Sunday, 18 June 2017

Kisah Mualaf Austria, Baca Novel "Ayat2 Setan" Justru Dapat Hidayah Islam


  Hidayah dari Allah SWT tidak hanya datang dari sebuah sumber dan kitab kitab yang mengajarkan kebaikan bahkan novel kontroversil pun yang kesannya menjelekan islam malah jadi perantara hidayah tersendiri kepada seorang mualaf di negara eropa ini. Simak kisahnya berikut,
 
Kota Wina. Ibukota Austria ini dinobatkan sebagai kota terbaik di dunia, berdasarkan kualitas hidup warganya.Wina memang menarik untuk disinggahi. Selain bangunan cantik di pusat kota, nama composer dunia seperti Franz Schubert, Johan Strauss, serta Wolfgang Amadeus Mozart menjadi daya tarik para pelancong untuk singgah di kota ini.

Tapi tahukah anda, bahwa Wina yang terkenal dengan julukan kota musik, juga kental akan kisah muslim. Ingin mengetahui bagaimana kehidupan muslim modern di Wina, tim Jazirah Islam langsung melangkahkan kaki menuju kawasan Wahlber-Garsse, untuk menemui Carla Amina Baghajati atau Carla Siebrasse, seorang muslimah yang tinggal di kota musik Wina.Di Austria, Carla dikenal sebagai aktivis serta penulis hal-hal yang berkaitan dengan muslim dan juga Islam. Tak heran, wajah Carla sering menghiasi layar kaca di Austria. Seringnya, Carla diminta berbicara mengenai kejadian teror di negara Eropa, yang kerap dikaitkan dengan Islam.

Awal perkenalan Carla dengan Islam, bermula ketika ia masih sangat belia. Kala itu, di usia 5 tahun, Carla menyukai sebuah lagu pengiring dari kisah 1001 malam, yang baitnya mengagungkan kebesaran Allah Subhanahu Wa ta'ala .Ketika memasuki bangku sekolah, dan akhirnya menempuh jenjang kuliah, jalan Carla semakin terbuka menuju Islam. Bahkan melalui sebuah kisah yang tak masuk akal."Pada awalnya saya datang ke perpustakaan bermaksud untuk membeli buku karangan Salman Rushdie. Tapi kemudian sesuatu yang aneh terjadi. Di dalam perpustakaan saya justru menemukan sebuah Alquran terjemahan berbahasa Jerman. Dan saya pikir akan jauh lebih menarik untuk mengetahui pola pikir muslim dan mengapa seluruh dunia seakan bertarung membela Alquran," kenang Carla.

Buku karya Salman Rushdie, "The Satanic Verses" atau "Ayat-ayat Setan" memang menggemparkan muslim di seluruh dunia. Buku yang terbit pada tahun 1988 ini, membawa kisah yang dianggap melecehkan Islam.Namun bagi Carla, buku inilah yang menjadi pemicu. Ia akhirnya mengucapkan kalimatul syahadah 27 tahun lalu.Nama Islam memang telah lama dikenal warga Austria. Tepatnya sejak tahun 1525, ketika kesultanan Ottoman Turki berperang melawan kerajaan Austria.Tak hanya sejarah, kini pengaruh muslim pendatang dari negara Balkan dan benua Afrika, juga membawa ledakan angka pemeluk Islam di Austria dari tahun ke tahun. Tercatat, ada sekitar 350 ribu muslim dari 8 juta penduduk Austria. Angka ini juga terus bertambah dengan kehadiran mualaf.

Larut dalam pembicaraan, Carla mengajak saya singgah ke rumahnya. Carla tinggal di apartemen bersama sang suami dan juga anak bungsunya, Sumaya.17 Tahun lalu Carla menikah dengan Tarafa Baghajati, seorang pria kelahiran Suriah yang juga rutin berdakwah melalui media sosial. Kini keduanya aktif di komunitas muslim Austria.Selain aktif di berbagai kegiatan muslim, Carla juga berperan besar sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Salah satunya adalah keputusan Carla, untuk tidak memaksakan sesuatu hal kepada anaknya, termasuk keputusan untuk mengenakan hijab.

"Saya pikir yang terpenting, anak-anak saya memiliki keseimbangan spiritual, agar mereka mampu mencari sisi potensial yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka," tuturnya.Bagi Carla, keputusan seseorang tidak bisa dipaksakan. Carla ingin anak-anaknya mengenali sendiri apa sebenarnya Islam, dan apa makna ketika seseorang menjadi muslim.Kami melanjutkan perkenalan hari ini. Carla mengajak untuk mengunjungi tempat di mana ia bekerja setiap hari. Di sinilah Carla bekerja untuk mencari solusi tentang isu-isu terkini, terkait muslim di Austria.Saat ini yang menjadi topik terhangat adalah, keputusan pemerintah Austria untuk memberlakukan larangan penggunaan niqab atau hijab yang menutupi wajah, di area publik. Peraturan ini berlaku sejak Januari 2017.

Hingga saat ini, Carla bersama rekan-rekannya di komunitas muslim Austria, terus memperjuangkan hak muslimah Austria untuk mengenakan niqab."Hijab bagi banyak orang di sini masih menjadi simbol untuk membuat seseorang berbeda. Tentu saja menjadi terpisah dengan komunitas yang ada di sekitar. Kami mencoba menjelaskan bahwa kami adalah bagian dari komunitas, termasuk untuk ambil bagian untuk membangun negara. Di berbagai sektor, pekerjaan para muslimah ini bergabung untuk memperkuat sektor ekonomi negara," jelasnya.Di beberapa negara, hijab masih menjadi hal yang tabu. Hijab dianggap sebagai wujud pengekangan kebebasan wanita. Faktanya, dibalik perintah untuk berhijab terkandung makna dan kebaikan. salah satunya, adalah memuliakan kaum wanita.

Seperti tertulis dalam surat Quran Surat An-Nur ayat 31.

Dan katakanlah kepada perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasan atau auratnya, kecuali yang terlihat.Hendaklah mereka menutup kain ke dadanya. Dan janganlah menampakkan auratnya kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, atau putra-putra mereka.

Semoga bermanfaat


Wallahu'alam

Sumber Detik.com

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih