Sunday, 22 July 2012

Amalan Yang Dapat Memasukkan Kedalam Surga (Bag. 1)



بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

Oleh : Muhammad A. Samaaun
(admin Ashabul Muslimin)

 ARTIKEL INI SANGAT PANJANG, DOWNLOAD SAJA ARTIKEL INI DALAM FORMAT EBOOK KLIK DISINI
 
"Rasulullah SAW pernah ditanya (oleh sahabat beliau) tentang apa yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga. Beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak mulia.” (HR at-Tirmidzi).


 


Dalam pembahasan sebelumnya yaitu gambaran surga dan bidadari surga (KLIK DISINI) Kita akan melanjutkan pembahasan berikutnya yaitu Amalan-amalan penghuni surga. Amalan penghuni surga paling banyak adalah karena akhlaq mulia yang kedua adalah ketekunan dan keihlasan beramal dan beribadah kepada Allah SWT semata.


D.  AMALAN YANG DAPAT MEMASUKAN KITA KEDALAM SURGA

Selama ini kita beramal sholih pasti punya tujuan. Begitu juga kita menjauhi larangan Allah pasti juga punya tujuan. Tujuan mukmin melakukan ibadah dan menjauhi larangan Allah adalah supaya bahagia hidup didunia terlebih lagi diakhirat. Supaya kita terhindar dari siksa api neraka dan dimasukan kedalam surga yang sangat indah itu. Berikut ini beberapa amalan-amalan yang dapat memasukkan kita kedalam surga :

PERTAMA, IKHLAS BERAMAL HANYA UNTUK MENDAPATKAN RIDHA ALLAH DAN MENGHARAPKAN BALASAN HANYA DARI-NYA SAJA


Sesungguhnya hidup kita, mati kita, ibadah-ibadah kita hanyalah untuk Allah Semata. Oleh karena itu amal tidak diterima bila kita melakukan ibadah karena selain Allah misalnya untuk mendapatkan sanjungan orang lain, mendapatkan upah, mendapat pujian atau kedudukan dan sebagainya. Dan kunci amal adalah keihlasan yaitu semata-mata hanya untuk Allah Ta’ala, dan termasuk keihlasan adalah mengharapkan balasan dari-Nya saja. Oleh karena itu beramal untuk mengharapkan surga dan minta dijauhkan dari neraka termasuk daripada keihlasan . Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa kita diperintahkan untuk berdo’a supaya dijauhkan oleh Allah dari siksa api neraka

“Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yang kekal". ” (QS. Al Furqon: 65)

Dan sesungguhnya amalan-amalan kita tak dapat menolong kita sama sekali untuk menjauhkan dari azab-Nya. Akan tetapi karena Ridho dan Rahmat-Nya lah yang dapat memasukkan kita kedalam surga dan dijauhkan dari siksanya. Oleh karena itu ikhlas merupakan kunci utama mendapatkan ridha dari Allah SWT. Dalam suatu hadits dijelaskan

"Amalan seorang dari kalian tidak akan memasukkannya ke dalam surga", para shahabat bertanya:"Begitupula engkau wahai Rasulullah?", begitupula aku, kecuali Allah meliputiku dengan kemurahan dan rahmat dari-Nya". (HR Muslim)

Allah telah menyediakan surga yang indahnya tiada tara bagi orang yang ikhlas beramal dan bersabar atas segala penderitaan dan cobaan didunia ini. Allah Berfirman

“Al Qur'an sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” (QS. Al Kahfi: 2)

KEDUA, BERBAKTI KEPADA KEDUA ORANG TUA

Seperti yang selalu kita dengar didalam pengajian, sekolah-sekolah maupun seminar dan sebagainya tentang suatu nasehat “Ridha Allah Tergantung Ridha Kedua Orang Tua”. Hal itu memang sangat benar karena rasulullah pernah bersabda

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua.” (HR. Bukhari, Ibnu, Tirmidzi , Hakim)
Karena orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita dengan kepayahan yang luar biasa, merawat kita tanpa mengenal lelah, mendidik kita dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan balasan sepeserpun. Sungguh kita tidak akan pernah bisa membalas kebaikan mereka berdua (ibu dan bapak) dengan materi sebesar apapun juga. Karena tak ada cinta dan kasih sayang manusia yang terbesar melebihi cinta seorang ibu dan bapak kepada anaknya.

Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-Kabair berkata:
“Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan panjang sekali kesedihannya dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras.”

Seseorang bisa masuk surga karena berbakti kepada kedua orang tua begitu juga bisa masuk neraka karena durhaka kepada kedua orang tuanya. Walaupun sebesar apapun amalnya itu tidak akan menolongnya. Karena murka Allah tergantung juga murka orang tuanya?. Oleh karena itu Allah mewajibkan manusia supaya berbakti kepada kedua orang tuanya dan jangan sampai menyakiti hati mereka sedikitpun bahkan bilang “ah” untuk menyanggah atau menolak perkataan mereka saja tidak boleh apalagi sampai menyakiti secara fisik bahkan jangan sampai menyiksa perasaan / batin mereka.  Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman :

"Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandung dengan susah paya, dan melahirkannya dengan susah paya (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabilah ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo'a. "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberikan kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." ( Surat Al-Ahqaaf : 15-16 )

Durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa besar. Sehingga bila pelakunya tidak bertobat mendapatkan azab jahanam. Naudzubillah. Bahkan durhaka kepada kedua orang tua merupakan dosa yang paling besar setelah syirik. Dalam suatu hadits ‘Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata, “Pernah disebutkan dosa-dosa besar di dekat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka beliau bersabda, ‘Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.’ Dan beliau bersandar lalu beliau duduk seraya berkata, ‘Dan kesaksian palsu atau ucapan dusta” [Muttafaq ‘alaih]
Dan durhaka kepada orang tua juga merupakan salah satu perbuatan maksiat yang disegerakan azabnya didunia.  Apalagi diakhirat azab yang mengerikan telah menanti para pendurhaka itu. Didunia orang yang durhaka kepada kedua orang tua akan mengalami kesulitan dalam hidup, kemiskinan, kepayahan, dibenci masyarakat, hidup terasa sempit dan terpepet, hati terasa gersang. Lalu diakhirat dimasukkan kedalam neraka jahanam, naudzubillah.  
Lalu berbeda keadaan orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya sehingga balasannya memperoleh kemuliaan hidup didunia dan diakhirat. Sebagai pelajaran bagi kita pernah dikisahkan dalam cerita  Nabi Sulaiman as. Dan pengawalnya Jin Ifrit menemukan pemuda yang memperoleh karomah dari Allah karena berbakti kepada kedua orang tuanya :

“Selain seorang nabi, Sulaiman a.s. juga seorang raja terkenal. Atas izin Allah ia berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan jin ifrit-Nya. Dia dikenal sebagai manusia boleh berdialog dengan segala binatang. Dikisahkan, Nabi Sulaiman sedang berkelana antara langit dan bumi hingga tiba di satu samudera yang bergelombang besar. Untuk mencegah gelombang, ia cukup memerintahkan angin agar tenang, dan tenang pula samudera itu. Kemudian Nabi Sulaiman memerintahkan jin Ifrit menyelam ke samudera itu sampai ke dasarnya. DI sana jin Ifrit melihat sebuah kubah dari permata putih yang tanpa lubang, kubah itu diangkatnya ke atas samudera dan ditunjukkannya kepada Nabi Sulaiman. Melihat kubah tanpa lubang penuh permata dari dasar laut itu Nabi Sulaiman menjadi terlalu heran, “Kubah apakah gerangan ini?” fikirnya. Dengan minta pertolongan Allah, Nabi Sulaiman membuka tutup kubah. Betapa terkejutnya dia begitu melihat seorang pemuda tinggal di dalamnya. “Sipakah engkau ini? Kelompok jin atau manusia?” tanya Nabi Sulaiman keheranan. “Aku adalah manusia”, jawab pemuda itu perlahan. “Bagaimana engkau boleh memperolehi karomah semacam ini?” tanya Nabi Sulaiman lagi. Kemudian pemuda itu menceritakan riwayatnya sampai kemudian memperolehi karomah dari Allah boleh tinggal di dalam kubah dan berada di dasar lautan. Diceritakan, ibunya dulu sudah tua dan tidak berdaya sehingga dialah yang memapah dan menggendongnya ke mana jua dia pergi. Si anak selalu berbakti kepada orang tuanya, dan ibunya selalu mendoakan anaknya. Salah satu doanya itu, ibunya selalu mendoakan anaknya diberi rezeki dan perasaan puas diri. Semoga anaknya ditempatkan di suatu tempat yang tidak di dunia dan tidak pula di langit. “Setelah ibuku wafat aku berkeliling di atas pantai. Dalam perjalanan aku melihat sebuah terbuat dari permata.

Aku mendekatinya dan terbukalah pintu kubah itu sehingga aku masuk ke dalamnya.” Tutur pemuda itu kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman yang dikenali boleh berjalan di antara bumi dan langit itu menjadi kagum terhadap pemuda itu. “Bagaimana engkau boleh hidup di dalam kubah di dasar lautan itu?” tanya Nabi Sulaiman ingin mengetahui lebih lanjut. “Di dalam kubah itu sendiri, aku tidak tahu di mana berada. Di langitkah atau di udara, tetapi Allah tetap memberi rezeki kepadaku ketika aku tinggal di dalam kubah.” “Bagaimana Allah memberi makan kepadamu?” “Jika aku merasa lapar, Allah menciptakan pohon di dalam kubah, dan buahnya yangAku adalah manusia aku makan.
Jika aku merasa haus maka keluarlah air yang teramat bersih, lebih putih daripada susu dan lebih manis daripada madu.” “Bagaimana engkau mengetahui perbedaan siang dan malam?” tanya Nabi Sulaiman a.s yang merasa semakin heran. “Bila telah terbit fajar, maka kubah itu menjadi putih, dari situ aku mengetahui kalau hari itu sudah siang. Bila matahari terbenam kubah akan menjadi gelap dan aku mengetahui hari sudah malam.” Tuturnya. Selesai menceritakan kisahnya, pemuda itu lalu berdoa kepada Allah, maka pintu kubah itu tertutup kembali, dan pemuda itu tetap tinggal di dalamnya. Itulah keromah bagi seorang pemuda yang berbakti kepada kedua orang tuanya.”

Itulah salah satu contoh kisah yang dapat kita jadikan pelajaran untuk kita supaya kita berbakti kepada kedua orang tua sampai usia lanjut mereka karena begitu besar keutamaan dan pahala berbakti kepada kedua orang tua. Selain itu ada beberapa hal yang termasuk perbuatan berbakti kepada kedua orang tua selain perbuatan anak muda diatas yang selalu setia menolong (menggendong) ibunya kemanapun dan dimanapun dia berada. Antara lain :
·         1.       Patuh kepada nasehat orang tua yang baik.
·         2.       Jangan membantah apalagi melawan orang tua ketika mereka memberikan nasehat kepada kita.
·         3.       Tidak membenci atau menjauhi mereka ketika mereka berbuat salah dan menasehati keduanya dengan baik dan lembut.
·         4.       Tidak merepotkan keduanya jika kita meminta sesuatu, Ikhlas menerima segala sesuatu yang diberikan orangtua kepada kita.
·         5.       Jangan berbuat sesuatu yang membuat orang tua kita khawatir dan cemas
·         6.       Sering-sering berkunjung kerumah orang tua ketika kita sudah berkeluarga
·         7.       Mendo’akannya setiap saat dan sehabis sholat supaya Allah mengampuni dosa mereka
·         8.       Merawat mereka waktu sakit
·         9.       Menghibur hati mereka dikala kesepian dan kesusahan
·         10.   Merawat dan mencukupi kebutuhan mereka sewaktu usia mereka lanjut sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
·         11.   Memandikan, mengkafani dan menshalatkan ketika orang tua meninggal
·         12.   Selalu memintakan ampun untuk keduanya.
·         13.    Membayarkan hutang-hutangnya
·         14.   Melaksanakan wasiat mereka yang sesuai dengan syari’at
·         15.   Menyambung tali silaturrahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya
·         16.   dll
Semoga kita termasuk orang yang berbakti kepada orang tua yang balasannya surga abadi. Dan supaya terhindar dari kerugian yang besar karena tidak mampu berbuat baik kepada kedua orang tua. Dalam hadits disebutkan  “Rugilah, rugi sekali, rugi sekali, seseorang yang mendapati salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya sewaktu mereka sudah diambang senja (usia lanjut), dan tidak memasukkan ia kedalam surga “(HR Muslim)

Begitulah Rasulullah menegaskan sampai tiga kali betapa rugi sekali orang yang tidak bisa berbuat baik kepada kedua orang tuanya, tidak bisa membahagiakan hati kedua orang tuanya semasa kedua orang tuanya masih hidup. Atau bahkan malah justru merepotkan kedua orang tuanya terus. Alangkah bersyukurnya kita yang masih diberi kesempatan untuk hidup berdampingan dengan kedua orang tua. Sehingga kita dapat selalu melihat wajahnya dan dapat kesempatan untuk meraih pahala yang besar dengan berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua.

Semoga kita termasuk anak sholeh yang berbakti kepada orang tua yang akan mengantarkan kita ke Surga Firdaus yang telah Allah janjikan untuk orang beriman, beramal shalih dan berbuat baik kepada ibu dan bapak.

 KETIGA, MEREALISASIKAN TAUHID

Tauhid adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dan diibadahi melainkan hanya Allah semata dan menjahuhi segala sesuatu perbuatan menyekutukan Allah (berbuat syirik). Apalagi kita ketahui syirik merupakan dosa yang paling besar dan tidak diampuni Allah. Kecuali sebelum mati bertobat terlebih dahulu. Selain itu syirik juga dapat menghapus amalan-amalan shalih. Begitulah bahaya syirik karena itu disebut sebagai dedengkotnya perbuatan kezaliman.

Dalam suatu hadits disebutkan”Tidaklah dari salah seorang di antara kalian yang bersaksi bahwasanya tidak ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah dan bahwasa-nya Muhammad adalah utusan Allah dengan jujur dari lubuk hatinya, kecuali Allah akan mengharamkannya dari api neraka. (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain dijelaskan pula bahwa seorang manusia yang punya dosa sebesar apapun juga pasti akan masuk surga karena mengimani tauhid “lailahailallah” (tiada tuhan selain Allah). Meskipun sebelumnya disiksa dalam neraka dalam jangka yang sangat lama namun tidak kekal didalamnya. “Dari Abu Said Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Setelah penduduk surga masuk ke surga dan penduduk neraka masuk ke neraka, maka Allah Ta'ala pun berfirman, 'Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang dalam hatinya terdapat iman walaupun sebesar biji sawi.' Mereka pun dikeluarkan dari neraka. Hanya saja tubuh mereka telah hitam legam bagaikan arang. Oleh karena itu, mereka dilemparkan ke sungai Haya' atau hayat. Kemudian tubuh mereka berubah bagaikan benih yang tumbuh setelah banjir. Tidakkah engkau melihat benih tersebut tumbuh berwarna kuning dan berlipat-lipat." Wuhaib berkata, "Amr menceritakan kepada kami, "Sungai Al-Hayat"dan Wuhaib berkata, "kebaikan sebesar biji sawi (HR. Bukhari)

Begitu sebaliknya orang yang punya amalan sebesar apapun tak akan masuk surga jika kafir kepada Allah. Bagaimana mungkin Allah menerima amalan seseorang sedangkan orang itu tidak meyakini bahwa Allah itu satu-satunya sesembahan dan meyakini ada sekutu (tandingan) / meyakini tuhan itu banyak sekali, bahkan lebih keterlaluan mengklaim Tuhan punya anak, lebih keterlaluan lagi tidak meyakini bahwa Allah itu ada seperti para ateis / komunis. Sehingga kita tidak jarang melihat orang-orang komunis itu hidupnya lebih bejad daripada binatang karena Allah sudah tidak memperdulikan mereka lagi. Terlebih lagi diakhirat mendapatkan azab neraka yang kekal bagi orang yang tidak percaya risalah islam ini. Naudzubillahi min dzalik

Kesimpulannya merealisasikan tauhid salah satunya adalah menjauhi segala perbuatan syirik yang besar maupun yang sekecil apapun juga. Mengimani dengan sungguh-sungguh kepada Allah adalah satu-satunya Tuhan kita dan menaati segala perintah dan menjauhi larangan-Nya semampu kita tanpa sedikitpun merasa keberatan. Dan konsekuensi dari merealisasikan tauhid diantaranya adalah mendahulukan ibadah kepada Allah daripada kesibukan duniawi, mencintai sesama karena agama, tidak mencintai seseorang atau barang melebihi cintanya kepada Allah, tidak pernah mau berbuat syirik sekecil apapun, Ikhlas beramal shalih untuk ridha Allah dsb.

    KEEMPAT, BANYAK MEMBACA DAN MEREALISASIKAN KANDUNGAN SURAT AL-IKHLAS

Dalam suatu hadits rasulullah pernah ditanya tentang seorang yang membaca surat al-ikhlas secara terus menerus dalam shalatnya karena cintanya kepada kandungan surat ini. Mereka para sahabat yang lain heran lalu mengadu kepada rasulullah.

Diriwayatkan oleh Al Bukhari dari Anas bin Malik dengan redaksi yang menyebutkan bahwa para sahabat pria yang suka membaca surah Al Ikhlaash itu berkata kepadanya, “Kamu bisa membacanya (surah Al lkhlaash) atau kamu bisa meninggalkannya dan membaca surah yang lain.” Mereka kemudian mengajukan masalah ini kepada Rasulullah SAW Lalu beliau bertanya kepadanya,  “Apa yang mendorongmu tetap membaca surah ini dalam setiap raka’at? ” Dia menjawab, “Aku mencintainya.” Maka beliau berkata, “Cintamu kepadanya membuatmu masuk surga.”

Imam Muslim meriwayatkan hadits yang sama dari Abu Hurairah RA dengan redaksi yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Berkumpullah kalian karena sesungguhnya aku akan membacakan sepertiga Al Qur’an kepada kalian!” Kemudian beliau keluar lalu membacakan Qulhuwallahu ahad (surah Al Ikhlaash)

“Barang siapa membaca surah al Ikhlaas hingga selesai 10x, maka Allah membangunkan baginya sebuah rumah di surga.” [HR. Ahmad]

Itulah keutamaan surat al-Ikhlas yaitu sama dengan sepertiga isi al-Qur’an. Karena hakikatnya seluruh isi Qur’an mengajari Tauhid (meng-Esakan) Allah. Sedangkan isi al-Ikhlas adalah Tauhid maka tidak heran jika kandungannya sama dengan sepertiga al-Qur’an. Dan keutamaan lainnya adalah barangsiapa merealisasikannya dan mengetahui kandungan maknanya dan membacanya banyak-banyak maka rasulullah telah menjamin orang itu masuk surga.

KELIMA, MENJAUHI PRASANGKA BURUK, IRI DAN DENGKI KEPADA SESAMA MUSLIM
Rasulullah pernah mengatakan bahwa tidak sempurna keimanan seseorang sehingga dia mencintai sesama muslim seperti mencintai dirinya sendiri. Saling peduli dan saling menyayangi. Gotong royong bersama-sama membangun umat ini. Dan tidak mungkin bila sesama muslim saling peduli akan ada pertikaian dan perselisihan yang tidak berguna. Jika umat islam bersatu maka dunia ini akan dinaungi keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan seperti yang terjadi pada zaman pemerintahan rasulullah saw dan khulafaurrosyidin.

Akan tetapi kita lihat sendiri kenyataannya pada hari ini. Yaitu perselisihan antar umat islam hanya karena beda “warna pakaian”. Atau cuman beda partai dan club saja sudah tidak akur bahkan bisa saling tonjok-tonjokan. Saling fanatik golongan, masing-masing golongan merasa paling benar jalannya dan akhirnya meremehkan dan mencela yang lain. Dan saling menyimpan kebencian, saling memutuskan silaturahim hanya karena beda pendapat yang sedikit. Contoh kecil saja cuman gara-gara tim sepak bolanya kalah lalu soppurternya malah ribut sendiri dan tawuran sendiri lalu juga cuman beda partai sudah tidak mau mengucapkan salam dan memutuskan silaturahim, naudzubillah. Mudah sekali umat islam sekarang ini di adu domba oleh musuh. Mungkin faktornya adalah mengabaikan ajaran islam dan tidak mau belajar islam dengan sungguh-sungguh. Sehingga jika sudah bodoh akan ilmu agama maka tentu saja mudah dipermainkan musuh. Meskipun banyak ahli ilmu namun tidak mengubah nasib umat islam hari ini justru kita melihat semakin terpuruknya umat islam karena minimnya rasa kepedulian kepada sesamanya. Justru kita melihat keadaan sekarang ini, musuh islam (semacam yahudi dan narsani dan para musyrikin) semakin mempermainkan kita dengan keilmuan dan kelicikan mereka namun kita tidak sadar karena kita bodoh dan cenderung egois dan tak mau peduli.

Dalam suatu hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i pernah diceritakan bahwa ada seorang sahabat yang amalannya tidak banyak namun dia dijamin rasulullah masuk surga karena akhlaqnya kepada sesama muslim yang baik.

Anas bin Malik menceritakan sebuah kejadian yang dialaminya pada sebuah majelis bersama Rusulullah Saw.
Anas bercerita, “Pada suatu hari kamu duduk bersama Rasulullah Saw., kemudian beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul dihadapan kalian seorang laki-laki penghuni surga.” Tiba-tiba muncullah laki-laki Anshar yang janggutnya basah dengan air wudhunya. Dia mengikat kedua sandalnya pada tangan sebelah kiri.” Esok harinya, Rasulullah Saw. berkata begitu juga, “Akan datang seorang lelaki penghuni surga.” Dan munculah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali.

Ketika majelis Rasulullah selesai, Abdullah bin Amr bin Al-Ash Ra. mencoba mengikuti seorang lelaki yang disebut oleh Nabi sebagai penghuni surga itu. Kemudian beliau berkata kepadanya : “Saya ini bertengkar dengan ayah saya, dan saya berjanji kepada ayah saya bahwa selama tiga hari saya tidak akan menemuinya. Maukah kamu memberi tempat pondokan buat saya selama hari-hari itu ?” kata Abdullah bin Amr bin Al-Ash.

Abdullah mengikuti orang itu ke rumahnya, dan tidurlah Abdullah di rumah orang itu selama tiga malam. Selama itu Abdullah ingin menyaksikan ibadah apa gerangan yang dilakukan oleh orang itu yang disebut oleh Rasulullah sebagai penghuni surga. Tetapi selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya.

Kata Abdullah, “Setelah lewat tiga hari aku tidak melihat amalannya sampai-sampai aku hampir-hampir meremehkan amalannya, lalu aku berkata: “Hai hamba Allah, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayahku, dan tidak juga aku menjauhinya. Tetapi aku mendengar Rasulullah Saw. berkata tentang dirimu sampai tiga kali, “Akan datang seorang darimu sebagai penghuni surga.” Aku ingin memperhatikan amalanmu supaya aku dapat menirunya. Mudah-mudahan dengan amal yang sama aku mencapai kedudukanmu.”

“Yang aku amalkan tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan.” Kata orang tersbut. Ketika aku mau berpaling, kata Abdullah, dia memanggil lagi, kemudian berkata, “Demi Allah, amalku tidak lebih daripada apa yang engkau saksikan itu. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan pada diriku niat yang buruk terhadap kaum Muslim, dan aku tidak pernah menyimpan rasa dengki kepada mereka atas kebaikan yang diberikan Allah kepada mereka.”

Lalu Abdullah bin Amr berkata, “Beginilah bersihnya hatimu dari perasaan jelek dari kaum Muslim, dan bersihnya hatimu dari perasaan dengki. Inilah tampaknya yang menyebabkan engkau sampai ke tempat yang terpuji itu. Inilah justru yang tidak pernah bisa kami lakukan.”

Memberikan hati yang bersih, tidak menyimpan prasangka yang jelek terhadap kaum Muslim kelihatannya sederhana tetapi justru amal itulah yang seringkali sulit kita lakukan. Mungkin kita mampu berdiri di malam hari, sujud dan rukuk di hadapan Allah Swt., akan tetapi amat sulit bagi kita menghilangkan kedengkian kepada sesama kaum Muslim, hanya karena kita pahamnya berbeda dengan kita. Hanya karena kita pikir bahwa dia berasal dari golongan yang berbeda dengan kita. Atau hanya karena dia memperoleh kelebihan yang diberikan Allah, dan kelebihan itu tidak kita miliki. “Inilah justru yang tidak mampu kita lakukan.” kata Abdullah bin Amr. “

Setelah membaca cerita ini kita bisa mengambil hikmahnya dan sekarang kita tidak boleh merasa benar sendiri/fanatik, menyimpan dengki, menyimpan iri hati, menyimpan dendam. Dan kita harus melebihkan sifat kepedulian kepada sesama muslim daripada egoisme. Kita harus juga berlapang dada menerima kekurangan sikap saudara kita dan tidak membalas dengan perbuatan yang serupa. jika kita memang menginginkan masuk surga memang sikap mencintai sesama muslim adalah salah satu kuncinya.

Kita memang jarang mengkaji hadits yang beginian dalam menuntut ilmu dan yang hanya dibahas masalah masalah khusus yang belum tentu kita tahu makna sebenarnya akhirnya jika terjadi perbedaan pendapat maka justeru yang terjadi bukannya persatuan karena perbedaan kecil tetapi malah diperselisihkan hingga berujung saling mencela, saling menyalahkan, saling mentakfir, membid'ahkan, merasa diri paling benar, selalu berprasangka jelek kepada sesama muslim, iri, dengki, dendam, memutuskan silaturahim dsb padahal tidak beriman secara sempurna jika seorang muslim tidak mencintai sesamanya seperti ia mencintai dirinya sendiri. Jika anda memang ingin jadi penghuni surga hadits ini adalah penuntut yang patut diamalkan.

  KEENAM, SABAR DALAM SEGALA UJIAN DAN MENJAUHI SIFAT TAKABUR

Seorang miskin hidup didunia ini harus punya prinsip “dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi orang kafir dan akhirat surga bagi orang mukmin dan neraka kekal bagi orang kafir”. Sehingga jika prinsip yang diajarkan rasululullah ini kita tanamkan dalam jiwa dan pikiran kita maka keadaan sesulit apapun kita akan bersabar karena mengharapkan balasan yang sangat lebih utama diakhirat berupa surga-Nya. Sedangkan bila kita dikaruniai banyak kelebihan harta maka kita tidak akan berlebihan / boros dalam menggunakannya apalagi untuk dibelanjakan untuk hal yang sia-sia. Seorang mukmin yang banyak harta akan membelanjakan hartanya dijalan Allah. Dan walaupun dipandang sebagai orang terpandang karena kelebihan hartanya maka akan tetap bersikap tawadhu’/rendah hati kepada yang lain karena Allah sangat benci kepada kesombongan.

 Berbeda sekali dengan kebanyakan orang dijaman globlalisai ini. Pada saat dalam keadaan miskin dia akrab dengan tetangganya dan suka menyambung silaturahim akan tetapi setelah Allah memberi karunia berupa harta yang banyak dan kesuksesan duniawi ternyata semakin pelit dan semakin berbangga diri dan lupa diri. Hal itu karena mempunyai kekayaan harta namun tidak mempunyai kekayaan hati / rasa syukur  dan keimanan yang cukup sehingga mudah sekali prilakunya diombang-ambing keadaan dunia yang mudah berubah-ubah. Dijaman modern ini kadang kita banyak menemukan perselisihan, pemutusan silaturahim, pertikaian bahkan sampai pembunuhan hanya karena berebut harta, Naudzubillah. Misalnya yang sering kita dengar ; berebut harta warisan, berebut kursi kepemimpinan, berebut wilayah kekuasaan dan sebagainya. Padahal harta sama sekali tidak membuat bahagia jika tidak mau diringi dengan rasa syukur, ketakwaan, dan sebagai sarana kebaikan terhadap sesama manusia. Bahagia itu bukan banyak harta tapi bahagia itu banyak saudara.

Memanglah sulit menjadi seorang yang istiqomah dan tawadhu’ selain kita berusaha tawakal untuk mengubah keadaan diri kita dari keterpurukan kita dengan cara mengikhlaskan seluruh ibadah hanya karena mengharapkan balasan dari Allah saja. Karena balasan bagi orang beriman yang sabar dalam kefakiran, tidak berbangga dengan kelebihan, dan suka menyambung tali silaturahim adalah surga seluas langit dan bumi.
Nabi  Muhammad saw pernah bersabda "Aku berdiri di pintu surga. Maka kebanyakan orang yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedangkan orang-orang kaya tertahan.  hanya saja, para penghuni neraka telah diperintahkan masuk neraka" (hadits ini diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab shahihnya)

Dan juga dalam hadits lain disebutkan bahwa orang fakir yang beriman masuk surga terlebih dahulu daripada orang kaya karena keutamaannya dalam kesabaran menahan cobaan berupa kefakiran. Abdullah bin Amr r.a, dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,"Apakah kamu tahu rombongan pertama dari umatku yang akan memasuki surga?"Aku berkata,"Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui ." kemudian beliau bersabda,"Yaitu orang-orang fakir dari kalangan muhajirin. Pada Hari kiamat mereka akan datang ke pintu surga, lalu minta pintu surga dibuka kan. Maka, penjaga itu bertanya kepada mereka,"Apakah kamu telah dihisab?" Mereka berkata,"Apakah ada sesuatu yang perlu dihisab pada kami?" Mereka berkata,"Apakah ada sesuatu yang perlu dihisab pada kami? Sesungguhnya pedang kami senantiasa tergantung dipundak kami untuk di jalan Allah sampai kami mati, dalam keadaan demikian." beliau bersabda,"Kemudian pintu itu dibukakan untuk mereka. Maka mereka memasuki surga 40 tahun lebih dahulu sebelum orang-orang lain mememasukinya."(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim dalam kitab al-Mustadraknya)

Dan juga dari Abdullah bin Amr r.a, dia berkata bahwa Rasulullah saw.bersabda, "Sesungguhnya pada Hari Kiamat, orang-orang fakir kaum muhajirin akan mendahului orang-orang kaya memasuki surga dengan 40 tahun lamanya" (HR.MUSLIM)

Dan kita patut hati-hati dengan sifat kesombongan karena kelebihan kita. Entah itu kelebihan harta, kelebihan kedudukan, kelebihan rupa, kelebihan ilmu dan sebagainya. Karena rasulullah telah bersabda
 “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebesar biji sawi kesombongan”. (HR. Muslim)

Kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah dalam al-Qur’an yaitu  akibat dari kesombongan akan menyebabkan makhluk-makhluk yang sombong itu jauh dari surga dan masuk kedalam neraka misalnya :

Pertama, kisah adam dan iblis. Yaitu ketika Allah swt telah menyempurnakan penciptaan Adam as, Allah pun meniupkan ruh-Nya kepada Adam  lantas memerintahkan malaikat untuk bersujud padanya. Mereka semua bersujud, kecuali Iblis. Melihat keengganan Iblis untuk bersujud, Allah pun bertanya motif pembangkangannya itu. Allah berfirman ” Apa yang membuatmu tidak bersujud ketika Aku perintahkan?” Iblis menjawab,” Aku lebih baik dari pada dia. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan ia Engkau ciptakan dari tanah.” Menanggapi sikap sombong Iblis yang tidak mau bersujud berikut alasan itu, Allah Ta’ala berfirman:

“Turunlah engkau dari surga karena tidak pantas engkau berlaku sombong di dalamnya. Keluarlah! Sesungguhnya engkau termasuk orang yang hina.”(QS.al-A’raf: 13)

Itulah akibat kesombongan daripada gembongnya setan (iblis) makanya Allah SWT menghinakannya sampai hari kiamat dan kembali kedalam neraka yang menyala-nyala, naudzubillah. Jika kita dapat melihat cerminan sifat iblis dalam kehidupan sehari-hari kita yang bangga dengan sisi penciptaannya dan merendahkan yang lain. Misalnya diciptakan dengan rupa yang cantik lalu mengejek dan menghina yang rupanya jelek, diciptakan Allah dengan postur kulit yang indah warna kuning langsat atau kulit yang putih bersih lalu menghina mereka kaum yang mempunyai kulit hitam, yang punya hidung mancung menghina hidung pesek, yang punya perawakan tinggi lalu menghina yang lebih pendek dan lainnya. Mereka orang-orang yang berbangga berupa penciptaan lahiriyah mereka dan menghina orang-orang yang lebih jelek daripada mereka dalam segi lahiriyah itulah sifat sombong yang menyerupai iblis. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang itu karena tidak akan masuk surga orang yang mempunyai kesombongan walaupun sebesar biji sawi. Semua manusia dimata Allah sama karena memang Allah sengaja menciptakan manusia bermacam warna kulit, suku dan bangsa adalah supaya kita saling mengenal dan saling bersaudara bukan untuk saling bertengkar dan menghina. Padahal yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling bertakwa bukan yang bagus lahiriyahnya. Tetapi kita sering tertipu karenanya.

Kedua,  pelajaran dari kisah fir’aun dan nabi Musa As. Fir’aun adalah sosok seorang raja yang dalam Qur’an yang disebutkan karena kesombongannya dalam hal kekuasaan dan kedudukan. Dalam kisah fir’aun ternyata kesombongannya lebih parah daripada kesombongan iblis karena sampai mengaku Allah. Iblis masih mengakui Allah sebagi Rabb (Tuhan) yang menciptakannya walaupun dia berusaha menyesatkan manusia dari jalan Allah.  Fir’aun malah menyatakan,” Ana Rabbukum al-A’lâ (Akulah Rabb kalian yang paling tinggi).”Fir’aun malah menyuruh rakyatnya menyembah dia sendiri padahal tidak ada Tuhan yang berhak disembah dan diibadahi melainkan hanya Allah SWT saja.

 Mendalami kisah Musa as dan Fir’aun dalam al-Quran membuat bulu kuduk merinding. Betapa tidak, Allah Ta’ala mengirim Musa yang masih bayi ke istana Fir’aun melalui aliran sungai Nil yang membelah istananya, lalu keluarga Fir’aun pun memungutnya dan membesarkannya. Kita bisa mengatakan, Musa dibesarkan oleh Fir’aun dengan uang dari koceknya sendiri tanpa sadar bahwa ia sedang membesarkan orang yang akan menenggelamkanya di laut Merah. Subhânallâh! Setalah dewasa, Musa diangkat menjadi Rasul Allah dengan dua misi, mengajak Fir’aun beriman kepada Allah dan membawa Bani Israil keluar dari Mesir. Fir’aun menolak ajakan Musa. Suatu malam Musa mendapat perintah Allah untuk membawa keluar bani Israil dari Mesir. Fir’aun dan bala tentaranya mengejar di belakang. Musa pun membelah laut Merah dengan tongkatnya. Bani Israil menyeberang dengan selamat. Jurang kematian menanti FIr’aun. Ketika Fir’aun sedang melintas di tengah lautan yang terbelah dengan maksud mengejar Bani Israil, Allah pun menutup laut itu kembali.Tragis, ketika hampir mati tenggelam Fir’aun bertaubat, sambil berkata:
 “Aku beriman bahwa tidak ada tuhan kecuali Tuhan yang diimani Bani Israil dan aku sekarang adalah seorang muslim.”(QS.Yunus: 90).

Tetapi pintu taubat sudah tertutup baginya. Dia pun mati dalam azab. Dalam suatu riwayat disebutkan sebelum fir’aun sempat mati dan mengucapkan kalimat tauhid ada malaikat yang diperintah untuk menyumpal mulutnya dengan lumpur supaya tidak bisa bicara. Akhirnya malaikat mautpun menjemputnya dalam keadaan mati yang buruk / su’ul khotimah diakhirat nanti akan dimasukan kedalam neraka karena kesombongannya itu, Naudzubillahi min dzalik.

Jika kita dapat menjadikan pelajaran kisah fir’aun ini yaitu dia sombong dalam hal kekuasaannya maka tak sepatutnya kita yang diberikan amanah berupa jabatan, pangkat dan kedudukan menyombongkan diri, bahkan sampai menindas yang lemah, korupsi, suap menyuap dan sebagainya. Seorang mukmin yang diberikan amanah berupa jabatan dia akan memanfaatkandan Wuhaib berkata, Akan tetapi kita lihat sendiri kenyataannya pada hari ini. Yaitu perselisihan antar umat islam hanya karena beda itu untuk kesempatan mengumpulkan amal kebaikan sebanyak-banyaknya karena pada saat pensiun dari jabatan itu belum tentu dia bisa melakukan sesuatu yang bisa dilakukan pada saat dia masih menjabat sebagai pimpinan rakyat. Misalnya untuk membangun sarana ibadah, masjid, pondok pesantren, menyantuni anak yatim dan orang fakir dan sebagainya.

Akan tetapi kita lihat keadaan sekarang ini, banyak yang dikaruniai jabatan tetapi malah digunakan untuk hal yang menyeleweng, untuk berbangga diri dan ketenaran, untuk memperkaya diri dan memuaskan syahwat dan menindas rakyat yang lemah. Seorang pemimpin yang mukmin seharusnya bisa bersikap tawadhu’ dan tidak tinggi hati. Akan tetapi kita juga melihat pemimpin sekarang yang sok gaya, blagu, sombong, bangga diri, lupa diri, lupa mati padahal dia dulunya adalah dari golongan orang kecil namun setelah jadi pemimpin belagunya minta ampun, sombongnya gak ketulungan, sifat egoismenya diperturutkan. Sehingga rakyat lemah hanya jadi korban kebuasaan para pemimpinnya, pendidikan sulit berjaya karena dihambat sifat keegoisme-annya, harga barang kebutuhan dinaikan terus padahal keadaan rakyat semakin krisis, korupsi meraja lela padahal negara ini semakin banyak hutangnya, yang salah dibenarkan karena punya duit yang benar disalahkan karena tidak mampu membayar hakim, waktu pemilihan umum banyak para caleg koar-koar seribu janji namun setelah terpilih tak ada kenyataanya satupun dan seribu satu dampak buruk lainnya karena kesombongan mereka yang diamanahi sebagai pemimpin.

Jika mereka masih bersikap seperti itu dan tidak bertaubat kemudian berbenah diri maka tidak mustahil mengalami nasib seperti fir’aun itu, naudzubillah.

Yang ketiga, adalah kisah Qarun.  Qarun sombong karena dikaruniai harta berlimpah. Saking kayanya, untuk memikul kunci-kunci tempat penyimpanan hartanya saja sudah memayahkan orang-orang kuat sekalipun. Lalu ada seorang yang menasehatinya untuk beramal shalih tetapi Qorun dengan angkuh mengatakan:

“Harta ini aku dapatkan karena ilmuku.”(QS.al-Qashash: 78)

Padahal tiada daya dan upaya melainkan kuasa daripada Allah.  Ketika Qarun sedang berjalan congkak dengan kemegahannya tiba-tiba Allah membuka bumi tempat ia berpijak dan menenggelamkan Qarun berikut rumah dan hartanya ke dalam bumi. Konon ada cerita memburu harta karun / harta terpendam itu mungkin asal mulanya adalah mencari timbunan harta Qorun ini. Itulah balasan bagi orang sombong karena hartanya, mendapatkan kehinaan dunia dan azab akhirat. Sebagai seorang mukmin kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini dan kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari supaya jangan bersikap sombong dengan kelebihan berupa harta dan kekayaan kita. Tetap bersikap sederhana dan tidak menunjukkan kekayaan didepan orang lain untuk berbangga diri seperti Qorun. Kemudian tidak pelit dan tamak karena pada saat kaya itulah kesempatan dia untuk beramal jariyah yang tidak mungkin bisa dilakukan pada saat dia miskin. Oleh karena itu marilah kita gunakan waktu kita pada saat kaya untuk beramal sebelum datang kemiskinan yang menyulitkan kita. Karena barangsiapa mengingat Allah pada waktu senang (banyak harta dan banyak kesehatan) lalu bersyukur dan beramal salih maka Allah akan menolong kita pada saat kita dilanda kesusahan.

Itulah pelajaran yang dapat kita jadikan hikmah dalam kehidupan sehari-hari kita. Jika kita ingin masuk surga maka kita memang harus bersikap sabar dalam kesulitan dan bersikap tawadhu’ pada saat kita banyak kelebihan. Semoga kita terhindar dari sifat sombong yang merugikan dan Semoga kita termasuk orang yang tawadhu’. amiien

 KETUJUH, MEMBIASAKAN DIRI KEPADA AKHLAQ MULIA DAN MENGEKANG HAWA NAFSU

Dari segala sesuatu yang beliau Rasulullah saw ajarkan kebanyakan adalah mengajarkan penampilan batin yang baik atau akhlaq mulia bukan sekedar penampilan luarnya saja sesuai sunnah namun kelakuan kita bertentangan dengan penampilan dhohir kita. Bukankah itu sama saja dengan mendustakan agama? naudzubillah. Dan nilai lebih daripada seorang muslim dan cermin dari baiknya keimanan seorang muslim akan terlihat dari cara berpenampilan dan lebih penting lagi cara bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari pada saat berhubungan dengan orang lain disekitarnya.

Dan sesungguhnya hakikat dari Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW, panutan kita, rasul kita, penghulu kita dunia dan akhirat adalah untuk menyempurnakan akhlaq mulia. Selain daripada ibadah-ibadah amaliyah ternyata menjadi manusia beriman yang berakhlaq mulia ternyata tidak kalah pentingnya. Rasulullah saw pernah bersabda :

"إنما بعثت لأتم صالح الاخلق ”Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang sholeh”.
(HR: Bukhari dalam shahih Bukhari kitab adab, Baihaqi dalam kitab syu’bil Iman dan Hakim).
dan Hadis dari Anas bin malik ra. dia menyatakan:


كان احسن الناس خلقا “Nabi SAW. adalah manusia dengan akhlak yang terbaik”.
(HR: Muslim dan Abu Dawud).

Dalam al-Qur'an juga disebutkan Nabi Muhammad SAW diutus untuk menjadi rahmatan lil alamin (penyebar kasih sayang kepada semua makhluk di alam semesta). Firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ “Dan tiadalah Kami mengutus kamu Muhammad, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al-Anbiya’: 107)

Maka sungguh merugi jika kita membiasakan diri untuk disiplin beribadah kepada Allah namun hubungan amaliyah kepada sesama manusia kurang baik. Padahal sunnah rasulullah yang paling urgen dalam ajaran beliau adalah pelajaran berakhlaq yang sesuai dengan akhlaq beliau bukan sekedar penampilan luarnya kita mengikuti sunah beliau namun gemar mencela dan bertengkar dengan sesama muslim, hal itu benar-benar bertentangan dengan ajaran beliau. Lagipula akhlaq mulia adalah setrategi beliau paling berhasil dalam mengajak umat kepada hidayah Islam. Bayangkan jika dulu berdakwah sambil mencela yang kafir tentu saja takan ada orang yang mau mengikuti jalan lurus ini. dan akhirnya pun kita bisa menyimpulkan bahwa seseorang muslim yang baik akhlaqnya maka agamanya juga akan ikut terbawa nama baiknya, begitu juga dengan sebaliknya jika kita berbuat buruk maka agama islam ini tentu saja dalam pandangan orang non islam terlabel buruk juga. meskipun ajaran islampun tidak membenarkan berbuat buruk tetapi kena getahnya juga karena kelakuan umatnya. Takkan ada islam itu dicap "teroris", agama kekerasan, agama penindasan dan sebagainya jika umatnya ini mengamalkan apa yang rasulullah ajarkan yaitu membiasakan berpenampilan islami secara dhohir maupun batin (akhlaq mulia). Hanya orang fasiq dan bodoh yang menilai islam dari perilaku manusia bukan dari kemuliaan syari'atnya.

Karena itulah memang pantas pakaian batin yang baik (akhlaq mulia) adalah sebab paling banyak memasukkan kedalam surga karena selain mendapatkan pahala yang banyak daripada Allah SWT dan akhlaq mulia juga merupakan faktor terpenting dalam kesuksesan dakwah kepada jalan lurus / agama islam. Dalam suatu hari Baginda Rasulullah SAW pernah ditanya tentang apa yang paling banyak menyebabkan orang masuk surga. Beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan akhlak mulia.” (HR at-Tirmidzi).
Akhlak mulia tentu saja bagian dari ketakwaan itu sendiri karena ketakwaan yang lurus akan menghasilkan akhlaq yang lurus pula, begitu pula sebaliknya ketakwaan yang didasari keimanan yang tidak lurus atau sesat maka hasilnya akhlaq yang buruk juga. Ibn al-Qayyim berkata,


“Penggabungan takwa dengan akhlak mulia karena takwa menunjukkan baiknya hubungan seseorang dengan Tuhannya, sementara akhlak mulia menunjukkan baiknya hubungan dirinya dengan orang lain.” (Muhammad ‘Alan, Dalil al-Falihin, III/68).

dan Sebaliknya, saat Baginda Rasulullah SAW ditanya tentang apa yang paling banyak menyebabkan orang masuk neraka. Beliau menjawab, “Mulut dan kemaluan.” (HR at-Tirmidzi).

Memang tidak diragukan lagi sebab-sebab manusia terjerumus kedalam neraka adalah karena tingkah laku kepada sesama manusia kurang baik dan mulutnya sering diumbar untuk menyakiti perasaan orang lain. dan faktor lainnya yaitu syahwat yang diperturutkan, kemaluan yang tidak dijaga memang akan sangat banyak menimbulkan madhorot / kerugian. Tidak saja kepada diri sendiri tetapi juga dampaknya kepada masyarakat. Perzinaan yang dibiarkan akan menyebabkan kebinasaan bagi diri sendiri selain itu juga menyebabkan tatanan masyarakat rusak. Perzinaan adalah kelakuan hewan yang tidak dikaruniai akal, sedangkan manusia punya akal untuk membimbing nafsu itu supaya mengarahkan nafsu syahwat kepada yang baik yaitu pernikahan.

Maka tidak salah jika manusia yang berzina bahkan dilakukan terang-terangan seperti yang terjadi di sekitar kita dewasa ini, secara tidak sadar itu adalah perilaku merendahkan martabat manusia itu sendiri, merendahkan martabat diri lebih rendah daripada hewan. Karena secara fitrah manusia pasti merasa jijik dengan perbuatan keji tersebut. Apalagi jika ditinjau dari segi syariat tentu saja konsekuensi lebih berat belum lagi nanti hukuman diakhirat. Maka seorang pezina yang tidak segera dihukum dengan syari'at maka sesungguhnya azab  lebih berat menanti diakhirat. Naudzubillah. Sungguh seringan-ringan azab neraka lebih berat daripada seberat-berat penderitaan dunia yang hakikatnya sementara. 


KEDELAPAN, MENYANTUNI DAN MENGURUS ANAK YATIM

Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam bersabda:

وَأَنَا وَكَافِلُ اليَتِيمِ فِي الجَنَّةِ هَكَذَا» وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى، وَفَرَّجَ بَيْنَهُمَا شَيْئًا

“Aku dan pengasuh anak yatim kelak di surga seperti ini.” Lalu Rasulullah memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah, kemudian merenggangkan keduanya.” (HR. Bukhari, no. 5304, 6005)

Imam Muslim meriwayatkan bahwa beliau Sholallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ» وَأَشَارَ مَالِكٌ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

“Pengasuh anak yatim, baik masih kerabatnya atau bukan, akan bersamaku kelak di surga seperti ini.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Muslim, no. 2983)

Mengasuh anak yatim artinya mengurus segala kebutuhan dan kemaslahatannya; mulai dari urusan makan, pakaian, dan mengem-bangkan hartanya jika anak yatim itu memiliki harta. Sedangkan jika anak yatim itu tidak memiliki harta maka pengasuh anak yatim memberikan nafkah dan pakaian untuknya demi mengharapkan wajah Allah. Adapun maksud lafazh ‘baik masih kerabatnya atau bukan’ dalam hadits di atas adalah bahwa si pengasuh itu bisa jadi kakeknya, saudaranya, ibunya, pamannya, ayah tirinya, bibinya, atau pun kerabat-kerabat yang lain. Dan bisa juga orang lain yang tidak ada hubungan kekerabatan dengannya sama sekali. Meskipun tidak punya hubungan nasab tapi hakikatnya semua muslim bersaudara dan satu kesatuan.

Ada satu keutamaan besar sebagai balasan baik bagi yang mau menyantuni anak yatim. Yaitu melembutkan hati seseorang yang mengasihi anak yatim. Dan kelembutan hati merupakan tanda baiknya keimanan seseorang, dengan kelembutan hati pula seseorang akan mudah memahami ilmu dan hidayah-Nya. Seseorang berkata kepada Abu Darda’ Radhiallahu’anhu, “Berilah saya wasiat!” Abu Darda’ berkata, “Kasihilah anak yatim, dekatkanlah ia kepadamu dan berilah makan dengan makananmu. Sesungguhnya saya mendengar ketika seseorang menghadap Rasulullah Sholallahu’alaihi wa sallam mengadukan kekerasan hatinya, beliau bersabda, “Jika kamu ingin supaya hatimu menjadi lembut, maka dekatkanlah anak yatim kepadamu, usaplah kepalanya dan berilah makan dari makananmu, maka itu akan melembutkan hatimu dan akan memudahkanmu dalam memenuhi kebutuhanmu!”
(Riwayat Baihaqi dalam Asy-Syu’ab (11035) dan Abu Nu’aim, dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, no. 854)

Dalam suatu kisah teladan dikisahkan, seorang salaf berkata, “Dahulu aku adalah seorang yang tenggelam dalam berbagai macam perbuatan maksiat dan mabuk-mabukan. Pada suatu hari aku menemukan seorang anak yatim yang miskin. Lalu aku ambil anak yatim itu dan aku berbuat baik kepadanya. Aku beri ia makan, pakaian, dan aku mandikan ia sampai bersih semua kotoran yang menempel di tubuhnya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku menyayanginya seperti seorang ayah menyayangi anaknya, bahkan lebih. Malamnya aku tidur dan bermimpi bahwa kiamat sudah tiba. Aku dipanggil menuju hisab. Kemudian aku diperintahkan untuk masuk neraka karena banyaknya dosa dan maksiat yang aku kerjakan. 

Malaikat Zabaniyah menyeretku untuk memasukkanku ke dalam neraka. Saat itu aku merasa kecil dan hina di hadapan mereka. Tiba-tiba anak yatim itu menghadang di tengah jalan sambil berkata, ‘Tinggalkan ia, wahai malaikat Rabb-ku! Biarlah aku memintakan syafaat untuknya kepada Rabb-ku. Dialah yang dulu telah berbuat baik kepadaku. Telah memuliakanku!’ Malaikat berkata, ‘Tetapi aku tidak diperintahkan untuk itu.’ Sekonyong-konyong terdengar seruan dari Allah, firman-Nya, Biarkan, dia, sungguh aku telah mengampuninya dengan syafaat anak yatim itu dan kebaikannya kepadanya!’ Lalu aku terbangun dan aku pun bertaubat kepada Allah azza wa jalla, dan saya terus berusaha semaksimal mungkin untuk mencurahkan kasih sayang kepada anak-anak yatim.” (Dikisahkan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam Al-Kaba’ir)

Akan sangat indah jika hal ini kita terapkan dalam keseharian kita semampu kita. Ditengah dunia yang makin merosot peradaban sosialnya. Tentu saja akan sangat asing menemukan orang yang mau mengasihi anak yatim. Jika saya melihat kenyataan sekarang ini sungguh ironi, kenapa? karena banyak saya melihat orang berkali-kali naik haji dan umroh padahal kewajiban hanya sekali. Kenapa tidak terpikir oleh mereka untuk membelanjakan hartanya itu ke yang lebih baik balasannya. Bukankah pahala menyantuni anak yatim itu lebih besar daripada pahala naik haji dan umroh? karena jika kita ikhlas maka Allah akan menjadikan kita tetangga Rasulullah SAW di surga. Misalnya harta kelebihan kita sumbangkan ke panti asuhan atau untuk menyantuni anak yatim yang banyak terlantar di pinggir jalan. Tidak tahu kemana arah tujuan hidup.

Sementara banyak sekarang ini orang kelebihan harta tapi tidak tahu cara menghabiskan hartanya. Kebanyakan untuk hal maksiat dan sia-sia seperti liburan ke luar negri, belanja ke mall, main ke diskotik, minum bir, judi, memuaskan syahwat dan sebagainya. Yang muda-muda sibuk membelanjakan hartanya untuk memperkaya operator seluler / sms-an sia-sia dan main di warnet kalau yang lebih gede ya uangnya untuk  jalan-jalan kemana-mana  dengan lawan jenis tidak punya malu. Padahal belum terikat pernikahan. Buktikan saja karena keadaan jalan raya sekarang ini penuh sesak dengan motor yang kebanyakan juga anak-anak muda laki-perempuan boncengan tanpa malu khususnya barangkali saat malam minggu atau bahkan perayaan hari raya orang kafir (tahun baru,natal, imlek dsb) . Itulah kesenangan dunia yang memperdayakan, ditengah banyak manusia buta agama dan berlomba-lomba dalam bermegahan dan gaya hidup glamor. Ingatlah nasehat nabi muhammad saw "barangsiapa banyak tertawa didunia maka akan banyak menangis diakhirat".

Sedangkan menyantuni anak yatim adalah suatu perbuatan yang mulia yang mendapatkan balasan kebahagiaan sebenarnya yaitu kelembutan hati dan kebahagiaan diakhirat nanti. Inilah kesempatan generasi muda muslim untuk tampil sebagai panutan. Mari kita arahkan segala yang sia-sia menuju kebaikan yang bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Daripada uang kita buang untuk sms-an, pacaran dan internet atau chating sia-sia dan berdampak dosa. Mari kita adakan satu gerakan muda-mudi Islam peduli anak yatim. Itulah kebahagiaan dan jati diri muslim anda sebenarnya. Bukan hura-hura dijalanan yang dibanggakan.

KESEMBILAN, WANITA YANG BERSABAR DALAM MUSIBAH
 
Kesabaran merupakan sifat yang agung. Karena dengan sabar orang akan selalu bertindak lurus dan penuh perhitugan oleh karena itu Allah selalu menyertai orang yang sabar. Dalam suatu hadits ada seorang muslimah yang menderita penyakit ayan lalu datang kepada rasulullah untuk meminta kesembuhan dari do'a beliau, namun beliau malah menyuruh bersabar karena itu adalah pahala yang besar.

Dari Atha bin Abi Rabah, ia berkata, Ibnu Abbas berkata padaku,
“Maukah aku tunjukkan seorang wanita penghuni surga?”

Aku menjawab, “Ya”

Ia berkata, “Wanita hitam itulah yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata, ‘Aku menderita penyakit ayan (epilepsi) dan auratku tersingkap (saat penyakitku kambuh). Doakanlah untukku agar Allah Menyembuhkannya.’

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Jika engkau mau, engkau bersabar dan bagimu surga, dan jika engkau mau, aku akan mendoakanmu agar Allah Menyembuhkanmu.’

Wanita itu menjawab, ‘Aku pilih bersabar.’ Lalu ia melanjutkan perkataannya, ‘Tatkala penyakit ayan menimpaku, auratku terbuka, doakanlah agar auratku tidak tersingkap.’

Maka Nabi pun mendoakannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kemudian sabar paling utama adalah ketika mendapatkan musibah yaitu kehilangan orang-orang yang dicintainya. Allah menguji hambnya sebesar apa kecintaan seorang hamba kepada-Nya dengan memberikan ujian berupa musibah. Jika kita sabar maka kita akan semakin dicintai Allah sehingga menjadi hamba yang beruntung tidak saja didunia tetapi diakhirat. dalam suatu hadits Rasulullah saw disebutkan dari Anas RA berkata bahwa Nabi SAW pernah menemui seorang wanita yang sedang menangis di pemakaman (dalam suatu riwayat imam muslim wanita itu menangisi anaknya yang meninggal. Nabi berkata kepadanya,

Bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah.”
Wanita itu menjawab, “Pergilah, kamu tidak pernah ditimpa musibah seperti yang menimpaku.”
Wanita itu belum mengenal Nabi SAW ketika diberi tahu bahwa beliau adalah Nabi SAW, wanita itu mendatangi beliau.
 Ia tidak menjumpai seorang pengawal pun di sekeliling beliau.
Wanita itu berkata, “Aku belum mengenal engkau.”
Nabi SAW bersabda, “Sabar itu pada benturan pertama.”
 (HR. Bukhari)

Jadi dapat kita ambil pelajaran bahwa sabar yang paling utama adalah ketika musibah terjadi bukan setelahnya. Sungguh sangat sulit bagi kita manusia yang mempunyai rasa cinta, rasa memiliki, dan rasa kehilangan harus menerima musibah yang begitu berat ketika kita mendapatkan musibah tersebut. Akan tetapi sungguh bila kita mampu maka insyaAllah pahala yang sangat besar menanti kita diakhirat. Karena dalam suatu hadits pernah disebutkan

وعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى مَا لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ إِذَا قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْيَا ثُمَّ احْتَسَبَهُ إِلَّا الْجَنَّةُ رواه البخاري
Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah berfirman, ‘Jika seorang hamba ditinggal mati orang yang paling dicintainya, lalu ia bersabar dan mengharapkan pahala dari Allah, maka tidak ada pahala baginya, kecuali surga.’” (HR. Bukhari)

Firman ALLAH tentang keutamaan sabar Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. 3 : 142).

Setelah mendengar ayat ini kita patut bersedih. Karena tidak dijamin surga kecuali orang yang sabar dalam cobaan dan ujian dan sabar dalam berdakwah menegakkan agama Allah. Karena barangkali kita termasuk orang yang tidak sabaran dalam menyikapi segala sesuatu, dan emosi selalu jadi pelampiasan dari ketidak sabaran kita. Jadi masihkah kita menunda waktu untuk melatih kesabaran kita?

KESEPULUH, WANITA SHALIH YANG PATUH KEPADA SUAMI DAN MENDIDIK ANAKNYA DENGAN BAIK

Dijaman modern ini permasalahan kehidupan semakian komplek karena pengaruh globalisasi. Sehingga kadang kita menemukan berbagai perubahan yang mencolok. Misalnya dahulu wanita kerja didapur sekarang kerja dikantoran, dahulu wanita menggendong bayi sekarang menggendong laptop dan sebagainya. Itulah sebagian dari perubahan sosial yang terjadi pada zaman modern ini. Akan tetapi bukan itu yang kita bahas tetapi pengaruh dari semua itu. jika kita mau memahami ternyata seiring dengan berkembangnya jaman posisi antara laki-laki dan perempuan sudah tidak bisa dibedakan. Alias kodrat antara wanita dan laki-laki hamper tak bias dibedakan.
Kadang malah terbalik-balik. Yang suami kerja dirumah. Istrinya meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu karena kesibukannya dengan karirnya. Ternyata hal itu sangat mempengaruhi keharmonisan rumah tangga. Kadang pula seorang istri menjadi lebih egois dan tak mau diatur karena merasa bisa nyari duit  sendiri. Sampai-sampai kepada suami pun menjadi sombong dan bertindak seenaknya sendiri. Bahkan anaknya pun sampai-sampai tidak terurus bagaimana pendidikannya sehingga menjadi anak super bander kelas kakap.
Terlebih lagi yang lebih parah jaman sekarang para istri justru yang meminta cerai kepada suami karena ketidak harmonisan rumah tangga. Hal itu terjadi karena istri merasa lebih bisa nyari uang ketimbang suami sehingga tidak takut kekurangan kebutuhan sehari-hari. Berbeda dengan jaman dahulu, istri merasa takut dicerai suami karena masih menggantungkan nafkah kepada suami. Sehingga bisa dibilang istri jaman dahulu lebih penurut daripada istri jaman sekarang. Ditambah lagi setiap hari invasi budaya dan hegemoni barat terus merambah sisi kehidupan karena pengaruh media informasi dan teknologi misalnya handphone, televise (sinetron), internet dsb. Hal itu semakin menambah parahnya keadaan rumah tangga masyarakat muslim dewasa ini. Pola gaya hidup semakin konsumtif dan pola kehidupan serba materialis dan individualis itulah pola kehidupan yang ditanamkan oleh masyarakat barat. 

Hal itu adalah budaya yang sangat bertentangan dengan norma sosial dan ajaran islam. Sehingga apa yang disebut dengan persetaraan gender alias emansipasi atau apalah istilahnya ternyata merupakan suatu hal yang akan melencengkan kodrat manusia. Kekacauanlah akibatnya. Begitulah kebanyakan wanita jaman sekarang adalah seorang yang zalim kepada suaminya. Banyak faktornya, salah satunya itu tadi yaitu pengaruh perkembangan zaman dan pendidikan lingkungan.

Padahal siapa yang tak menginginkan surga terutama bagi para wanita. Sebenarnya menjadi wanita itu mudah sekali masuk surga asalkan patuh terhadap suami dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya. itulah pahala yang amat besar untuk siapa saja yang bisa melaksanakannya. Apalagi ditengah peradaban modern yang semakin memojokan nilai peradaban sosial dewasa ini. Tentu saja kesulitan akan lebih besar kecuali yang pernah belajar agama dan mengamalkannya dengan penuh kesabaran. Menjadi wanita yang taat kepada suami merupakan jalan paling pintas menuju surga.  Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam ahmad ,
 “Jika seorang istri mengerjakan shalat 5 waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya, menaati suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya, “Masuklah ke surga.” (HR. Ahmad)

Karena sangat pentingnya kewajiban wanita supaya taat kepada suami rasulullah pernah bersabda , 
Jika aku boleh menyuruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, tentu aku akan menyuruh seorang istri untuk sujud kepada suaminya.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). 

Akan tetapi ketaatan itu hanya terbatas pada yang disyariatkan, tidak untuk yang haram atau maksiat. 
 Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal bermaksiat kepada Khalik (Sang Pencipta).” (HR. Ahmad). 

Hal itu karena betapa besarnya nilai moral, nilai sosial, nilai pendidikan dan pengaruhnya bagi kelangsungan kehidupan berumah tangga. Kepada siapa lagi seorang laki-laki yang sedang kerepotan karena mencari nafkah dan belum lagi masalah pendidikan anak-anaknya kalau bukan kepada orang terdekat yaitu istrinya. Kelangsungan hidup berumah tangga akan terganggu bila sedikit saja istri membantah perintah suami atau bahkan malah mencaci maki suami. Sungguh hal itu adalah dosa besar.

Sungguh merupakan malapetaka yang sangat besar jika seorang suami memiliki istri pendurhaka. Karena itu adalah awal dari kehancuran rumah tangga. Dalam suatu hadits disebutklan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah wanita. Sebabnya tidak lain adalah tidak mau mensyukuri pemberian suami dan tidak mau taat kepada suami. Yang kedua adalah karena tidak bisa menjaga mulutnya mengumbar maksiat dan kemaluannya mengumbar syahwat.  Nabi Muhammad saw pernah bersabda"Neraka diperlihatkan kepadaku. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. Lalu, surga diperlihatkan kepadaku, dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir." (HR Ahmad)

Dalam hadits lain disebutkan Diriwayatkan oleh Muslim dari Muthraf bin Abdullah, bahwa ia mempunyai dua orang istri. Pada suatu hari, ia mengunjungi salah satu di antara istrinya. Istri yang kedua berkata, "Apakah engkau telah mengunjungi fulanah?" Ia menjawab, "Aku baru saja datang dari kediaman lmran bin Hushain. Rasulullah saw. memberitahukan kepada kami, beliau bersabda, 'Sesungguhnya, penghuni paling sedikit di surga nanti adalah kaum wanita.'" 

Dan untuk memperjelas sebab apa wanita banyak yang menjadi penghuni neraka adalah seperti yang disabdakan baginda Rasulullah saw  berikut 

Dari Ibnu Abbas, ia berkata: Nabi shollallohu alaihi wa sallam bersabda: “Neraka diperlihatkan kepadaku, ternyata kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita.” Para sahabat bertanya: “Apakah karena mereka kufur terhadap Alloh?”, Beliau menjawab: “mereka kufur terhadap suami dan mengingkari kebaikannya, seandainya engkau berbuat baik pada salah seorang dari mereka selama satu tahun kemudian ia melihat sesuatu (yang tidak ia sukai) darimu, ia akan mengatakan: “Aku tidak pernah melihat satu kebaikanpun darimu.” [HR. al-Bukhori} 

Selain taat kepada suami hal lainnya yanga dapat memasukan keadaalam  surga bagi wanita adalah mendidik anak-anak nya menjadi generasi sholih dan sholiohah yang berguna bagi masyarakat bangsa dan agama. Karena begitu pentingnya pendidikan sorang ibu kepada anaknya ada pepatah "baiknya negara adalah karena baiknya wanita". 
  
Maksudnya adalah jika wanita bisa mendidik anak-anaknya dengan baik maka kelak dewasa anak itu akan menjadi seorang yang membangun bangsa dan negara yang adil sesuai dengan syariat islam. Itulah kenapa peran wanita sangat penting bukan saja dalam rumah tangga tapi juga pengaruhya kepada kelangsungnn kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu pendidikan islam kepada remaja putri amat penting sekali karena menyangkut arah suatu bangsa. hal itu karena remaja putri adalah calon seorang ibu. Kearah mana bangsa ini entah itu kelembah kehancuran atau kepuncak keberhasilan. Hal itu tergantung baik buruknya akhlaq wanita. Oleh karena itu guru yang paling besar pengaruhnya kepada muridnya /anak-anaknya adalah ibunya.

Selain itu pendidikan islam kepada anak-anak merupakan amal jariyah yang tidak akan terputus sampai hari kiamat. Maksudnya adalah pahalanya akan terus mengalir meskipun yang bersangkutan telah berada dialam barzah (meninggal). Karena dalam suatu hadits sahih dan popular disebutkan bahwa
Jika seorang anak Adam meninggal dunia, maka putuslah segala amal ibadahnya, kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak-anak saleh yang mendoakan kedua orang tuanya .
 [ hadits ini diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dam Ahmad]

Lalu bagaimana keadaannya bila kita cerminkan dengan kehidupan modern ini. Sungguh jika kita mau melakukan penelitan entah itu membaca berita dan sebagainya ternyata yang terjadi adalah kebalikan yang diharapkan. Dijaman globalisasi ini wanita cenderung selalu menjadi pembangkang dan tidak patuh kepada suami dan yang lainnya adalah terlalu sibuk dengan pekerjaannnya sehingga lupa pendidikan anak-anaknya. Sehingga yang terjadi generasi sekarang ini banyak yang rusak sesungguhnya pengaruhnya tidak terlepas dari buruknya  akhlaq seorang ibu / wanita diajaman sekarang.  Sungguh masuk surga itu perlu perjuangan tidak hanya enak-enakan berdo’a tanpa usaha. Segalanya perlu tawakal dan kesabaran. Apalagi butuh kesabaran yang ekstra untuk menghadapi problema kehidupan dijaman modern ini. Karena pengaruh buruk tidak saja datang dari dalam melainkan dari luar sangat banyak dan semakin banyak. Selain membutuhkan ilmu agama yang cukup ternyata kesabaran dalam perannya sebagai seorang istri dan guru bagi anaknya adalah yang paling utama untuk menjadi wanita penghuni surga. 

Wanita adalah Faktor utama maju mundurnya peradaban bangsa. Kita berharap suatu saatnya sebelum kiamat tiba akan muncul generasi wanita-wanita shalih yang akan membangun negri yang adil dibawah naungan syari’at. Wanita penghuni surga dalam jihadnya tidak perlu terjun kedalam dunia pemerintahan. Hanya perlu taat kepada Allah SWT, patuh kepada suami dan menjadi teladan yang baik bagi anak-anaknya. 

Wallahu'alam








KESEBELAS, TIDAK MEREMEHKAN KEBAIKAN SEKECIL APAPUN DAN BERLAKU BAIK KEPADA SEMUA MAKHLUK ALLAH SWT (Manusia, Hewan, Tumbuhan dan Alam Sekitar)

Memang Islam adalah agama yang tidak saja mengajarkan amalan ibadah saja tetapi juga sebagai rahmatan lil alamin (rahmat bagi alam semesta). Oleh karena itu dalam pertemuan ini kita akan membahas bagaimana islam mengajarkan kepada kita supaya tidak meremehkan kebaikan sekecil dan seremeh apapun. Karena barangkali dengan kebaikan yang kecil itu ternyata yang malah memasukkan kita kedalam surga. Kepada Hewan yang najis saja (misalnya anjing) kita tidak boleh berbuat sewenang-wenang apalagi kepada manusia (meskipun kafir tetapi tidak memusuhi islam). Itulah ajaran islam sebenarnya. Ajaran yang sangat mulia yang datang dari langit yang berasal dari Allah SWT melalui rasul-rasul-Nya.

Dalam suatu cerita rasululullah pernah menyebutkan bahwa seorang pelacur saja bisa masuk kedalam surga hanya karena dia menolong anjing yang hampir mati kehausan. Disebutkan dalam satu riwayat hadits diceritakan. Pada suatu hari, dalam suatu majelis, seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW, 

“Wahai, Rasulullah. Apakah hanya orang-orang ahli ibadah saja yang akan masuk surga?”
Dengan tegas Rasulullah menjawab, “Tidak. Sesungguhnya, seseorang itu masuk surga bukan semata-mata karena ibadahnya, melainkan karena ketulusan cintanya kepada Allah.”
Penasaran, orang itu bertanya lagi, “Apa itu berarti… hanya para aulia dan alim-ulama saja yang akan masuk surga?”
Rasulullah kembali menegaskan, “Tidak, bukan begitu. Karena sesungguhnya telah ada seorang pelacur yang masuk ke surga.” Keruan saja semua yang hadir di majelis itu jadi kaget dan bertanya-tanya. Maka Rasulullah lalu menceritakan mengenai pelacur itu.
Suatu hari, di tengah suatu musim kemarau yang amat kering, tutur Rasulullah, ada seekor anjing liar yang hampir mati kehausan. Anjing ini amat buruk rupanya dan penuh kudis badannya. Karena amat hausnya, anjing itu sampai menjilat-jilat tanah lembab di depan rumah seorang ulama terkenal. Melihat makhluk menjijikkan itu, si ulama segera mengusirnya dan bahkan melemparinya dengan batu. Pelacur dan anjing kurap adalah ciptaan Allah yang Maha Pengasih, maka kasihilah sebagaimana Allah juga mengasihi mereka. Anjing itu lari ketakutan sampai ke luar desa, dan akhirnya – karena lelah dan kehausan – hewan malang itu ambruk di pinggir sumur. Nampaknya, tak ada harapan lagi buat anjing itu. Dia pasti mati kalau tidak segera mendapatkan minum.
Namun di saat kritis itu, lewat seorang pelacur. Ia melihat anjing itu, terbaring putus asa dengan lidah terjulur dan napas tersengal-sengal, dan ia merasa iba. Maka, ia lalu melepas terompahnya (alas kakinya) dan merobek gaunnya. Dengan sobekan gaun dan terompah itu ia lantas membuat timba untuk mengambil air dari sumur, lalu memberi anjing itu minum.
Setelah puas minum, anjing itu sehat kembali dan lantas pergi. Si Pelacur merasa gembira melihat anjing itu tidak jadi mati kehausan. Melihat apa yang telah diperbuat oleh hamba-Nya yang pelacur itu, Allah mengatakan kepada malaikatnya: “Catatlah hamba-Ku itu. Dia adalah salah satu hamba-Ku yang akan masuk surga pertama.”

Itulah, betapa indahnya akhlaq mulia. Akhlaq mulia tidak harus dimiliki seorang alim. Bahkan seorang alimpun dalam cerita tadi bisa kalah kebaikannya oleh seorang yang dianggap hina (pelacur). Padahal berzina adalah termasuk dosa besar jika pelakunya tidak segera bertaubat maka terancam masuk neraka jahanam. Akan tetapi karena didalam tubuh yang hina ternyata tersimpan kecantikan yang sesungguhnya yaitu akhlaq mulia. Sehingga Allah SWT mencintai hamba tadi kemudian memberikan balasan berupa surga. Subhanallah wallahu akbar, betapa besar kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Kita juga dapat mengambil pelajaran. Masuk surga bukanlah hak hamba tapi itu adalah hak Allah untuk menentukan takdir seorang hamba dineraka atau surga. Seorang alim pun bisa masuk neraka karena menyalah gunakan ilmunya, dan seorang ahli maksiat bisa masuk surga karena mulia akhlaqnya. Itulah kehidupan dunia ini. Makanya kita tidak bisa menganggap diri yang hina ini masuk surga. Akan tetapi kita hanya bisa mengharap rahmat Allah yang Maha Agung. Dengan tawakal semampu kita diiringi kebaikan akhlaq mulia.
Dan ada hadits lain yang senada dengan maksud cerita tadi. Yaitu sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhori sebagai berikut

 "Dari Abu Hurairah RA bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Ketika seorang laki-laki berjalan ia mengalami dahaga yang sangat luar biasa. Lalu ia turun ke dalam sumur, minum airnya, lalu naik keluar. Tiba-tiba ia dapati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya karena kehausan. Ia berkata (dalam hati): anjing ini telah kehausan seperti kehausan yang aku alami. Lalu ia kembali turun ke dalam sumur, ia penuhi sepatunya dengan air, ia pegang dengan mulutnya, lalu diberikan minum untuk anjing itu. Allah membalasnya dan mengampuni dosanya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah apakah kita mendapatkan pahala dari hewan-hewan ternak kita? Jawab Nabi: Dalam setiap hati yang basah terdapat pahala. (HR Al Bukhari)

Kemudian dalam hadits yang lainnya yang mengajarkan kepada kita supaya tidak meremehkan kebaikan meski sebutir debu.
 “Dari ‘Adiy bin Hatim RA berkata: Nabi Muhammad saw pernah menyebutkan tentang neraka, kemudian berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya. Kemudian menyebutkan neraka lalu berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya. Kemudian menyebutkan neraka dan berlindung diri darinya dan mengekspresikan dengan wajahnya. Syu’bah berkata: kemungkinan dua kali, lalu saya tidak ragu. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Takutlah neraka walaupun hanya dengan sebutir kurma, jika tidak ada maka dengan tutur kata yang baik.” (HR Al Bukhari)

Lalu dalam hadits lain disebutkan juga supaya kita jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun.Dari Abu Hurairah r.a, “Telah bersabda Rasulullah saw, Ada seorang  laki-laki sedang naza’ (dalam kondisi sakaratul maut), ia tidak pernah mengerjakan kebaikan, (kecuali) sekadar menyingkirkan ranting berduri dari jalan; ada kalanya ranting itu berada di atas pohon lalu dipotong, kemudian dibuangnya (jauh), dan ada kalanya ia sengaja dipasang (di tengah jalan) lalu disingkirkannya. Kemudian karenanya Allah berterima kasih kepadanya, lalu dimasukkanlah ia oleh-Nya ke surga.” (HR. Imam Abu Daud, Imam Ibnu Hibban dengan derjajat shahih). 

Oleh karena sangat penting nya berbuat baik maka tak pantas seorang muslim meremehkan secuil kebaikan sebagai realisasi dari ajaran islam misalnya menyingkirkan bahaya dari jalan, sedekah kepada pengemis, mengucapkan salam, bertutur kata yang lemah lembut dan sebagainya. Karena masuk surga tidak didominasi oleh alim ulama yang paham ilmu agama saja akan tetapi didominasi oleh orang sabar dan orang yang banyak kebaikan akhlaqnya. Ingatlah ilmu memang salah satu sarana masuk surga tapi tidak berguna jika tidak diamalkan. Apalagi bisa jadi bumerang jika kita tidak bisa menjaganya dengan akhlaq mulia. Akan lebih buruk jika diperparah lagi dengan penyakit sumber kemusnahan amal yaitu penyakit riya'/gila popularitas. Karena dalam suatu hadits muslim sebutkan Dari Abu Hurairah; Abdurrahman bin Shakhr , berkata; Aku mendengar Rasulullah bersabda; 
Sesungguhnya manusia yang pertama-tama diadili pada hari kiamat kelak adalah seorang yang mati syahid.Dia akan dihadapkan pada nikmat-nikmatnya dan dia mengenalnya. (Allah) berkata, `Apa yang engkau lakukan dengan itu semua?’ `Aku telah berperang demi Engkau, hingga aku mati syahid. (Allah) berkata, `Engkau bohong! Engkau berperang agar disebut sebagai orang yang pemberani.’ Dan kau telah disebut sebagai pemberani Kemudian Allah memerintahkan (malaikat) untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.

Kemudian seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Al Qur’an. Dia didatangkan kemudian diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang sudah didapatkannya dan dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kau perbuat dengannya ?” Maka dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengajarkannya dan membaca Al Qur’an karena-Mu.” Allah berfirman, ”Engkau dusta, sebenarnya engkau menuntut ilmu supaya disebut orang alim. Engkau membaca Qur’an supaya disebut sebagai Qari’.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.”

Kemudian ada seseorang yang telah mendapatkan anugerah kelapangan harta. Dia didatangkan dan diingatkan kepadanya nikmat-nikmat yang diperolehnya. Maka dia pun mengakuinya. Allah bertanya, “Apakah yang sudah kamu perbuat dengannya?” Dia menjawab, “Tidaklah aku tinggalkan suatu kesempatan untuk menginfakkan harta di jalan-Mu kecuali aku telah infakkan hartaku untuk-Mu.” Allah berfirman, “Engkau dusta, sebenarnya engkau lakukan itu demi mendapatkan julukan orang yang dermawan, dan engkau sudah memperolehnya.” Kemudian Allah memerintahkan malaikat untuk menyeretnya tertelungkup di atas wajahnya hingga dilemparkan ke dalam neraka.
(HR Muslim)

Banyak orang masuk surga karena ilmunya digunakan untuk menegakkan agama islam. Tetapi banyak juga orang yang paham agama tetapi untuk kepentingan duniawi. Itulah yang akan menjadi bumerang diakhirat. Begitulah bahaya penyakit riya' karena menghancurkan kebaikan dengan sia-sia. Dan penyebab seorang yang berbuat baik malah jadi masuk neraka, Naudzubillah. 

KEDUABELAS, TIDAK MEMINTA DI KAY (semacam cara pengobatan), MINTA DIRUQYAH, TIDAK PERCAYA DUKUN DAN PERAMAL. SENANTIASA BERTAWAKAL HANYA KEPADA ALLAH SWT

Siapakah yang tidak ingin masuk surga tanpa hisab sedikitpun? Tentu saja tidak ada. Namun kriteria itu berat sekali untuk menjadikan kita termasuk hamba-Nya yang seberuntung orang yang masuk surga tanpa hisab. Kita harus banyak-banyak bertawakal kepada Allah dalam menjalani segala ujian dan cobaan didunia, kemudian kita tidak meminta diruqyah dan dikai, kemudian orang-orang yang pernah berbuat syirik dan percaya ramalan-ramalan tidak akan termasuk dalam golongan tersebut. Disebutkan dalam hadits shahih bahwa akan ada 70.000 orang beriman yang paling beruntung yaitu mereka yang masuk surga tanpa hisab dan azab. 

Imam Bukhari di dalam kitab shahihnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam bahwa beliau berkata:
"Ditampakkan beberapa umat kepadaku, maka ada seorang nabi atau dua orang nabi yang berjalan dengan diikuti oleh antara 3-9 orang. Ada pula seorang nabi yang tidak punya pengikut seorangpun, sampai ditampakkan kepadaku sejumlah besar. Aku pun bertanya apakah ini? Apakah ini ummatku? Maka ada yang menjawab: 'Ini adalah Musa dan kaumnya,' lalu dikatakan, 'Perhatikanlah ke ufuk.' Maka tiba-tiba ada sejumlah besar manusia memenuhi ufuk kemudian dikatakan kepadaku, 'Lihatlah ke sana dan ke sana di ufuk langit.' Maka tiba-tiba ada sejumlah orang telah memenuhi ufuk. Ada yang berkata, 'Inilah ummatmu, di antara mereka akan ada yang akan masuk surga tanpa hisab sejumlah 70.000 orang. Kemudian Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam masuk tanpa menjelaskan hal itu kepada para shahabat. Maka para shahabat pun membicarakan tentang 70.000 orang itu. Mereka berkata, 'Kita orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengikuti rasul-Nya maka kitalah mereka itu atau anak-anak kita yang dilahirkan dalam Islam, sedangkan kita dilahirkan di masa jahiliyah.' Maka sampailah hal itu kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, lalu beliau keluar dan berkata, 'mereka adalah orang yang tidak minta diruqyah (dimanterai), tidak meramal nasib dan tidak mita di-kai, dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakkal." [HR. Bukhari 8270]

Tentang wujud mereka mereka diakhirat, disebutkan dalam hadits lainnya adalah dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari berikut :
 "Pasti ada 70.000 orang dari ummatku atau 700.000 orang (salah seorang periwayat hadits ini ragu) akan masuk surga orang pertama di antara mereka, tidak memasukinya sebelum masuk pula orang terakhir dari mereka. Wajah-wajah mereka seperti bulan pada bulan purnama." [HR. Bukhari]
Dan dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, dia berkata: aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda,
"Akan masuk surga sekelompok dari ummatku sejumlah 70.000 orang. Wajah-wajah mereka bercahaya seperti cahaya bulan." [HR. Bukhari]

Tapi kita jangan berkecil hati dulu. Bagi kita semua kaum muslimin ada kabar gembira dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam di dalam hadits ini dan hadits-hadits lainnya. Adapun kabar gembira dalam hadits ini karena ada riwayat yang lain dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, dia berkata,  :
"Rabbku 'Azza wa Jalla telah menjanjikan kepadaku bahwa ada dari ummatku yang akan masuk surga sebanyak 70.000 orang tanpa hisab ataupun adzab beserta setiap ribu orang ada 70.000 orang lagi dan tiga hatsiyah dari hatsiyah-hatsiyah Allah 'Azza wa Jalla."

Marilah kita memohon kepada Allah Subhana wa Ta'ala agar Dia menjadikan kita termasuk golongan mereka. Bila anda hitung 70.000 orang menyertai setiap seribu orang dari yang 70.000 itu, berapakah jumlah seluruhnya bagi orang yang masuk surga tanpa hisab. Kalau pakai perhitungan matematika adalah sekitar 70.000 x 70= 4.900.000, subhanallah jumlah yang besar ada hampir 5 juta orang yang masuk surga tanpa hisab (wallahu’alam)
 Oleh karena itu saudaraku jika kita menginginkan surga maka kita wajib bertawakal kepada Allah SWT semampu kita, jangan suka mencari cara-cara instan yang merusakkan akidah kita seperti percaya ramalan-ramalan, dukun-dukun, klenik, jimat-jimat dan sebagainya. Begitu juga dengan meminta diruqyah untuk memudahkan urusan hidup kita, sebenarnya ruqyah itu diperbolehkan namun hal itu akan menghambat kita dalam penghisaban amalan kita diakhirat. Memang sebaik-baik manusia adalah yang bertawakal kepada Allah dengan sabar. Oleh karena itu dia berhak mendapatkan surga tanpa penghisaban, subhanallah.

KETIGA BELAS, MENGHAFAL, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN ASMAUL HUSNA

Dalam suatu hadits disebutkan :
“Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa memperhitungkannya dia masuk surga.” ( HR. Bukhari) .

Makna hadits ini adalah  kita  mengenalnya dan melaksanakan hak-hak nama-nama itu. Tidak sekedar menghafal diluar kepala namun tanpa penghayatan dan pengamalan sama sekali. Kebanyakan kaum muslimin sekarang adalah sibuk dzikir asmaul husna namun terkadang tidak paham apa yang dia baca kemudian tidak ia realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kalau sekarang ia baca asmaul husna tetapi dalam praktik kehidupanya malah bertentangan dengan yang ia baca. Seseorang  pernah membaca dan paham bahwa “tiada daya dan upaya melainkan dari Allah Yang Maha Kuasa”. Namun sayang sekali dia mengotorinya dengan amalan-amalan syirik seperti ngalap berkah dikuburan wali dsb. Itu artinya perbuatannya sudah mengingkari bahwa Allah itu yang Maha Kuasa, karena dia masih percaya bahwa wali bisa mendatangkan berkah seperti yang Allah kehendaki. Oleh  karena itu percaya kepada kuburan wali, ramalan, jimat dsb adalah perilaku yang bertentangan dengan amalan asmaul husna. Apalagi yang lebih nyeleneh adalah jika ada seseorang muslim menulis asmaul husna didalam kertas kemudian kertas itu dijadikan jimat untuk pesugihan, kesaktian, penglarisan dsb. 

Asmaul husna adalah 99 nama Allah SWT dengan segala keagungannya. Apabila kita memahaminya maka akan jelas bahwa semua nama itu mengajarkan Tauhid dan segala-gala urusan hanya Allah yang mampu mengurusinya. Kemudian kita tidak bergantung kepada selainnya, senantiasa bertawakal dan berdo’a untuk urusan dunia dan akhirat hanya kepada Allah. Oleh Karena itu pantas jika seseorang yang berusaha menghafal, memahami dan mengamalkan asmaul husna pantas mendapatkan surga karena dia telah merealisasikan Tauhid dengan sebenar-benarnya. Padahal Tauhid itu adalah kunci utama untuk masuk kedalam surga-Nya.

KEEMPAT BELAS, ORANG YANG BERSABAR KETIKA KEHILANGAN 3 ANAK (belum baligh) YANG SANGAT IA CINTAI

Siapakah orang yang bisa menerima dengan ikhlas ketika ia dikaruniai buah hati yang masih kecil yang membahagiakan hidupnya, tertawa buah hati menceriakan wajahnya,  lucunya sang buah hati menghilangkan kepenatan hidupnya. kemudian buah hati itu dipanggil oleh Allah SWT selama-lamanya, tentu saja jarang yang mampu bersabar tentang ujian berat satu ini. Namun kita harus berusaha sabar karena itu adalah salah satu amalan yang dapat memasukkan kita kedalam surga. Diriwayatkan dalam sebuah hadits sahih oleh ibnu majjah bahwa orang yang kehilangan anaknya (ditinggal mati) yang belum baligh (masih bayi, balita, kanak-kanak) maka dia berhak mendapatkan pilihan masuk surga dari pintu-pintu surga mana saja ia kehendaki. Berikut sabda rasulullah saw tentang hal tersebut ;
"Tiada seorang muslim yang meninggal dari anaknya tiga orang yang belum baligh kecuali mereka akan menemuinya dan ia akan masuk dari pintu surga yang delapan dari mana saja yang ia kehendaki".
( HR riwayat Ibnu Majah dan dihasankan oleh Al Albani di dalam Shahihut Targhib wat Tarhib, no: 1993)

KELIMA BELAS, ORANG YANG BERJUANG DIJALAN AGAMA (MUJAHID)

Siapakah yang tak kenal generasi pertama Rasulullah saw dan para sahabatnya yang dimuliakan Allah. Mereka adalah pahlawan-pahlawan sesungguhnya, rela mengorbankan harta, jiwa dan raga hanya untuk kedamaian dunia dibawah panji islam yang mulia. Merekalah teladan kita sebenar-benarnya. Akhlaq mereka yang amat mulia selaras dengan perkataan dan perbuatan mereka. Mereka tidak mengeluh tentang perjuangan umat islam, mereka selalu semangat berjuang melawan kemungkaran, kemaksiatan dan kesesatan yang membuat umat manusia sengsara. Merekalah para pejuang islam sesungguhnya mereka adalah pasukan Mujahid yang berhak mendapatkan surga-Nya. Barangsiapa yang meneladani kegigihan dan semangat kepahlawanan mereka membela islam dan hak kaum muslimin yang tertindas maka dia berhak mendapatkan balasan berupa surga. Ini adalah kesempatan kita apalagi yang masih muda-muda , yang masih punya semangat dan kekuatan yang besar. Selama kita masih hidup didunia, carilah ilmu agama dan dakwahkan kepada umat islam semuanya, kemudian berjuanglah membela harkat dan martabat umat islam. Itulah jihad yang sebenar-benarnya, bukan sekedar teriak “ayo jihad”. Namun dia sendiri suka menggembosi perjuangan umat islam lainnya dengan lidahnya yang tidak diatur dengan mencela umat islam lainnya diluar golongannya, atau dengan akhlaqnya yang kurang bagus terhadap kaum muslimin umumnya. 

Karena jaman sekarang ini banyak pemuda-pemuda yang semangat berjihad namun ilmu dan kesadaran mereka tentang agama islam masih cetek sehingga sambil teriak jihad mereka juga sombong mengatakan merekalah generasi terbaik (ghuroba) yang akan mengibarkan bendera tauhid namun disisi lain akhlaq mereka kurang bagus terhadap sesamanya. Bahkan seenaknya mengebom tempat-tempat maksiat tanpa nasehat yang bijak kepada mereka (ahli maksiat) terlebih dahulu, sehingga terkadang umat islam tidak berdosa jadi korbannya juga. Karena menasehati manusia dalam agama termasuk jihad juga karena dia telah membela hak agama, kemudian jika dengan cara-cara halus tidak bisa maka dengan cara paksa misalnya pembubaran tempat-tempat maksiat, jika tidak bisa juga maka dengan cara yang terakhir yaitu dengan meneriakkan perang kepada mereka. Itupun tugas mereka yang telah mampu berjihad dalam hal itu yaitu perang, seperti aparatur organisasi islam memang tugasnya untuk memberantas kemaksiatan dilingkunannya. Sedangkan kita yang hanya mampu keilmuan tidak mampu kekuatan maka jihad dakwah adalah salah satu tugas kita. Jika kita tidak mampu juga kedua-duanya maka cukuplah kita ingkari maksiat itu dalam hati kita. Sebagaimana sabda rasululullah saw bahwa ada tingkatan-tingkatan umat islam dalam berjihad yaitu jihad perang, jihad lisan dan jihad hati dalam memerangi maksiat :
“Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran maka hendaklah dia ubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka (ubahlah) dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka (ingkarilah) dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” [HR Muslim (49)]

Begitulah saudaraku, jihad itu ada tingkatannya, tidak langsung ba bi bu lalu mengebom sana sini yang justru membuat hati umat islam jadi resah. Padahal islam itu mengajarkan kedamaian dan ketentraman bukan mengajarkan kekacauan. Jihad dan akhlaq mulia keduanya tidak bisa dipisahkan, karena syarat untuk menjadi mujahid islam yang sesungguhnya adalah mempunyai pemahaman tentang agama yang lurus dan akhlaq yang mulia. Sehingga perjuangannya tidak salah langkah. Orang yang seperti ini sangat dimuliakan Allah karena dia adalah orang benar-benar mau membela agama atau membela hak Allah dan Rasul-Nya dan seluruh kaum muslimin umumnya. 

Dalam suatu hadits rasulullah saw pernah bersabda :
"Sesungguhnya di dalam surga ada seratus tingkatan yang telah Allah sediakan untuk para mujahid di jalan-Nya, setiap dua tingkatan jarak antara keduanya laksana antara langit dan bumi, jika kalian memohon kepada Allah maka mintalah surga Firdaus, sesungguhnya letaknya di tengah dan di tingkatan tertinggi dari surga dan
di atasnya 'Arsynya Allah Yang Maha Luas Rahmatnya, darinyalah terpancar sungai-sungai surga".
 
(HR Bukhari)

KEENAM BELAS, ANAK SHALIH YANG BERDOA UNTUK MEMINTA AMPUNAN BAGI KEDUA ORANG TUANYA

Ketika seseorang sudah berumah tangga kemudian mempunyai keturunan, maka pada saat itu jua dia telah berubah statusnya menjadi seorang orang tua yang mempunyai tanggung jawab kepada anak-anaknya tidak hanya nafkahnya saja tetapi juga pendidikan mereka. Dari sejak baru lahir sampai usia baligh adalah masa paling sensitif dalam hal meniru. Oleh karena itu tindak tanduk orang tua selalu ditiru oleh anak, jika orang tua rajin shalat dan baca qur’an maka anak juga akan ikut seperti orang tuanya, jika dilakukan hal sia-sia seperti menonton televisi, main catur dsb. Maka anak kita juga akan seperti itu, maka jangan mengharapkan anak sholeh jika perilaku kita saja tidak mencerminkan apa yang sering kita perintahkan kepada anak yaitu seperti menyuruh shalat, menyuruh mengaji, menyuruh belajar dsb tetapi kita sendiri malah santai-santai dengan istri nonton sinetron. Padahal anak shalih adalah investasi paling besar dari orang tua setelah ia meninggal, karena dalam suatu hadits menjelaskan bahwa anak yang mendo’akan ampunan untuk kedua orang tuanya secara rutin maka hal itu dapat menyebabkan keduanya masuk surga, bahkan mendapatkan tingkatan surge yang lebih tinggi. berikut sabda Rasulullah saw : 

"Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla benar-benar akan mengangkat kedudukan untuk seorang hamba yang shalih di dalam surga, lalu ia bertanya; "Wahai Allah, bagaimanakah saya mendapatkan ini?", kemudian dijawab: "Karena istighfar anakmu untukmu".
(HR Ahmad dan dihasankan oleh Al Albani di dalam As Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no: 1598)

Anak shalih yang mendo’akan ampunan bagi orang tuanya adalah salah satu investasi akhirat , yaitu amalan yang tidak terputus sampai hari kiamat walaupun kita telah meninggal. sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih berikut ini :

Daripada Abu Hurairah Radhiallahu anhu katanya,, Rasulullah SAW telah bersabda : Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.'' (HR Muslim).

Kemudian juga dalam hadits lain ''Sesungguhnya amal dan kebaikan yang terus mengiringi seseorang ketika meninggal dunia adalah ilmu yang bermanfaat, anak yang dididik agar menjadi orang shaleh, mewakafkan Al-Quran, masjid, membangun tempat penginapan bagi para musafir, membuat irigasi, dan bersedekah.'' (HR Ibn Majah).

KELIMA BELAS, JUJUR, MENEPATI JANJI, AMANAH, MENJAGA KEMALUAN DAN MENUTUP AURAT, MENJAGA PANDANGAN DAN MENJAGA ANGGOTA BADAN DARI HAL-HAL YANG MERUGIKAN.

Dalam suatu hadits ada 6 amalan yang dapat memasukkan kedalam surga dengan jaminan Rasulullah saw. Namun amalan-amalan ini berat dilakukan kecuali orang yang sabar dan ikhlas menjalankannya. Berikut sabda Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa Sallam :
Jaminlah untukku 6 hal darimu, aku jaminkan surga untukmu; 1) jujur jika berbicara, 2) tepatilah jika berjanji, 3) laksanakan amanah jika dipercaya, 4) jagalah kemaluanmu –tutuplah aurot-, 5) jagalah pandanganmu –dari yang haram-, dan 6) jagalah tanganmu (dari hal yang merugikan -pen-)”( HR Ahmad, Ibnu Hibban dan Baihaqi)

Dijaman akhir yang serba kompleks ini semakin hari semakin sulit orang yang jujur dan sungguh-sungguh dalam berkata-kata karena katanya jika tidak jujur yang didapat kerugian, mungkin barangkali rugi perasaan atau rugi materiil. Akan tetapi sebesar-besar apapun kerugian didunia tidak sebanding apapun dengan seringan-ringan kerugian diakhirat. Begitu juga semakin banyaknya orang yang mudah berjanji namun tidak menepatinya hanya membuat orang lain berharap-harap kemudian berakhir dengan kekecewaan. Semakin banyak pula jaman sekarang ini orang yang suka meremehkan amanah bahkan menyelengkan amanah untuk mengeruk keuntungan materi yang sedikit. Seperti apa yang dilakukan oknum-oknum politik yang mengkorupsi uang rakyat. Semakin banyak pula wanita-wanita yang tidak mau menutupi auratnya atau tidak mau pakai jilbab dengan berbagai alasan, apalagi mungkin hanya tidak mau dikatakan ketinggalan jaman karena ikut-ikutan tren barat. Semakin banyak pula orang-orang yang tidak malu lagi mengumbar matanya ditempat-tempat umum hanya sekedar untuk cuci mata melihat aurat perempuan, apalagi jaman  sekarang aurat perempuan bukan hal yang mahal lagi karena dimanapun dijalan-jalan, iklan reklame, iklan televisi, media elektronik, terlebih lagi diinternet orang mudah sekali menonton aurat perempuan apalagi jaman sekarang semakin marak situs porno. Semakin banyak pula tangan-tangan jahil yang tidak bisa menjaga diri dari merugikan orang lain seperti mencuri, merampok, mengambil hak milik orang lain tanpa ijin terlebih lagi sedang marak korupsi. 

Hal itu semakin sulit bagi anak-anak kita untuk menemukan keteladanan dari orang-orang dijaman sekarang. Namun bagi kita orang tua yang sadar akan kehidupan akhirat maka kita tidak boleh mengikuti kebanyakan yang orang lakukan hari ini. Memang resikonya dikucilkan, dirugikan, disakiti, dicaci maki dan sebagainya. Itulah jaman sekarang yang baik dijauhi yang jelek dibela. Tapi sabarlah dan berbahagialah wahai saudaraku karena barangsiapa bisa mengamalkan amalan-amalan tersebut semampu kita maka Rasulullah saw telah menjaminkan surga bagi kita. semoga kita termasuk orang yang mampu mengamalkan hal itu.

KETUJUH BELAS, MUDAH MEMAAFKAN DAN SUKA MENYAMBUNG SILATURAHIM

Teladan kita Rasulullah saw  adalah orang yang paling pemaaf dari yang pernah ada. Karena beliau diutus kedunia untuk menyempurnakan akhlaq islam yang sesungguhnya salah satunya adalah sifat pemaaf.  Setiap manusia pasti pernah berbuat salah baik kecil maupun besar. Maka seringan-ringan pertanggungan jawabnya adalah Meminta maaf dan memaafkan. Namun hal itu adalah perbuatan yang sulit sekali dilakukan kecuali oleh orang mukmin yang sabar dan ikhlas. Karena untuk meminta maaf kita membutuhkan kesabaran untuk melakukannya karena jangan-jangan jika kita meminta maaf justru malah dapat caci maki, umpatan , hukuman dsb. Kemudian juga yang dimintai maaf haruslah orang yang lapang dada dan ikhlas menerima perbuatan zalim dari saudaranya. Dan dua hal itu memang sulit dilakukan. Sehingga tidak heran jika kita mampu memiliki kedua sifat itu yaitu mudah meminta maaf dan mudah memaafkan maka hal itu menjadi jaminan kita untuk masuk surga.

Memaafkan adalah kata yang singkat namun sulit diucapkan oleh orang yang dizalimi kepada orang yang menzalimi. Tetapi siapakah yang tidak mau masuk surga? Maka mudah memaafkan adalah salah satu amalan yang diridhai Allah SWT yang dapat memasukkan kita kedalam surg-Nya.Rasulullah bersabda:
 “Barangsiapa melakukan tiga hal berikut ini, ia akan dihisab dengan mudah dan akan masuk surga dengan rahmatNya.Pertama, memberi kepada orang yang bakhil. Kedua, silaturahim dengan orang yang memutuskannya. Ketiga, memberi maaf kepada orang yang zalim” (HR AthThabrani)

Terkadang pula kita menemukan antar anggota keluarga atau saudara kita terjadi suatu konflik yang mengakibatkan bercerai berainya tali silaturahim. Jika dibiarkan begitu saja sehingga tali silaturrahim menjadi benar-benar putus maka hal itu sangat berbahaya karena yang muncul adalah dendam-dendaman sehingga bisa  saling benci lebih parah berujung saling membunuh, naudzubillah

Memutuskan tali silaturahim bisa jadi merupakan pemutus jalan menuju surga. Sebaliknya, jika kita mau menyambung tali silaturahim yang telah putus itu maka hal itu kita telah menyambung jalan menuju surga, seperti apa yang disampaikan hadits diatas. Begitu juga sama kasusnya dengan peristiwa suatu konflik suku atau perbedaan ras tertentu, kemudian jika dibiarkan maka akan terjadi dendam berantai dan berujung pada pembantaian antar suku secara turun temurun, seperti kita dulu mengenal pembantaian sampit yang meninggalkan bekas luka yang mendalam bagi kaum muslimin karena beribu-ribu orang tak berdosa jadi korbannya. Hal itu tidak lain adalah karena dendam yang dibiarkan. Kemudian dendam itu membesar dan sedikit saja ada konflik maka akan meletus besar-besaran. Karena dendam dan benci adalah salah satu hal yang mudah diwariskan kepada anak cucu. Untuk memutus tali kebencian itu diperlukan saling memaafkan antar satu dengan yang lainnya,  maka jika ada pihak atau orang tertentu yang mau menyambung persaudaraan  maka pantaslah karena perbuatan itu dia mendapat hadiah surga dari-Nya.
Islam adalah agama yang lurus yang mengajarkan orang untuk mudah memaafkan orang lain. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah SWT berfirman, “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al A’raaf:199)

Apakah anda tahu siapakah orang bodoh yang disindir oleh al-Qur’an. Yaitu orang yang  menuruti hawa nafsu amarahnya kemudian sifat egoisme dan tidak mau mengalah mengakar dalam jiwanya. Sehingga yang terjadi adalah dia seorang pendendam yang anti meminta maaf dan memberi maaf. Celakalah orang seperti ini.

KEDELAPAN BELAS, BERSIKAP LAPANG DADA, MENGALAH MESKIPUN BENAR, MENINGGALKAN DUSTA MESKIPUN BERCANDA

Sungguh amat mulia sekali ajaran islam. Karena didalam ajarannya selalu kebaikan dan akhlaq yang mulia. Sifat lapang dada termasuk salah satu sifat penghuni surga. Seiring dengan berjalannya kehidupan tentu saja banyak masalah dan perkara yang terjadi. Sehingga tidak jarang konflik terjadi karena pihak satu dengan yang lainnya sama-sama tidak ada yang mau mengalah, masing-masing pihak selalu ingin dimenangkan dan menonjolkan keegoisan. Namun apakah perilaku seperti itu dibenarkan agama. Tentu saja tidak. Karena orang yang meninggalkan pertengkaran meskipun di pihak yang benar itulah yang dijanjikan surga oleh Allah SWT dan dijamin oleh Rasulullah saw. Misalnya kita terlibat dalam sebuah masalah kemudian berujung dalam debat kusir yang bila dibiarkan terus menerus tidak akan pernah meruncingkan masalah. Akan tetapi biasanya tindakan saling bersikukuh (dalam bahasa jawa “pating merkenteng”) seperti ini hanya akan menimbulkan masalah lebih besar bahkan bisa jadi pertengkaran. Sehingga masalah kecil menjadi besar dan berujung pada pelanggaran hak-hak kita terhadap saudara muslim. Padahal tindakan melangkahi kehormatan atau menzalimi saudara kita tentu saja diharamkan. Oleh karena itu Islam mengharamkan keras sifat egoisme berlebihan meskipun kita berada dipihak yang benar, apalagi dipihak yang salah.  Dalam suatu hadits disebutkan :
"Aku bertanggung jawab dengan sebuah rumah di hamparan/tepian surga bagi siapa yang meninggalkan pertengkaran meskipun berada di pihak yang benar dan sebuah rumah di tengah surga bagi siapa yang meninggalkan dusta meskipun dalam bercanda,serta sebuah rumah di surga yang paling tinggi bagi siapa yang membaikkan akhlaknya". (HR Abu Daud)

Kemudian dalam hadits diatas juga tercantum bahwa meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda juga dijaminkan surga oleh rasulullah saw. Dusta itu meskipun bercanda tetap saja suatu perbuatan tercela yang diharamkan ajaran islam. Jika hal itu kebiasaan maka akan menjadi suka berdusta sungguhan, karena biasanya dari main-main menjadi sungguh-sungguhan. Oleh karena itu janganlah meremehkan sifat dusta. Karena dusta adalah sifat yang sangat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Banyak hal buruk dan fitnah-fitnah terjadi karena berawal dari dusta. Tanda kotornya hati manusia adalah seringnya ia berdusta. Dan dusta adalah salah satu sifat penghuni neraka. 

Rasulullah saw bersabda  
“Hendaknya kalian selalu jujur. Sebab, kejujuran itu menghantarkan kepada kebajikan dan kebajikan itu menghantarkan kepada surga. Seseorang akan senantiasa jujur dan berusaha keras untuk jujur sampai dicatat di sisi Allah sebagai shiddiq (orang yang sangat jujur). Dan waspadalah terhadap dusta. Sebab, dusta itu menghantarkan kepada keburukan/kejahatan dan keburukan itu menghantarkan kepada neraka. Dan seseorang akan selalu dusta dan berusaha keras untuk dusta sampai dicatat di sisi Allah sebagai kadzdzaab (pendusta)” 
(HR Muslim no. 4721)

Oleh karena itu saudaraku, dari hadits pertama diatas dapat diambil pelajaran mengalah (lapang dada) itu bukan berarti kita kalah, justru kita hakikatnya menang pada akhirnya. Orang yang lapang dada dijanjikan rumah megah ditepian surga, sedangkan orang yang banyak meninggalkan dusta meskipun cuman bercanda dibuatkan rumah ditengah surga (lebih baik dari yang pertama). Kemudian orang yang berusaha membaguskan akhlaqnya dan gemar  berbuat baik kepada sesama maka akan mendapatkan rumah disurga yang paling tinggi. Siapakah yang tak ingin masuk surga, jika demikian marilah kita hindari sifat egoisme, gemar menipu dan mari kita berlomba-lomba memperbagus akhlaq dan perilaku kita. Semoga kita termasuk kaum yang beruntung yang mendapatkan ridha-Nya untuk memasuki surga-Nya yang mulia.

KESEMBILAN BELAS, SABAR DALAM KESUSAHAN DAN RENDAH HATI DALAM KELAPANGAN



Orang mukmin yang sama timbangan amalnya, tapi jika yang satu miskin dan ia sabar atas keadaannya maka ia masuk surga 500 ratus tahun lebih dulu dari orang mukmin kaya dan rajin beramal.

Rasulullah saw. bersabda: “Takutlah kepada Allah dalam hal orang-orang fakir karena pada hari kiamat Allah berfirman: ‘Dimana makhluk-makhluk-Ku?’ para malaikat menjawab: ‘Wahai Rabb kami, siapakah mereka?’ Allah berfirman: ‘Orang-orang fakir yang sabar dan rela terhadap takdir-Ku. Mereka akan Ku-masukkan ke dalam surga.’ Rasulullah saw. melanjutkan sabdanya, “Kemudian orang-orang fakir itu masuk surga, lalu makan dan minumm, sementara orang-orang kaya masih sibuk dalam penghitungan amal mereka.”

Imam Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudri ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang fakir yang berjuang di jalan Allah akan masuk surga sebelum orang-orang kaya, dengan jarak 500 tahun.” (HR Turmudzi dan Ibnu Majah)

Hadits di atas ditakhrij dari A’masy Sulaiman, Hadits ini statusnya hasan gharib 

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Orang-orang fakir akan masuk surga lebih dahulu daripada orang-orang kaya, selama setengah hari akhirat, yaitu 500 tahun.”
 (HR Turmudzi, status hadits ini hasan shahih)

Hadits-hadits di atas menunjukkan satu makna bahwa orang-orang fakir akan masuk surga lebih dulu. Dengan catatan, mereka termasuk orang-orang yang sabar, mengabdi kepada Allah, rela dan sabar terhadap kefakiran mereka selama hidup di dunia, sehingga dari lisan mereka keluar kata-kata pujian kepada Allah, bersyukur, dan menghambakan diri kepada Allah. Mereka inilah orang-orang yang akan memperoleh kemuliaan pada hari kiamat, ketika mereka masuk surga. Pada hari kiamat nanti, Allah akan berfirman kepada orang-orang yang sabar terhadap kefakirannya.

“[kepada mereka dikatakan] Makan dan minumlah dengan nikmat karena amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.” (al-Haaqqah: 24)

Makna ayat di atas benar-benar jelas. Artinya, kesusahan yang telah engkau peroleh di dunia karena fakir, benar-benar terasa perih buat kalian. Hal ini bukan cita-cita dan keinginan kalian, tetapi semata-semata atas kehendak Allah. maka mereka ridha dengan takdir Allah swt, akhirnya merekapun dimasukkan kedalam surga atas kehendakNya.

Oleh karena itu marilah kita sebagaimanapun keadaan ekonomi kita, janganlah sampai melalaikan dari agama. Yang kaya tolonglah yang tidak mampu, yang tidak mampu jangan berputus asa dan jangan mengeluh atas takdir maka insyaAllah termasuk orang yang dijanjikan surga yang abadi sentosa. 

Ingatlah rasulullah saw pernah mengatakan dan ulama juga demikian bahwa 'dunia ini adalah penjara bagi orang mukmin, dan surganya orang kafir, dan akhirat neraka orang kafir dan surga abadi orang mukmin. maka bersabarlah didunia ini sementara, bagaimanakah rasanya menjadi tawanan dipenjara? serasa hidup dineraka begitu bahasa hiperbolanya, itulah yang dialami setiap mukmin yang mengharapkan surga Allah. dunia ini bukan tujuan hidup kita, tapi akhiratlah kampung halaman sebenarnya. Janganlah tertipu janganlah terpedaya akhirat tujuan hidup kita sesungguhnya. harta, tahta, wanita, anak-anak dsb semua yang ada didunia semua itu adalah titipan Allah, mudah sekali Allah mengambil titipanNya dalam hitungan detik, apakah anda pernah melihat tsunami, gempa bumi, angin topan dsb menghancurkan bangunan-bangunan megah dikota kota? begitulah salah satu cara Allah mengambil titipanNya, maka sebagai orang kaya janganlah angkuh dan bangga diri merasa paling disegani dan lainnya, karena ketika anda mati hanya kain kafan yang dibawa. 

setiap mukmin akan masuk surga meski ia berdosa sehingga harus dimasukkan keneraka untuk membersihkan dosa, akan tetapi syaratnya adalah Tauhid dalam mengimani Allah benar.


Wallahu'alam
 Refrensi : Berbagai sumber dan kitab hadits

1 comment:

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih