Mereka menyebutkan bahwa ‘Amr bin al-’Ash pernah diutus untuk menemui Musailamah al-Kadzdzab. Hal itu berlangsung setelah pengutusan Rasulullah dan sebelum dia (‘Amr bin aI-’Ash) masuk Islam. Musailamah al-Kadzdzab bertanya kepada ‘Amr bin aI-’Ash, Apa yang telah diturunkan kepada Sahabatmu ini (Rasulullah) selama ini?” Dia menjawab, “Telah diturunkan kepadanya satu surat ringkas namun sangat padat.” Dia bertanya, “Surat apa itu?’ Dia (‘Amr) menjawab:
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Artinya :
“Demi masa,Sesungguhnya
manusia dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.” (Al-Ashr ayat 1-3)
Kemudian Musailamah berpikir sejenak, setelah itu dia berkata, “Dan telah diturunkan pula hal serupa kepadaku. Kemudian ‘Amr bertanya kepadanya “Apa itu?” Musailamah menjawab : (Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya kamu memiliki dua telinga dan satu dada. Dan semua jenismu suka membuat galian dan lubang).” Kemudian dia bertanya: “Bagaimana menurut pendapatmu, hai ‘Amr.” Maka ‘Amr berkata kepadanya, “Demi Allah, sesungguhnya aku tahu bahwa engkau telah berdusta.’
Wabr adalah binatang sejenis kucing, yang anggota badannya yang paling besar adalah kedua telinga dan dadanya, sedangkan anggota tubuh lainnya kurang bagus. Dengan halusinasi itu, Musailamah al-Kadzdzab bermaksud menyusun kalimat yang bertentangan dengan apa yang disampaikan Al-Qur’an. Namun demikian, hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh seorang penyembah berhala pada saat itu.
Imam Asy-Syafi’i rahimahulullah mengingatkan: “Seandainya manusia mencermati surat ini secara seksama, niscaya surat ini akan mencukupi mereka..”
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ(3)
Dengan menyebut Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3)
Al- ‘Ashr berarti masa yang di dalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Imam Malik meriwayatkan dan Zaid bin Aslam: “Kata al- ‘Ashr berarti shalat ‘Ashar. Dan yang populer adalah pendapat yang pertama. Dengan demikian, Allah Ta’ala telah bersumpah dengan masa tersebut bahwa manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar merugi dan binasa.
“kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih”
Dengan demikian Allah memberikan pengecualian dari itu bagi orang-orang yang beriman dan beramal shalih melalui anggota tubuhnya .
“Dan saling menasehati dalam kebenaran.”
Yaitu, mewujudkan semua bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan.
“Dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. “
Yakni bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan/diujikan kepada orang-orang yang menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar..
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih