Thursday, 5 September 2013

4 langkah menjadi seorang “Leader/Modelman Muslim”

Oleh : M. Ashabus Samaa'un

Ada  sebuah  catatan  menarik  dari  pertemuan  antara  Anis  Matta  dan  Dr.  Boyke. Dari  beberapa  kalimatnya,  Dr.  Boyke  berkata,  "Saya  baru  bertemu  ustadz  seperti  ini. Ternyata dalam Islam ada juga yang seperti ini!" Ungkapan yang terakhir, ada anggapan bahwa  seolah-olah  Islam  hanya  mengurusi  bagaimana  cara  orang  masuk  surga  dengan ibadah-ibadah mahdhoh. Islam  lebih  dari  itu,  bahkan  mungkin  di  luar  bayangan  orang-orang  yang  sudah mengenal Islam sekalipun. Proses pengembangan diri dalam kacamata Islam diilhami akan adanya  rekonstruksi  (pembangunan  ulang)  dari  manusia-manusia  yang  berada  di  zaman pasca  keberadaan Rasulullah  di  medan  revolusi  peran  manusia  di  dunia.  Dalam  kondisi perubahan peradaban manusia, diperlukan         kekuatan-kekuatan yang  dapat mengimbanginya. Konsep-konsep pengembangan  diri yang dalam Agama  Islam berorientasi  pada  pembentukan  pribadi  Muslim  yang  berkarakter  kuat,  lahir  sebagai "manusia baru" yang membawa pencerahan pada peradaban Islam.

Dalam hal itu terdapat 4 hal penting dalam membentuk diri sebagai seorang calon model (panutan) bagi umat manusia khususnya umat islam. Yaitu :

Pertama, Untuk  menjadi  manusia Muslim  yang  bisa  diandalkan  pada  abad  ke-21  harus  memenuhi  tiga  kualifikasi,  yaitu afiliasi, partisipasi, dan konstribusi.

Afiliasi adalah kita memahami dengan baik mengapa kita  memilih  Islam  sebagai  agama  dan  jalan  hidup.  Dengan  afiliasi,  manusia  diharapkan mempunyai  kecenderungan  terhadap  sesuatu,  yaitu  wilayah  nilai  Islam  sehingga  dapat menjadi  pribadi  yang  saleh.  Saleh  secara  pribadi  dapat  dibentuk  melalui  komitmen terhadap akidah, metodologi, dan sikap/akhlak. Setelah dapat saleh secara pribadi  memberikan  kualifikasi  partisipasi.  Dalam  hal  ini,  manusia  dapat  mensalehkan orang lain karena dia sudah bisa mensalehkan pribadinya. Kualifikasi yang terakhir adalah konstribusi, yaitu manusia Muslim abad ke-21 haruslah mempunyai spesialisasi dalam satu bidang keilmuan/profesi. Spesialisasi yang dimaksud adalah spesialisasi dalam pemikiran, kepemimpinan, profesional, dan keuangan.

Kedua, Selanjutnya untuk menjadi model manusia abad ke-21 kita perlu memiliki konsep diri yang jelas.

Sehingga kita akan mempunyai orientasi yang jelas  dalam  melakukan  pengembangan  diri.  Dalam  pengenalan  diri  ini,  mengambil ungkapan Ibnul Qoyyim bahwa untuk mengenal diri diperlukan pengetahuan tentang Ma'rifatulläh dan Ma'rifatunnäs . Dengan kedua pengetahuan ini manusia mempunyai orientasi/tujuan hidup, dan mengetahui cara mencapainya. Tingkatan konsep diri  adalah aku diri (di sini manusia memandang dirinya apa adanya seperti yang dia pahami); aku sosial (pada tingkatan ini manusia adalah sesuai anggapan orang lain); dan aku ideal (yaitu tingkatan dimana manusia pada kondisi seperti yang dia inginkan). Untuk  menjadi  manusia  Muslim  abad  ke-21  yang  secara  otomatis  telah  melalui  'seleksi   alam'  kita   perlu   merencanakan   pengembangan diri.  Sehingga tantangan- tantangan dakwah sekeras dan seberat apa pun dapat diatasi. Berbekal pemahaman akan diri dengan  berlandaskan  pada  pemahaman  syari'at  akan  melahirkan  kemampuan  untuk mengembangkan diri secara optimal. Mengambil Qur'an surat Al Hasyr ayat 18, yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Bisa didefinisikannya sebagai perintah untuk merencanakan hari esok yang diiringi dengan ketakwaan sebagai landasan syar'i untuk melakukan pengembangan diri. Maksud Tafsir ayat ini secara tersirat adalah, "Ekspresi yang paling kuat dari bertakwa adalah merencanakan pengembangan diri kita untuk hari esok/masa depan".

Ketiga, Membuat Analisis Swot

Kemudian juga Analisis  SWOT  yang  biasa  digunakan  pelaku  manajemen  berlaku pula untuk  membuat  SWOT  pribadi.  Dengan analisis SWOT,  pribadi Muslim akan mengetahui titik kekuatan dan kelemahan sekaligus peluang untuk diambil dan ancaman yang harus diantisipasi. Hal  yang  cukup  berpengaruh  dalam  proses  pengembangan  diri  adalah  adanya motivasi  dan  kemauan  untuk  menujunya.  Bisa didefinisikan sebagai  kemauan  sebagai tenaga jiwa, sehingga untuk membangun kemauan kita 'hanya' butuh manajemen tenaga. Manajemen  itu  meliputi  bagaimana  kita  dapat  mengumpulkan  tenaga,  menggunakannya dan  mengembalikan  tenaga  yang  telah  dimanfaatkan  sebelumnya  sehingga  kita  dapat mengantisipasi hadirnya kejenuhan. Proses  pengembangan  diri  berlanjut  pada  mengembangkan  kemampuan  berpikir. Pikiran itu seperti  tanah.  Bibit yang Anda  tanam  didalamnya adalah  motivasi.  Yang  tumbuh dari bibit tersebut adalah perilaku. Anda tidak dapat sembarangan menanam bibit pada sembarang tanah.  Anda harus mengapling terlebih dahulu tanahnya dan mengetahui tanaman yang cocok untuk pikiran seperti ini.

Keempat, Melatih kemampuan berpikir cepat dan peka keadaan

Kita harus melatih kemampuan berpikir karena kemampuan  berpikir  merupakan  salah  satu  dari  nilai-nilai  dasar  untuk  menjadi orang  multidimensi  di  samping  mentalitas  yang  luar  biasa,  karakter  yang  seimbang,  dan kondisi  fisik  yang  mendukung.  Dengan  mengembangkan  kemampuan  berpikir,  manusia dapat hidup di mana-mana, terlepas dia sebagai juru dakwah, mahasiswa, pengusaha, atau bagian dari masyarakat. Kemudian juga seorang muslim tidak akan mempunyai sikap kepedulian jika kemampuan berpikirnya tidak berkembang dan hanya memikirkan keadaan sendiri. Oleh karena itu sikap berpikir secara cepat dalam memahami lingkungan sekitarnya adalah salah satu faktor besar untuk mendorong manusia melakukan amal shalih atau sebuah kepedulian kepada sesama yang membutuhkan. Selain itu dengan memahami keadaan sekitar dengan baik maka kita akan mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan dimasyarakat. Hal itu adalah salah satu faktor besar untuk memperoleh tempat untuk memperluas jangkauan sebagai seorang pendakwah atau pembangun umat.

Refrensi :

-          Buku Modelman muslim karya Anis Matta.

-          Jurnal almanar edisi 1 tahun 2004

Wallahu'alam

 

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih