Sabar adalah sebagian dari iman. Seseorang
yang tidak mampu bersabar, maka mudah melakukan kemaksiatan, kehidupan
sosialnya diliputi dusta, berbagai sifat tak terpuji menghiasi perilakunya. Ia
begitu kasar dan perangainya buruk. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah)
dengan sabar dan shalat. Dan sesusungguhnya yang demikian itu sungguh berat,
kecuali kepada orang-orang yang khusyu. (Yaitu) mereka yakin bahwa mereka akan
menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah, 2:
45-46).
Imam Ibnu Katsir berkata, dalam firman-Nya
ini, Allah swt memerintahkan hamba-Nya untuk meraih kebaikan di dunia dan di
akhirat yang mereka dambakan, dengan cara menjadikan kesabaran dan shalat
sebagai penolong.[1]
Sabar itu meliputi segalanya yang patut
disabari. Yang paling utama dari kesabaran adalah sabar dalam menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi segala yang dilarang. Disinilah hakikat kesabaran,
dan terhimpunnya segala kebaikan.
Imam Qurthubi Rahimahullah berkata,
sabar atas penderitaan dan dalam ketaatan termasuk pendidikan jiwa dan
pengekangannya dari hawa nafsu, serta mencegahnya dari berbagai tuntutannya.
Ini merupakan akhlak para nabi dan orang-orang yang shalih.[2]
Yahya bin Al-Yaman berkata, “sabar adalah
tidak mengandai-andaikan situasi, selain apa yang Allah karuniakan kepadamu,
serta ridha terhadap apa yang Allah putuskan untukmu terkait dengan urusan
dunia dan akhiratmu.”[3]
Ali bin Abu Thalib ra berkata, ‘Sabar itu
sebagian dari iman seperti kepala yang merupakan bagian dari tubuh.”[4]
Imam Ath-Thabari berkata, alangkah benar (apa
yang dikatakan oleh) Ali. Sebab iman adalah mengenal Allah dengan hati,
menetapkan dengan lidah, dan mengerjakan dengan anggota tubuh. Maka barangsiapa
yang tidak bersabar dalam melakukan perbuatan dengan anggota tubuhnya,
sesungguhnya dia tidak berhak atas keimanannya—secara absolut. Dengan demikian,
sabar dalam melaksanakan syari’at adalah seperti kepala yang merupakan bagian
dari tubuh manusia, dimana manusia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan
kecuali dengan adanya kepala.”[5]
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar, 39: 10).
Kemudian Allah Ta’ala juga berfirman:
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi
ilmu: ‘Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah itu lebih baik bagi
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, dan pahala itu tidak akan didapat,
kecuali oleh orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Qashash: 80).
Allah Ta’ala menganjurkan kepada manusia,
supaya memohon pertolongan kepada-Nya dengan sabar dan shalat. Sungguh sabar
itu tidak ada batasnya. Sabar itu sabar terus sampai kita kembali kepada Allah
Ta’ala.
Oleh karena itu kesimpulannya adalah jika
kita pernah berkata bahwa kesabaran saya sudah habis, karena suatu masalah.
Bukan berarti anda mampu bersabar sampai batasan tertentu, tapi anda memang
tidak cukup keimanan dan ketaqwaan untuk bersabar atas ujian itu. Untuk itu
pertebalah keimanan kita dengan cara melatihnya, semisal berpuasa adalah salah
satu cara melatih kesabaran. Sabar dan pasrah itu beda. Pasrah itu kita
hanya bisa menyerah karena tidak mampu berbuat apapun. Kalau sabar itu kita
mampu berbuat ini itu tapi kita menahannya supaya tidak timbul keburukan yang
lebih buruk dari masalah itu.
wallahu'alam
[1] Sahih
Tafsir Ibnu Katsir (Peniliti Syaikh Al-Mubarakfuri), (QS. Al-Baqarah, 2:
45-46). Jilid 2. Hal. 238.
[2]
Al-Jami’li-Ahkaam Al-Quran, Imam Al-Qurthubi. QS. Al-Baqarah, 2; 45. Jilid 1,
Hal. 818.
[3]
Al-Jami’li-Ahkaam Al-Quran, Imam Al-Qurthubi. QS. Al-Baqarah, 2; 45. Jilid 1,
Hal. 818.
[4]
Al-Jami’li-Ahkaam Al-Quran, Imam Al-Qurthubi. QS. Al-Baqarah, 2; 45. Jilid 1,
Hal. 818.
[5]
Al-Jami’li-Ahkaam Al-Quran, Imam Al-Qurthubi. QS. Al-Baqarah, 2; 45. Jilid 1,
Hal. 818.
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih