Isu terorisme hangat sekali diperbincangkan dewasa ini. Membuat kesan islam adalah agama anarkis dan doyan gelut (perang) padahal nabi saw pun mengatakan islam itu rahmat bagi semesta alam.
Berikut ini ustad khoirul dari pesantren rehabilitasi terorisme al hidayah menjelaskan ada lima hal yang menjadi alasan seseorang menjadi pelaku tindak pidana terorisme dengan kekerasan. "Ini pengalaman pribadi saya," ujarnya.
Pertama, keberanian menafsirkan Al Qur'an dan hadist berdasarkan pemikiran sendiri. "Kita menafsirkan sendiri karena kita didoktrin untuk berani menafsiran ayat Al Qur'an seenak perut kita sendiri. Diajari begitu oleh senior, dan seniornya diajari oleh yang lebih senior lagi. Sambung-bersambung," kata Khoirul.
Kedua, seseorang menjadi teroris, karena paham takfiri. Mudah mengkafirkan orang lain, bukan hanya orang-orang non-muslim, tetapi juga orang muslim yang berada di luar kelompok mereka.
Ketiga, karena menganut hakimiah, maksudnya mudah menuduh, mudah menghakimi. "Polisi, tentara, dianggap sebagai toghut (berhala). Jadi, pemerintah termasuk Pegawai Negeri Sipil, termasuk polisi, termasuk tentara yang tidak melaksanakan hukum Islam dianggap toghut.Pemerintah ini dianggap pemerintah ilegal, tidak sah. Meskipun yang dianggap toghut ini muslim yang rajin sholat dan bersyahadat mereka tak mau peduli. Yang penting pikir mereka gak pake hukum islam harus dibantai semua.
Keempat, menafsirkan jihad filsabilillah adalah harus dengan jalan kekerasan. Jalan perang. Pokoknya semua ayat-ayat dalam kitab suci yang relevan dengan jihad ditafsirkan boleh dilakukan dengan perang. "Anak-anak mudah menerima paham kekerasan, karena itu kekerasan banyak dilaksanakan oleh anak-anak muda," kata Khoirul.
Kelima, resistensi kepada pemerintah. "Pemerintahan yang tidak menjalankan syariat Islam harus ditentang," kata Khoriul. Menurutnya, kelima hal di atas harus dicegah, terutama di kalangan anak muda, karena memahami Al Qur'an dan hadits secara salah.
Kebanyakan oknum kafir merekrut pemuda yang lugu dijadikan alat teror mereka kepada negara yang sah karena pemuda itu fisiknya kuat semangatnya membara tapi gampang dipengaruhi pikiran negatif. Itulah awal muncul generasi (pemberontak) atau khawarij karena banyak pemuda yang pikirannya dangkal tapi banyak bicara dalil dan dalil itu dipahami secara langsung atau tekstual bukan secara konteks misal sebab turun ayat arti tafsir ayat dsb.
Begitu mudahnya para pemuda di cuci otak di imingi imingi gaji besar kalau misi sukses dan iming bidadari cantik jelita mata jeli di surga bagi penjihad. Hal ini begitu mudah nya bagi pemuda sehingga mereka tak takut mati meski tak tahu yang mereka fikirkan itu salah. Jika memang benar jihad apakah harus meneror orang tak bersalah padahal mereka punya anak istri apa dia tidak bisa mikir kalau yang diteror mati yang ngasih makan anak istri mereka siapa. Mereka gak bakal berpikir jauh sampai kesitu yang penting bagi mereka adalah tawuran dan teror yang berlabel jihad tadi.
Kata mereka darah orang kafir tak bersalah wanita bahkan anak-anak dan aparat dan pemerintah yang tidak menganut hukum islam wajib diperangi halal dibunuh. Kalau memang demikian halal dibunuh tentu rasulullah saw lebih dulu melakukannya yang tidak mau ikut islam langsung dibantai tanpa diajak dakwah terlebih dahulu dsb.
Mereka hanyalah sekelompok pemuda yang tersesat ilmunya sendiri. Jika diberi nasihat mereka justru akan membantah kamu ini sok bijak sok benar. Tapi Coba berfikir...lebih baik sok bijak bukan daripada sok brengsek? Mereka tak bisa mencerna perkataan orang lain karena mereka tertutupi kegelapan pikiran mereka sendiri.
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih