaman Al Mahdi -yakni imam mereka yang kedua belas- yang mereka beri nama
Qaaim Ali Muhammad (penegak keluarga Muhammad), dan pohon itu pertamanya basah
sebelum penyaliban, lalu menjadi kering setelahnya[43].
Berkata Al
Majlisi di dalam Kitab "Haqul Yakin" dari Muhammad Al Baqir (berkata)
: "Jika Al Mahdi telah keluar, maka sesungguhnya ia akan menghidupkan
'Aisyah Ummul Mukminin dan ia melaksanakan (menjatuhkan) hukum had (hudud) atas
diri Aisyah".[44]
Kemudian
bagi mereka pemahaman Raj’ah ini berkembang, dan mengatakan (berlakunya)
Raj’ah (kembali hidup) seluruh orang syiah dan imam-imam mereka dan
seluruh musuh mereka bersama imam-imam mereka. Akidah khurafat ini
mengungkapkan rasa dengki yang tersembunyi di dalam diri mereka, yang mereka
mengungkapkan rasa dengki itu dengan cerita dongeng seperti ini. Dan adalah
keyakinan ini merupakan sarana (jembatan) yang diambil oleh orang-orang
Sabaiyah untuk mengingkari hari akhirat.
Apa Akidah Taqiyah Menurut Orang Rafidhah?
Taqiyah didefinisikan oleh salah seorang ulama mereka zaman
sekarang dengan ucapannya : "Taqiyah yaitu kamu mengatakan atau
melakukan (sesuatu), berlainan dengan apa yang kamu yakini[45]; untuk
menolak bahaya dari dirimu atau hartamu atau untuk menjaga kehormatanmu"[46].
Bahkan
mereka mendakwakan bawah sesungguhnya Rasulullah telah melakukannya (Taqiyah)
tatkala Abdullah bin Ubai bin Salul kepala orang-orang munafik meninggal,
dimana beliau datang untuk menyolatkannya, lalu Umar berkata kepadanya :
Tidakkah Allah telah melarangmu dari hal itu? -yakni berdiri di atas kuburan
munafik ini-, lalu Rasulullah menjawabnya : "Celaka kamu, kamu tidak tahu
apa yang saya ucapkan : sesungguhnya saya mengucapkan : Ya Allah isilah
perutnya dengan api, dan penuhilah kuburannya dengan api dan selalulah api
membakar dirinya ".[47]
Lihatlah
wahai saudaraku muslim, bagaimana mereka telah menyandarkan kepada diri
Rasulullah kedustaan. Apakah masuk akal, bahwa para sahabat Rasulullah
mendoakan rahmat untuknya (Abdullah bin Ubai), sedangkan Nabi melaknatnya?
Al Kulaini
menukilkan di usul Kafi : " Berkata Abu Abdillah: "wahai Abu Umar
sesungguhnya sembilan per sepuluh (sembilan puluh persen) agama ini terletak
pada (akidah) Taqiyah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak
melakukan Taqiyah, Taqiyah ada pada setiap sesuatu kecuali di
nabidz (korma yang direndam dalam air untuk membuat arak) dan di dalam menyapu
atas khuuf (kaus atau kulit kulit)." Dan dinukilnya juga dari Abi Abdillah
ia berkata : "Jagalah agama kalian dan tutuplah agama itu dengan Taqiyah,
karena tidak ada iman bagi orang yang tidak mempunyai Taqiyah."[48]
Maka orang
Rafidhah memandang Taqiyah itu adalah fardu (wajib), tidak akan berdiri
mazhab ini kecuali dengan Taqiyah, dan mereka menerima pokok-pokok
mazhab secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan. Mereka selalu melaksanakannya
Taqiyah itu terlebih-lebih, bila konsisi yang sulit telah mengepung
mereka, maka hati-hatilah dari orang Rafidhah wahai kaum muslimin.
Apa Keyakinan At-thiinah (Tanah) Yang Diimani Oleh Orang
Rafidhah?
Yang
dimaksud dengan at thiinah (tanah) menurut orang Rafidhah adalah tanah
perkuburan Husain –radhiallahu ‘anhu-. Salah seorang dari orang-orang sesat
mereka yang bernama Muhammad An Nu’man Al Haritsi yang bergelar dengan “Syeikh
Al Mufid”, menukilkan di kitabnya “Al Mazaar” dari Abi Abdillah ia berkata :
“Di tanah perkuburan Husain terdapat obat untuk segala penyakit dan ia
merupakan obat yang paling besar (ampuh)”.
Berkata
Abdullah : “Oleskanlah di mulut bayi kalian tanah (perkuburan) Husain”
Ia berkata
: Telah dikirim kepada Abi Hasan Al Ridha dari negeri Khurasan sebuah bungkusan
kain di antaranya terdapat segumpal tanah, maka dikatakan kepada utusan itu :
Apa ini? Ia berkata : Tanah perkuburan Husain, tidaklah ia mengirim sedikitpun
dari bungkusan kain atau lainnya, kecuali ia meletakkan di dalamnya tanah itu,
dan berkata tanah itu pengaman insya Allah. Dikatakan kepadanya : Sesungguhnya
seorang laki-laki bertanya kepada Shadiq tentang pengambilannya akan tanah
perkuburan Husain, maka Shodiq menjawab : “Apa bila kamu mengambilnya maka
ucapkanlah : “Ya Allah sesungguhnya saya meminta kepadamu disebabkan oleh hak
malaikat yang telah mengenggamnya (tanah ini), dan meminta kepadamu, disebabkan
oleh hak Nabi yang telah menyimpannya, dan oleh hak Al Washi (Ali) yang telah
bersatu di dalamnya agar Engkau melimpahkan Shalawat kepada Muhammad dan atas
keluarga Muhammad dan agar Engkau menjadikannya obat penawar untuk seluruh
penyakit, dan pengaman dari seluruh ketakutan, dan penjaga dari seluruh
kejahatan.
Abu
Abdillah ditanya tentang penggunaan dua jenas tanah dari perkuburan Hamzah dan
pekuburan Husain serta mana yang paling utama diantara keduanya, maka ia
berkata : “Tasbih yang dibuat dari tanah perkuburan Husain akan bertasbih
(sendirinya) ditangan, tanpa (pemiliknya) bertasbih.”[49]
Sebagaimana
orang Rafidhah mendakwakan, sesungguhnya orang syi’ah tercipta dari tanah yang
khusus dan orang Sunni tercipta dari tanah yang lain, lalu terjadilah
pengadukkan antara kedua tanah tadi dengan cara tertentu, maka apa-apa yang
terdapat pada orang syiah dari kemasiatan dan kejahatan, maka itu merupakan
pengaruh dari tanah sunni, dan apa-apa yang terdapat pada orang sunni dari
kebaikan dan anamah, maka itu disebabkan oleh pengaruh tanah syi’ah. Dan
apabila pada hari Kiamat nanti, maka kejelekan dan dosa-dosa orang syi’ah
diletakkan di atas Ahli Sunnah, dan kebaikan (pahala) Ahli Sunnah akan
diberikan kepada orang syi’ah.[50]
Apa Akidah Orang Rafidhah Terhadap Ahli Sunnah?
Akidah
orang Rafidhah berdiri di atas penghalalan harta dan darah ahli sunnah. Al
Shoduq di kitab (Al ‘Ilal) meriwayatkan dengan sanadnya kepada Daud bin Farqad,
ia berkata : “Saya telah berkata kepada Abi Abdillah : Apa yang anda katakan
terhadap An Naashib (Ahli Sunnah), ia berkata : “Darahnya halal, akan tetapi
saya berTaqiyah atasmu, jika kamu mampu untuk membalikkan dinding atas
dirinya (ahli sunnah) atau menenggelamkannya di laut, agar ia tidak akan
bersaksi atas dirimu, maka lakukanlah. Saya berkata : Apa pandanganmu di
hartanya? Ia menjawab : “Ambillah semampumu”.[51]
Bahkan
orang syi’ah Rafidhah memandang, bahwa kekafiran Ahli Sunnah lebih berat dari
kekafiran orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka (Yahudi dan Nasrani) menurut
Rafidhah orang-orang kafir asli, dan mereka ini (ahli sunnah) adalah kafir
murtad, dan kafir murtad lebih berat menurut ijma’, oleh karena itu mereka
(mau) berkerja sama dengan orang-orang kuffar untuk melawan kaum muslimin, hal
itu seperti yang disaksikan oleh sejarah.[52]
Terdapat
di dalam kitab “Wasaail As Syi’ah” (diriwayatkan) dari Al Fudhail bin Yasaar,
ia berkata : saya telah bertanya kepada Abu Ja’far tentang wanita ‘Arifah
(yakni wanita bermazhab Rafidhah) apakah saya menikahkannya dengan An Nashib
(ahli Sunnah)? Maka ia berkata : “Tidak; karena Nashiba
(ahli sunnah ) orang kafir.”[53]
An Nawasib
(orang-orang An Nasib) menurut pemahaman Ahli sunnah adalah mereka yang
membenci Ali bin Abi Thalib –radhiallahu ‘anhu-, akan tetapi menurut orang
Rafidhah, mereka menamakan Ahli sunnah dengan Nawashib (An Nashib), karena
mereka mendahulukan keimaman Abu Bakr, dan Umar dan Utsman atas Ali, padahal
sesungguhnya mengutamakan Abu Bakr dan Umar atas diri Ali telah terjadi sejak
zaman Nabi, dalilnya perkataan Ibnu Umar : “Adalah kami di zaman rasulullah
memilih di antara sahabat siapa yang terbaik, maka kami memilih (orang yang
terbaik) Abu Bakr, kemudian Umar kemudian Utsman”. (H.R. Bukhari), dan ditambah
oleh At Thabrani di Kitab “Mu’jam Al Kabir” : Nabi pun mengetahui hal yang
demikian dan tidak mengingkarinya”. Dan bagi Ibnu Asaakir : “Adalah kami
mengutamakan Abu Bakr, dan Umar, dan Utsman dan Ali”.
Imam Ahmad
dan lainnya meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib sesungguhnya ia berkata :
“Sebaik-baik umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakr, kemudian Umar, kalau aku
berkehendak pasti aku telah menyebutkan orang yang ketiga”. Berkata Adz Dzahabi
: Ini (Hadits ini) Mutawatir.”[54]
Apa Keyakinan Orang Rafidhah Tentang Nikah Mut’ah? Dan Apa Keutamaannya Menurut Mereka?
Nikah
mut’ah mempunyai keutamaan yang agung sekali di sisi orang Rafidhah –Al’iyaadzu
billah-. Tercantum dalam kitab “Manhaj As Shodiqin” karangan Fathullah Al
Kaasyaani dari As Shodiq (menerangkan) bahwasanya nikah mut’ah itu adalah dari
ajaran agamaku dan agama bapak-bapakku, dan orang yang melaksanakannya berarti
dia mengerjakan ajaran agama kita, dan orang yang mengingkarinya berarti dia
mengingkari ajaran agama kita, bahkan ia memeluk agama lain dari agama kita.
Dan anak (hasil) nikah mut’ah lebih mulia dari anak istri yang tetap. Orang
yang mengingkari nikah mut’ah adalah kafir murtad.”[55]
Al Qummi
menukilkan di dalam kitab “Man Laa Yahduruhu Al Faqiih” dari Abdulah bin Sinan
dari Abi Abdillah, ia berkata : “Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah
mengharamkan atas golongan kita setiap yang memabukkan dari sertiap minuman,
dan telah mengganti mereka dari hal itu dengan nikah mut’ah”[56].
Orang
Rafidhah tidak pernah menyaratkan (membatasi) bilangan tertentu dalam nikah
mut’ah. Tercantum dalam kitab “Furuu’ Al Kafi” dan At Tahdziib” dan “Al
Istibshoor” dari Zaraarah, dari Abi Abdillah, ia berkata : “Saya telah
menyebutkan kepadanya akan nikah mut’ah apakah nikah mut’ah itu (terjadi) dari
empat (yang dibolehkan), ia berkata : nikahilah dari mereka-mereka (para
wanita) seribu, sesungguhnya mereka-mereka itu adalah wanita yang disewa
(dikontrak). Dan dari Muhammad bin Muslim dari Abi Ja’far sesungguhnya ia
berkata tentang nikah mut’ah : “Bukan nikah mut’ah itu (dilakukan) dari empat
(istri yang dibolehkan), karena ia (nikah mut’ah) tidak ada talak, tidak
mendapat warisan, akan tetapi ia itu hanyalah sewaan”[57].
Bagaimana
mungkin ini, padahal Allah telah berfirman :
Artinya : “Dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas”. (Al Mukminun : 5-7).
Maka
jelaslah dari ayat yang mulia ini bahwa sesungguhnya apa yang dihalalkan dari
nikah adalah istri dan budak perempuan yang dimiliki, dan diharamkan apa yang
lebih dari (selain) itu. Wanita yang dimut’ah adalah wanita sewaan, maka ia
bukanlah istri (yang sah), dan ia tidak bisa mendapatkan warisan dan tidak bisa
ditalak, jadi dia itu adalah pelacur / wanita pezina –wal’iyaadzubillah-.
Syeikh
Abdullah bin Jibriin berkata : “Orang Rafidhah berdalih dalam menghalalkan
nikah mut’ah dengan ayat di surat An Nisa’ yaitu firman Allah :
Artinya :
“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali
budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai
ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu)
mencari istri-istri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. Maka
istri-istri yang telah kamu nikmati (campur) di antara mereka, berikanlah kepada
mereka maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;”. (An Nisa :
24).
Jawab :
Sesungguhnya ayat ini semuanya dalam masalah nikah; dari firman Allah ayat 19
di surat An Nisa sampai 23, setelah Allah menyebutkan wanita-wanita yang haram
dinikahi karena nasab dan sebab, kemudian Allah berfirman : Artinya : “Dan
dihalalkan bagi kamu selain yang demikian.”
Maksudnya
dihalalkan bagimu menikahi selain wanita-wanita (yang disebutkan tadi) bila
kamu menikahi mereka untuk bersenang-senang yaitu bersetubuh yang halal, maka
berikanlah mahar mereka yang telah kamu wajibkan untuk mereka, dan jika mereka
mengugurkan sesuatu dari mahar-mahar itu berdasarkan dari jiwa yang baik
(keridhoan hati), maka tidak mengapa atas kamu dalam hal itu. Beginilah ayat
ini ditafsirkan oleh jumhur (mayoritas) sahabat dan orang-orang setelah mereka[58].
Bahkan di
sisi (menurut) orang Rafidhah perkaranya telah sampai menghalalkan menyetubuhi
wanita di lubang anusnya. Tercantum dalam kitab “Al Istibshoor” dari Ali bin Al
Hakam ia berkata : “Saya telah mendengar Shofwan berkata : “Saya telah berkata
kepada Al Ridha : Sesungguhnya seorang laki-laki dari budak-budakmu
memerintahkan saya untuk menanyakan kepadamu akan suatu masalah, maka dia takut
dan malu kepadamu untuk menanyakanmu, ia berkata : apa itu? Ia berkata : Apakah
boleh bagi laki-laki untuk menyetubuhi wanita (istrinya) di lubang anusnya? Ia
menjawab : Ya, hal itu boleh baginya”[59].
Apa Keyakinan Orang Rofidhah Terhadap Najaf Dan Karbala? Dan Apa Keutamaan Menziarahinya Menurut Mereka?
Orang
syi’ah sungguh telah menjadikan tempat-tempat perkuburan imam-imam mereka baik
imam dakwaan mereka belaka atau hakiki, sebagai tempat yang haram dan suci
(seperti maram Makkah) : maka kota Kufah adalah haram, Karbala haram, Qum
haram. Dan mereka meriwayatkan dari As Shidiq : “Sesungguhnya Allah memiliki
haram yaitu kota Mekkah, dan Rasulullah memilik haram yaitu kota Madinah, dan
Amirul mukminin memiliki haram yaitu kota Kufah dan kita memiliki haram yaitu
Qum.
Karbala
menurut mereka lebih afdhol (utama) dari Ka’bah. Hal ini tercantum dalam kitab
“Al Bihaar” dari Abi Abdillah bahwasanya ia berkata : “sesungguhnya Allah telah
mewahyukan ke Ka’bah; kalaulah tidak karena tanah Karbala, maka Aku tidak akan
mengutamakanmu, dan kalaulah tidak karena orang yang dipeluk oleh bumi Karbala
(Husain), maka Aku tidak akan menciptakanmu, dan tidaklah Aku meciptakan rumah
yang mana engkau berbangga dengannya, maka tetap dan berdiamlah kamu, dan
jadilah kamu sebagai dosa yang rendah, hina, dina, dan tidak congkak dan
sombong terhadap bumi Karbala, kalau tidak, pasti Aku telah buang dan lemparkan
kamu ke dalam Jahanam.[60]
Dan
tercantum juga di dalam kitab “Al Mazaar” karangan Muhammad An Nu’man yang
diberi gelar dengan syeikh Mufid, di dalam Bab “Ucapan saat berdiri di atas
kuburan” yaitu orang yang menziarahi kuburan Husain mengisyaratkan dengan
tangan kanannya sambil mengucapkan doa yang panjang, diantaranya :
“Saya
datang berziarahmu, untuk mencari keteguhan kaki di dalam berhijrah kepadamu,
dan sungguh saya telah meyakini bahwasanya Allah Jalla Tsanaauhu, dengan
lantaranmu Dia melapangkan kesulitan, dan dengan lantaranmu Dia menurunkan
Rahmat, dan dengan lantaranmu Dia menahan bumi yang jatuh bersama penduduknya,
dengan lantaramu Allah mengokohkan gunung-gunung di atas pondasinya, dan
sungguh saya telah menghadap (munajat) kepada Rabbku, bahwa dengan lantaranmu
wahai tuanku untuk menyelesaikan hajat kebutuhan dan keampunan dosa-dosaku.”
Dan
tercantum dalam kitab “Al Mazaar” tentang keutamaan kota Kufah, dari Ja’far Al
Shodiiq ia berkata : “Tempat yang paling mulia (utama) setelah haram Allah dan
haram rasul-Nya adalah kota Kufah, karena kota Kufah Suci bersih, di sana
terdapat kuburan para nabi dan rasul dan ahli wasiat yang jujur, dan di sana
terlihat keadilan Allah, dan di sana datang Qaimah (penegak) dan
pengegak-penegak setelahnya, Kota Kufah itu tempat turunnya para nabi dan ahli
wasiat serta orang-orang yang sholeh[61].
Lihatlah
wahai pembaca yang budiman, bagaimana mereka itu jatuh dalam kesyirikan, karena
mereka meminta kepada selain Allah dalam menyelesaikan dan memenuhi hajat
kebutuhan, meminta dan memohon pengampunan dosa-dosa kepada manusia, bagaimana
mungkin hal itu terjadi, sedangkan Allah telah berfirman :
“Siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah” (Ali Imran : 135).
Kita
berlindung dengan Allah dari perbuatan syirik.
Apa Segi Perbedaan
Antara Syi'ah Rafidhah Dengan Ahli Sunnah?
Berkata : Nizhomuddin Muhammad Al 'Azhomi di dalam
mukaddimah buku "Syiah dan Nikah Mut'ah" : Sesungguhnya perbedaan
antara kita dengan mereka bukanlah terpokus di perbedaan
cabang-cabang fikih, seperti masalah nikah mut'ah saja, sama sekali tidak,
sesungguhnya perbedaan itu pada dasarnya adalah perbedaan dalam masalah
pokok-pokok prinsip, ya.. perbedaan dalam akidah terpokus di beberapa point
dibawah ini :
1. Rafidhah mengatakan sesungguhnya Al Quran dirubah
(diselewengkan) dan kurang.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan : Sesungguhnya Al
Quran adalah kalamullah lengkap tanpa ada kekurangan, tidak pernah dan tidak
akan dihinggapi oleh penukarbalikan, mengurangan dan perubahan sampai Allah
mewariskan bumi ini dan orang-orang yang ada di atasnya (hari Kiamat),
sebagaimana Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Qur'an,
dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr : 9)
2. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para sahabat
Rasulullah terkecuali beberapa orang, telah murtad setelah rasulullah wafat,
dan mereka berbalik 180 derajat, dan mereka mengkhianati amanah dan agama,
terutama tiga orang khalifah; As Shidiq (Abu Bakr), Al Faruq (Umar) dan Dzu
Nurain (Utsman), oleh karena itu mereka yang bertiga ini menurut mereka
(Rafidhah) adalah termasuk orang yang paling bersangatan kekufuran, kesesatan
dan kesalahannya.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan sesungguhnya para
sahabat Rasulullah adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi, dan
sesungguhnya mereka itu adalah adil (istiqomah) seluruhnya, tidak pernah
sengaja berdusta atas nabi mereka, mereka orang-orang yang terpercaya dalam
menukilkan berita.
3. Rafidhah mengatakan sesungguhnya para imam adalah
imam-imam Rafidhah yang dua belas yang ma'shum (terjaga dari dosa), mereka
mengetahui hal ghaib, dan mengetahui seluruh ilmu yang dikeluarkan (diajarkan)
kepada para malaikat, para nabi dan para rasul, dan sesungguhnya mereka
mengetahui ilmu yang terdahulu dan sekarang, dan tidak ada yang tersembunyi
bagi mereka sesuatu apapun, dan sesungguhnya mereka mengetahui seluruh bahasa
alam semesta, dan sesungguhnya seluruh bumi ini adalah milik mereka.
Sedangkan kita (Ahli Sunnah) mengatakan, sesungguhnya
mereka itu adalah manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya, tiada
perbedaan antara mereka, diantara imam-imam itu adalah ahli fikih, ulama dan
khalifah, dan kita tidak menisbahkan kepada mereka apa yang tidak pernah mereka
katakan terhadap diri mereka sendiri, bahkan kita berlepas diri darinya dan
mereka pun (para imam) berlepas diri dari hal itu.[62]
Apa Keyakinan Orang
Rafidhah Pada Hari Asyura (Sepuluh Muharram) Dan Apa Keutamaannya Menurut
Mereka?
Sesungguhnya Rafidhah mengadakan perayaan dan perkumpulan
dan ratapan tangis, mereka melakukan demonstrasi di jalan-jalan dan di
lapangan-lapangan umum. Mereka memakai pakaian hitam tanda duka cita dalam memperingati
mati syahidnya Husain dengan mengonsentrasikan pada sepuluh hari pertama dari
bulan Muharram di setiap tahun, dengan keyakinan sesungguhnya perbuatan itu
termasuk dari sebaik-baik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Maka mereka
memukul-mukul pipi mereka dengan tangan mereka sendiri, memukul-mukul dada dan
punggung mereka. Mereka merobek-robek baju sambil menangis dan berteriak-teriak
dengan menyeru : wahai Husain, wahai Husain. Terlebih-lebih pada hari ke
sepuluh setiap bulan Muharram, bahkan mereka memukul diri mereka sendiri dengan
rantai besi dan pedang, seperti yang terjadi di negeri-negeri yang dihuni oleh
Rafidhah seperti Iran.
Dan para ulama mereka mendorong mereka untuk melakukan
hal-hal yang bodoh ini dimana hal itu menjadi bahan tawaan semua umat. Sungguh
salah seorang dari pembesar mereka yaitu Muhammad Hasan Alu Kasyif al Ghatha,
telah ditanya tentang apa yang dilakukan oleh pengikut golongannya seperti
menukul dan menampar wajah.... dst, ia berkata :
sesungguhnya ini termasuk dari mengagungkan syiar-syiar Allah :[63]
"Dan barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan
hati". (QS. 22:32)
Apakah Keyakinan Orang Rafidhah Tentang Bai'at
Orang
Rafidhah menganggap setiap pemerintahan selain pemerintahan Itsna 'Asyara (syi'ah
Itsna "asyarah/ Imammiyah/ Rafidhah) adalah pemerintahan yang
batil (tidak sah). Diriwayatkan di dalam kitab "Al Kaafii" dengan
syarahan (uraian) Al Mazandaraani dan di dalam kitab Al Ghaibah oleh An
Nu'mani, dari Abi Ja'far, ia berkata : "Setiap bendera yang diangkat
(dikibarkan) sebelum bendera Al Qaaim -Mahdinya orang Rafidhah- maka pemiliknya
adalah thoghut".[64]
Dan tidak
boleh menta'ati seorang hakim yang bukan dari Allah, kecuali dengan cara Taqiyah
(kemunafikan), penguasa yang absolut dan zholim tidaklah pantas untuk menjadi
pemimpin, dan setiap pemimpin yang bersifat yang serupa dengan itu. Seluruhnya
gelar itu mereka memberikan nama itu kepada penguasa kaum muslimin yang bukan
dari imam-imam mereka, orang paling utama dari mereka itu adalah
khulafaurasyidin -semoga Allah meridhoi mereka- yaitu : Abu Bakr, Umar dan
Utsman.
Tokoh
Rafidhah Al Majlisi, dimana ia merupakan salah seorang dari orang-orang yang
sesat dari mereka, pengarang kitab "Bihaarul Anwar", berkata tentang
tiga orang khalifah rasyidin : "Sesungguhnya mereka tiada lain kecuali
perampas yang zholim, murtad dari agama, semoga laknat Allah atas mereka dan
terhadap orang-orang yang mengikuti mereka di dalam menzholimi ahlu bait dari
pertama sampai terakhir".[65]
Inilah
yang dikatakan oleh imam mereka Al Majlisi yang kitabnya dikatagorikan ke dalam
reffrensi mereka (rujukan) yang pokok dan terpenting dalam hadits mengenai umat
yang paling mulia setelah para rasul dan nabi.
Berdasarkan
kepada keyakinan mereka terhadap khilifah kaum muslimin, maka mereka menganggap
setiap orang yang bekerjasama dengan mereka adalah thoghut dan zholim. Al
Kulaini meriwayatkan dengan sanadnya dari Umar bin Hanzholah, ia berkata :
"Saya telah bertanya kepada Abu Abdillah tentang dua orang dari golongan
kita, di antara mereka berdua terjadi perselisihan dalam masalah agama atau
harta warisan, lalu mereka berdua berhukum (minta diselesaikan secara hukum)
kepada penguasa dan kepada hakim, apakah hal itu halal? Ia berkata : barangsiapa
berhukum (meminta diselesaikan secara hukum) kepada mereka, dengan kebenaran
atau kebatilan, maka sesungguhnya mereka berhukum kepada thoghut, dan apa yang
telah diputuskan untuknya sesungguhnya yang ia ambil adalah harta haram,
walaupun sebenarnya itu haknya, karena ia telah mengambilnya dengan hukum
thoghut".[66]
Berkata
Khumaini yang celaka -semoga Allah menghukumnya dengan hukum sepantas dan
setimpal- dalam mengomentari pembicaraan mereka ini : "Imam itu sendiri
dilarang untuk merujuk kepada penguasa-penguasa dan hakim-hakim mereka, dan
merujuk kepada mereka dikatagorikan merujuk kepada thoghut."[67]
Apakah Hukum Usaha Mendekatkan Antara Ahli Sunnah Yang
Bertauhid Dengan Rafidhah Yang Musyrik?
Saudaraku
pembaca yang budiman, saya cukupkan saja dalam masalah ini, dengan mencantumkan
tulisan dari tulisan-tulisan DR. Nashir AL Qafari di dalam kitabnya :
"Masalah At Taqriib", yaitu tulisan yang ke tujuh, dimana beliau
berkata -semoga Allah menjaganya :
"Bagaimana
mungkin mendekatkan antara orang yang mencaci kitab Allah dan menafsirkannya
tidak sesuai dengan tafsirannya, dan mendakwakan turunnya kitab-kitab ilahi
(wahyu) kepada imam-imamnya setelah Al Quranul Karim?, dan ia memandang
keimaman itu adalah kenabian, para imam baginya seperti para nabi dan bahkan
lebih mulia, dan ia menafsirkan mengibadati Allah semata yang mana itu adalah
inti dari misi (ajaran) para rasul seluruhnya tidak sesuai dengan maknanya yang
hakiki, dan mendakwakan bahwa sesungguhnya ibadah itu adalah ta'at kepada para
imam. dan sesungguhnya syirik kepada Allah adalah mentaati selain mereka (para
imam) bersama mereka, ia mengkafirkan orang-orang yang terbaik dari para
sahabat rasulullah, dan mengkliem seluruh para sahabat dengan murtad, kecuali
tiga atau empat atau tujuh sesaui dengan perbedaan riwayat mereka. Dan orang
ini (orang Syiah) tampil berbeda dengan keganjilan dari jamaah kaum muslimin
dengan masalah-masalah akidah dan keyakinan di dalam keimaman, kemaksuman
(terjaga dari dosa), Taqiyah (kemunafikan), dan mengatakan Raj’ah
(imam kembali ke dunia), Al qhaibah (menghilangnya As Kaari) dan Al Bada'[68]."[69]
Apakah Perkataan Para Imam Terdahulu Dan Belakang Tentang
Rafidhah (Syi'ah)?
Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah telah berkata: "Dan sungguh telah sepakat ahli ilmu
dalam bidang naql, riwayat dan sanad, bahwasanya Rafidhah adalah yang paling
pendusta dari kalangan kelompok-kelompok (yang sesat), berbohong terdapat dalam
diri mereka sudah sejak lama, oleh karena inilah para imam-imam Islam
menggelarkan keistimewaan mereka dengan sering (banyak) berdusta.
Asyhab bin
Abdul Aziz telah berkata : Imam Malik telah ditanya tentang Rafidhah, maka
beliau menjawab : Janganlah kamu berbicara dengan mereka, dan janganlah
mengambil riwayat dari mereka, sesungguhnya mereka itu orang-orang yang
berdusta (pembohong).
Dan
berkata Imam Malik : orang yang mecaci maki para sahabat Rasulullah, maka ia
tidak berhak mendapatkan nama, atau tempat di dalam Islam.
Berkata
Ibnu Katsir di dalam firman Allah :
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas
sujud.Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam
Injil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya;
tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min)".
(Al Fath : 29).
"Dari
ayat ini, maka Imam Malik menyimpulkan di dalam satu riwayat darinya, dengan
mengkafirkan orang-orang rafidhah dimana mereka membenci para sahabat, beliau
berkata : "Karena para sahabat menjengkelkan hati mereka (orang-orang
rafidhah), barangsiapa yang dijengkeli oleh para sahabat maka ia adalah kafir
oleh ayat ini".
Al
Qarthubi telah berkata : "Sungguh Imam Malik telah berbuat baik dalam ucapannya
dan ia telah benar dalam menafsirkannya, maka barangsiapa mencela seorang saja
dari mereka atau mencela riwayatnya maka ia sungguh telah membantah Allah Rabb
semesta alam, dan telah menggugurkan syari'at-syari'at kaum muslimin."[70]
Abu Hatim
telah berkata : " Telah menceritakan kepada kami Harmalah, ia berkata :
Saya telah mendengar Imam Syafi'i berkata : "Saya belum pernah melihat
seseorang yang lebih mudah bersaksi dengan kepalsuan daripada Rafidhah".
Muammil
bin Ahab telah berkata : "Saya telah mendengar Yazid bin Harun berkata :
"Ditulis (riwayat hadits) dari setiap pelaku bid'ah bila tidak mengajak ke
bid'ahnya, kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka itu pendusta."
Dan
Muhammad bin Sa'ad Al Ashbahaani telah berkata : "Saya telah mendengar
syeikh Syuraik berkata : "Ambillah ilmu itu dari setiap orang yang kamu
jumpai kecuali Rafidhah, sesungguhnya mereka membuat-buat (memalsukan) hadits,
dan mereka menjadikan hal itu sebagai agama". Syuraik ini adalah Syuraik
bin Abdullah Qodhi (hakim) kota Kufah.
Mu'awiyah
telah berkata : "Saya telah mendengan Al 'Amasy berkata : Saya menjumpai
sekelompok manusia, dan mereka tidaklah menyebutkan tentang mereka (rafidhah)
kecuali (digolongkan kepada) orang-orang sangat pembohong", maksudnya
(mereka pembohong itu) adalah pengikut AL Mughirah bin Sa'id yang bermadzhab
rafidhah lagi pendusta, seperti yang disifati oleh imam Adz Dzahabi.[71]
Syeikhul
Islam telah berkata dalam mengomentari apa yang dikatakan oleh para imam salaf
: "Dan adapun Rafidhah asal usul bid'ah mereka diambil dari Zindiq dan
kufur serta unsur kesengajaan, kebohongan banyak sekali di tengah-tengah
mereka, dan mereka mengakui hal itu, dengan mengatakan : Agama kita adalah Taqiyah,
yaitu salah seorang dari mereka mengucapkan dengan lidahnya berbeda dengan apa
yang ada di hatinya. Dan inilah hakikat kebohongan dan kemunafikan, maka mereka
dalam hal itu sebagaimana pepadah : "Ia telah melemparku dengan
penyakitnya lalu ia lari".[72]
Berkata
Abdullah bin Ahmad bin Hambal : Saya telah bertanya kepada bapakku tentang
Rafidhah, maka ia mengatakan : "Yaitu orang-orang yang mencaci maki atau
mencela Abu Bakr dan Umar". Dan Imam Ahmad ditanya tentang Abu Bakr dan
Umar, maka ia menjawab : Doa'kanlah mereka berdua agar diberi rahmat, dan
berlepas dirilah dari orang yang membenci mereka berdua".[73]
Al Khallal
meriwayatkan dari Abu Bakr Al Marwazi, ia berkata : Saya telah bertanya kepada
Abu Abdillah (Imam Ahmad) tentang orang yang mencaci maki Abu Bakr dan Umar
serta 'Aisyah, maka ia berkata : "Saya tidak memandangnya di dalam Islam
(artinya orang yang mencaci itu telah keluar dari Islam-pent).[74]
Al Khallal
meriwayatkan, ia berkata : Saya telah diberi tahu oleh Harb bin Ismail Al
Karmaani, ia berkata : Telah bercerita kapada kami Musa bin Harun bin Ziad, ia
berkata : saya telah mendengar Al Firyaabi sedangkan seorang laki-laki bertanya
kepadanya tentang orang yang mencaci maki Abu Bakr, ia berkata : Kafir. Lalu ia
berkata lagi, apakah disolatkan? Ia berkata: Tidak."
Ibnu Hazam
telah berkata : tentang Rafidhah tatkala ia berdebat dengan orang Kristen, dan
orang-orang memberikan kepadanya kitab-kitab Rafidhah untuk bantahan
terhadapnya (Ibnu Hazam dan berkata) : sesungguhnya Rafidhah bukanlah kaum
muslimin, dan perkataan mereka bukanlah argumen terhadap agama, akan tetapi
Rafidhah itu hanyalah suatu golongan, mula terjadinya kira-kira duapuluh lima
tahun setelah Nabi Wafat, dan permulaannya adalah merespon pangilan orang yang
hampir masuk islam dari orang-orang yang dihina Allah. Rafidhah itu adalah
kelompok yang berjalan atas jalan ajaran Yahudi dan Nasrani dalam kebohongan
dan kekufuran."[75]
Abu Zur'ah
Ar Raazi berkata : "Bila kamu melihat seseorang yang mencaci salah seorang
dari para sahabat Rasulullah, maka ketahuilah sesungguhnya dia itu
Zindiq."
Lajnah
Daimah Lil Iftak (Lembaga Tetap untuk Fatwa) di Kerajaan Saudi Arabia pernah
ditanya dengan satu pertanyaan, dalam pertanyaan itu penanya mengatakan bahwa
ia dan sekelompok teman bersamanya berada di perbatasan utara berdekatan dengan
cek point negara Iraq. Di sana ada sekelompok penduduk yang bermadzhab Al
Ja'fariyah, dan diantara mereka (kelompok penanya) ada orang yang enggan untuk
memakan sembelihan penduduk itu, dan diantara mereka ada yang makan, maka kami
bertanya: Apakah halal bagi kami untuk memakan sembelihan mereka, ketahuilah
sesungguhnya mereka berdoa minta tolong kepada Ali, Hasan dan Husain serta
seluruh pemimpin-pemimpin mereka di dalam keadaan sulit dan keadaan lapang ?
Lalu Lajnah (lembaga) yang diketuai oleh Syeikh Abdul 'Aziz bin Abdullah bin
Baz dan (anggota-anggotanya); Syeikh Abdul Razaq 'Afifi, Syeikh Abdullah bin
Ghudayan, dan Syeikh Abdullah bin Qu'uud, semoga Allah memberi pahala kepada
mereka semua.
Jawabannya
: Segala puji bagi Allah semata, dan shalawat dan salam semoga dianugerahkan
kepada rasul-Nya dan keluarga beliau serta sahabat-sahabatnya, dan adapun
selanjutnya:
Jika
permasalahannya seperti yang disebutkan oleh penanya, bahwa sesungguhnya jamaah
(kelompok) yang memiliki ajaran Ja'fariyah, mereka berdo'a dan meminta tolong
kepada Ali, Hasan dan Husain serta pemimpin-pemimpin mereka, maka mereka itu
adalah orang-orang musyrik murtad, kelaur dari agama Islam, semoga Allah
melindungi kita dari itu, tidaklah halal memakan sembelihan mereka, karena
sembelihan itu adalah bangkai, walaupun mereka menyebut nama Allah saat
menyembelihnya."[76]
Syeikh
Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin ditanya, soal itu berbunyi : wahai syeikh
yang mulia, di negeri kami terdapat seorang rafidhah (bermadzhab syi'ah
rafidhah) bekerja sebagai tukang sembelih, maka ahlusunnah datang kepadanya
untuk menyembelih sembelihan mereka, dan begitu juga sebagian rumah makan,
bekerja sama dengan orang rafidhah ini, dan dengan rafidhah lainnya yang
berprofesi sama, apakah hukumnya bertransaksi atau berkoneksi dengan orang
rafidhah ini dan semisalnya? Apakah hukum sembelihannya, apakah sembelihannya
halal atau haram, berikanlah kepada kami fatwa, semoga syeikh diberi pahala
oleh Allah.
(Beliau
menjawab) Wa'alaikum salam warahmatullah wabarakatuh wa ba'du: Tidaklah halal
sembelihan orang rafidhah, dan juga memakan sembelihannya, sesungguhnya orang
rafidhah pada umumnya adalah orang-orang musyrik, dimana mereka selalu menyeru
Ali bin Abi Thalib di waktu sempit dan lapang, sampai di Arafah dan saat tawaf
dan sa'i, mereka juga menyeru anak-anak beliau dan imam-imam mereka seperti
yang sering kita dengar dari mereka, perbuatan ini adalah syirik akbar dan
keluar dari agama Islam yang berhak dihukum mati atasnya.
Sebagaimana
mereka sangat berlebih-lebihan dalam menyifati Ali, mereka menyifati beliau
dengan sifat-sifat yang tidak layak kecuali hanya untuk Allah, sebagaimana kita
mendengarnya dari mereka di Arafah, dan mereka disebabkan perbuatan itu telah
murtad, yang mana mereka telah menjadikannya sebagai Rabb, Sang Pencipta, dan
Yang mengatur Alam, Yang mengetahui ghaib, yang menguasai kemudaratan dan
manfaat, dan semisal itu.
Dan
sebagaimana mereka mencela Al Quran, mereka mendakwakan bawah para sahabat
telah merubah, menghilangkan dari Al Quran ayat-ayat yang banyak berhubungan
dengan Ahlu Bait dan musuh-musuh mereka, lalu mereka tidak berpedoman kepada Al
Quran dan mereka tidak memandangnnya sebagai dalil dan argumen.
Sebagaimana
mereka mencela pemuka-pemuka sahabat, seperti tiga orang khalifah rasyidin, dan
selain mereka dari orang yang diberi kabar gembira jaminan masuk surga, para
umul mukminin (istri-istri rasulullah), para sahabat yang terkenal, seperti
Anas, Jabir, Abu Hurairah dan semisalnya, maka mereka tidak menerima
hadits-hadits para sahabat tersebut, karena mereka itu orang kafir menurut
dakwaan mereka, mereka tidak mengamalkan hadits-hadits di Bukhari Muslim
kecuali yang berasal dari Ahlu Bait. Mereka bergantung dengan hadits-hadits
palsu atau hadits-hadits yang di dalamnya tidak ada bukti atas apa yang mereka
katakan. Akan tetapi walaupun demikian, mereka itu adalah bersikap munafik,
maka mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada pada hati mereka
(yang tidak mereka yakini), mereka menyembunyikan di diri mereka apa yang tidak
mereka tampakkan kepadamu, mereka berkata : barangsiapa tidak bersikap Taqiyah
(nifaq) maka tidak ada agama baginya. Maka dakwaan mereka itu tidak bisa
diterima dalam ukhwah persaudaraan, dan dakwaan mereka akan cinta syari'at...
dan seterusnya. Sikap nifaq adalah merupakan akidah bagi mereka. Semoga Allah
menjaga (kita) dari kejelekan mereka, semoga Allah menganugerahkan shalawat dan
salam keada Muhammad, dan keluarga beliau serta para sahabatnya.[77]
[1] Lihat
"Al Maqaalaat wal Firaq" oleh Al Qummi, hal : 10-21
[2] Keyakinan bahwa Ali akan kembali ke dunia sebelum
hari kiyamat
[3] Lihat "Firaqus Syi'ah" oleh An Nubakhti,
hal : 19-20
[4] Lihat : apa yang dicantumkan oleh Al Kissyi dalam
beberapa riwayat dari Ibnu Saba dan akidah-akidahnya, lihat no : 170, 171, 172,
173, 174, dari hal : 106-108
[5] Keyakinan menghilangnya imam Askari yang mereka
tunggu-tunggu
[6] Ushul 'Itiqad Ahli Sunnah Wal Jama'ah, Al Lalikaai,
1/22-23
[7] Lihat buku : Al Bihaar, oleh Al Majlisi, hal :
68-96-97. (Dia ini merupakan salah seorang tempat bertanya orang-orang rafidhah
(syi'ah) untuk zaman-zaman terakhir).
[8] At Ta'liiqaatu 'Ala Matni Lum'atil 'Itiqaad, oleh :
Syeikh Alaamah Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin, -semoga Allah menjaganya-,
hal : 108.
[9] Lihat : catatan kaki buku Maqaalaat Al Islamiyiin,
oleh Muhyiddin Abdul Hamid, (1/89).
[10] Lihat : di buku Maqaalaat Al Islamiyiin, (1/89).
[11] Daairatul Ma'arif, (4/67).
[12] Dia adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Al Asadi,
termasuk tokoh besar syi'ah
[13] Dia adalah Al Maqrizi du Al Khuthath, ((2/351).
[14] Al Milal wan Nihal, oleh As Syahrastani, hal :147
[15] Al Farqu Bainal Firaq, oleh Al Baghdadi, hal : 41
[16] Ushulul Kafi, hal :40
[17] Ushulul Kafi, oleh Al Kulaini di kitab tauhid :
1/133
[18] Minhaaj sunnah (1/20) oleh Syeikhul Islam Ibnu
Taimiyah
[19] 'Itiqadaat
Firaqul Muslimin Wal Musyrikin, hal : 97
[20] At
Tauhid, oleh Abu Babawaih, hal : 57
[21] Bukhari no : 544, dan Muslim no : 633
[22] Lihat karangan-karangan Ahli Sunnah Wal Jamaah
dalam menetapkan ru'yah, seperti kitab Ar Ru'yah oleh Daruqutni, dan kitab imam
Al Lalikai dan lainnya
[23] Fashlul Khithab, oleh Hasan bin Muhammad Taqiyun
Nuri Al Tibrisi, hal : 32
[24] Lihatlah saudara seiman, alangkah kejinya kisah
yang dibuat-buat oleh kaum syiah terhadap para sahabat
[25] Al Ihtijaaj oleh Al Tibrisi hal :225, kitab
Fashlul Khithab, hal : 7
[26] Furuu' Al Kafi, oleh Al Kulaini, hal : 115
[27] Haqqul Yakiin, oleh Al Majlisi, hal : 522. Di sini
perlu di isyaratkan bahwa sesungguhnya Ali bin Hasein dan Ahlu Bait semuanya
berlepas diri dari semua ini yaitu kedustaan yang diada-adakan oleh kaum
Rafidah atas diri mereka, semoga Allah memerangi kaum rafidhah, alangkah
jeleknya kedustaan yang mereka buat. (Insya Allah penterjemah akan membuat satu
edisi yang berisikan sikap Ahlul Bait terhadap para sahabat, yang akan diambil
dari buku-buku pegangan mereka sendiri, agar pembaca mengetahui sebenarnya
mereka telah menyelisihi ahlul Bait sendiri dalam bersikap terhadap para
sahabat Rasul.)
[28] Tafsir Al Qummi, hal : 218
[29] Ketahuilah pembaca budiman : Mereka sendiri telah menjadikan kuburan
Kumaini sebagai tempat yang suci, dan mendirikan di atasnya bangunan seperti
Ka'bah sebagai tandingan Ka'bah kita yang mulia
[30] Miftahul Jinaan, hal : 114. Lihat doa dua berhala
Quraisy, insya Allah di edisi ke 15
[31] Tabdiidul Zhilaam wa tanbiihun Niyam, oleh Ibrahim
Al Jabhaan, hal : 27
[32] Abbas Al Qummi, (Alkuna wal Alqaab) 2/55
[33] Hadits diriwayatkan oleh : Imam Ahmad : 4/147. 5/417,
422, Abu Daud, no : 418, dan Abnu Majah, no : 689, di dalam jawaid dikatakan :
sanadnya hasan (baik).
[34] Ada juga suatu kelompok yang mengatakan
yang aneh-aneh, mereka mengatakan : sesungguhnya Jibril telah berkhianat,
dimana ia menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad, sedangkan yang lebih utama
dan lebih berhak terhadap risalah adalah Ali bin Abi Thalib, oleh karena inilah
mereka mengatakan : telah berkhianat Amiin (malaikan jibril) dan ia telah
menghalang risalah sampai ke Haidari (Ali).
Wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menuduh Jibril Alaihi
salam telah berkhianat, sedangkan Allah telah menyifatinya dengan amanah
(terpercaya), sebagaimana Allah telah berfirman : Telah dibawa oleh Ruhul Amiin
(malaikat Jibril), dan firman-Nya : selalu taat kemudian terpercaya".
Apakah yang akan anda katakan wahai muslin terhadap keyakinan yang diimani oleh
orang-orang rafidhah ini?
[35] Minhaajus Sunnah, oleh syeikhul Islam Ibnu Taimiyah
: 1/24
[36] Usulul_Kafi, hal : 165. (marikita simak apa firman
Allah yang menerangkan tentang sifat nabi Muhammad, Allahberfirman dalam surat
Al An'am ayat 50 : (artinya) : "Katakanlah : "Aku tidakmengatakan
kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) akumengatakan
yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorangmalaikat. Aku
tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.."(pent)
[37] Usulul Kafi, di dalam kitabulHujjah : (1/258).
(mengetahui mati dan di mana akan mati itu adalah rahasia yangtidak diketahui
kecuali hanya Allah semata, Allah berfirman
dalam surat Lukmanayat 34,
(artinya) : "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalahpengetahuan
tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan danmengetahui apa yang
ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yagn dapat mengetahui(denga pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapatmengetahui di
bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi lagiMaha
Mengenal." (pent)
[38] Hukumatul Islamiyah, Khumaini,(berarti para imam
mereka lebih mulia dari Rasulullah sendiri, apakah perkataanseperti ini boleh
keluar dari mulut seorang muslim yang memeluk agama Islam???? pent)
[39] Minhajus Sunnah, oleh SyeikhulIslam Ibnu
Taimiyah (1/482).
[40] Penterjemah melihat sendiribagaimana cara mereka
membaca syair-syair di kuburan baqi' (madinah), dibacakandan dinyanyi-nyanyikan
oleh kepala regunya, yang lain menangis
dan merapatseperti orang Yahudi meratap di depan dinding mesjid Aqsha
[41] Awaailul Maqaalaat, oleh Al Mufiid, Hal : 51
[42] Al Khuthuthul 'Ariidhah, oleh Muhibbudin Al
Khatiib, hal : 80
[43] Awaailul Maqaalaat, oleh syeikh mereka yang
bergelar Al Mufiid, Hal : 95.
[44] Haqul Yakiin, oleh Muhammad Al Baqir Al Majlisi,
hal : 347.
[45] Inilah hakikat kemunafikan, yaitu menampakkan
sesuatu yang tidak sesuai dengan apa
yang dibatin, atau menampakkan keimanan dan menyembunyikan kekafiran. Dengan
kata lain, takiyah / nifak itu adalah lain di mulut lain di hati. Itulah akidah
orang syiah, maka hati-hatilah dari tipu muslihat mereka, (pent).
[46] As Syi'ah fil Mizaan, oleh Muhammad Jawaad
Mughniyah, hal : 48
[47] Furuu'ul Kafii, kitab AL Janaaiz, hal : 188
[48] Usuulul Kafii, hal : 482-483
[49] Kitab Al Mazaar, oleh syeikh mereka yang bergelar
“Syeikh Al Mufid” hal : 125
[50] ‘Ilal-As
Syaraai’ hal : 490-491, Bihar Al Anwar : 5/247-248
[51] Al
Mahasin An Nafsaaniyah, Hal : 166.
[52] Syeikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata : “Sesungguhnya orang Rafidhah berkerjasama dengan
orang-orang Tatar tatkala orang Tatar menyerang negeri kaum Muslimin. (Fatawa :
35/151). Lihatlah kitab :Kaifa Dakhalat Tatar Bilaadal Muslimin (Bagaimana
orang Tatar (bisa) masuk ke negeri kaum muslimin) oleh Dr. Sulaiman bin Hamd Al
Audah
[53] Wasaail
As Syi’ah, oleh Al Hur Al ‘Amili (7/431), At Tahdzib (7/303)
[54] At
Ta’liiqaat ‘Ala Matan Lum’atil ‘Itiqaad, oleh Syeikh kita Al Allamah Abdullah
bin Jibrin –semoga Allah menjaganya-, hal : 91
[55] Manhaj
As Shodiqiin, karangan Mulla Fathullah al Kasyaani, hal : 356
[56] “Man
Laa Yahduruhu Al Faqiih”, hal : 330.
[57] Al Furuu’ min Al Kafii, (2/43), dan kitab “ At
Tahdziib” (2/188).
[58] Dari perkataan Syeikh Ibnu Jibrin semoga Allah
mengangkat darajatnya, adapun dalil dari Sunnah dalam mengharamkan nikah mut’ah
adalah hadits Ar Rafi’ bin Sirah Al Juhani, sesungguhnya bapaknya menceritakan
kepadanya bahwa sesungguhnya ia (bapaknya) bersama rasulullah, maka beliau
bersabda : wahai Manusia sesungguhnya saya pernah mengizinkan untuk kalian
bersenang-senang dengan perempuan (nikah mut’ah), dan sesungguhnya Allah
sungguh telah mengharamkan hal itu (nikah mut’ah) sampai hari Kiamat,
barangsiapa yagn memiliki seseorang wanita darinya maka hendaklah ia
melepaskannya, dan janganlah kalian mengambil sedikitpun dari apa yang telah
kalian berikan kepadanya.” (H.R. Muslim no : 1406).
[59] Al Istibshoor, (3/243).
[60] Kitab Al Bihaar : (10/107)
[61] Kitab Al Mazaar, karangan Muhammad An Nu’man yang
diberi gelar dengan syeikh Mufid, hal : 99.
[62]
Mukaddimah kitab As- Syi'ah wal Mut'ah, oleh Nizhomuddin Muhammad Al 'Azhomi,
Hal : 6.
[63]
Perbuatan yang bodoh dan lucu ini dilakukan mereka setiap tahun. Dan ketahuilah
sesungguhnya Nabi telah melarang di dalam hadits yang shahih yang dikeluarkan
oleh Muslim dengan no : 103, melarang menampar wajah (pipi) dan merobek
baju..., akan tetapi orang Rafidhah -semoga Allah mempermalukan mereka- membuang
hadits ini jauh-jauh, karena mereka ini adalah firqah (golongan) yang paling
pendusta terhadap Rasulullah.
[64] Kitab "Al Kaafii" dengan syarahan
(uraian) Al Mazandaraani, dan lihat kitab Al Bihaar (25/113).
[65] Kitab
Al Bihaar oleh Al Majlisi (4/385).
[66] Kitab
"Al Kaafii" oleh Al Kulaini (1/67), kitab At Tahdziib (6/301) dan
kitab Man Laa Yahsuruhu Al Faqiih : (3/5).
[67] Al
Hukumaatul Islamiyah, hal : 74.
[68] Defenisi
ini lihat kembali edisi-edisi yang telah berlalu, diantaranya edisi : 2, 6 dan
7.
[69] "Masalah
At Taqriib" DR. Nashir AL Qafari (2/302).
[70] Ushul
Madzhab As Syi'ah Al Imamiyah Al Itsna Asyara, oleh Dr. Nashir AL
Qafaari, (3/1250).
[71] Minhaajus
Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/59-60).
[72] Minhaajus
Sunnah, oleh Syeikhul Islam Ibnu Timiyah, (1/68).
[73] Al
Masail dan Al Rasail Al Mawiyah 'An Imam Ahmad bin Hambal, oleh Abdul Ilah bin
Sulaiman Al Ahmadi, (2/357).
[74] As
Sunnah oleh Khalal (3/493). Ini merupakan pernyataan yang jelas dari imam Ahmad
dalam menghukum kafir orang Rafidhah.
[75] Al
Fashlu Fi Al Milal wa An Nihal, oleh Ibnu Hazam (2/78).
[76] Fatwa
Lajnah Daimah Lil Iftak, (2/264).
[77] Fatwa
ini keluar dari syeikh setelah dilontarkan kepada beliau suatu soal yang
berhubungan dengan sikap bergaul sama orang rafidhah pada tahun 1414 H, dan
penyusun ingin menerangkan sekitar apa yang terdengar bahwa syeikh Abdullah AL
Jibrin -semoga Allah melindunginya- beliau seorang yang mengkafirkan
orang-orang Rafidhah, yang benarnya adalah bawah para imam dari terdahulu
sampai belakangan ini mengkafirkan kelompok ini, hal itu disebabkan karena
hujjah telah ditegakkan kepada mereka, dan hilangnya uzur kebodohan dari
mereka. (Insya Allah penerjemah akan membuat edisi khusus tentang perkataan
ulama salaf terhadap rafidhah).
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih