Alhamdulillahirrabbil’alamin. Aku bersaksi bahwa
tiada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Shalawat dan salam saya haturkan
kepada Nabi Muhammad tercinta, keluarganya yang mulia, para sahabat, dan semua
kaum muslimin. Menurut riwayat Abu Nu’aim dari Tsabit, dari Anas, dia berkata,
“Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam;
Menurut Imam Al-Qurthubi dalam Kitab At-Tadzkirah
yang ditulisnya, bahwa; hadits ini shahih maknanya, karena itu nyata terjadi.
Bahkan kata Mak-hul, “Akan datang saatnya kepada manusia di mana orang alim
lebih busuk daripada bangkai keledai.”[2]
At-Tarmidzi Al-Hakim meriwayatkan dari Anas, ia
berkata, “Berabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam;
Para sahabat bertanya, “(lima puluh orang) dari kami, ataukah dari mereka?” Rasul menjawab, “Bahkan, dari kamu sekalian.”[3]
Abu Muhammad Ad-Darimi meriwayatkan, dari Muadz
bin Jabal Radhiyallahu Anhu, dia berkata:
“Al-Quran akan rusak dalam hati beberapa kaum, sebagaimana rusaknya
baju, lalu rontok sedikit demi sedikit. Mereka membacanya, tanpa menemukan
kesenangan dan kelezatan padanya. Mereka mengenakan kulit-kulit domba padahal
berhati serigala. Perbuatan mereka adalah keserakahan, tanpa dicampuri rasa
takut. Jika mereka menginginkan sesuatu, mereka berkata, “Kita akan diampuni.
Bukankah kita tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun?”[4]
Kami akan menulis sebuah hadits yang diriwayatkan
Ibnul Mubarak. Hadits ini berstatus dhaif, kami tidak
menulisnya kecuali sebagai pelajaran agar diambil hikmah dan korelasinya dengan
kondisi akhir zaman saat ini. Imam Al-Qurthubi juga menulis hadits ini ketika
ia menjelaskan tentang Tafisr Firman Allah Ta’ala: “Bahan bakar neraka
adalah manusia dan batu.” (QS. Al-Baqarah, 2: 24).[5]Berikut
riwayatnya;
Ibnu Mubarak meriwayatkan dari Al-Abas bin Abdul
Muthalib[6] Radhiyallahu Anhu, dia berkata, “Bersabda
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam:
“Agama ini akan menang, sehingga melintas lautan, dan sehingga lautan
itu dimasuki pasukan berkuda (yang berperang) di jalan Allah Tabaraka wa
Ta’ala. Kemudian, datanglah beberapa kaum yang membaca Al-Quran. Lalu, apabila
telah usai membacanya, mereka berkata: “Siapakah yang lebih pandai membacanya
daripada kami? Siapakah yang lebih alim daripada kami?”Kemudian Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam menoleh kepada para sahabatnya seraya berkata:
“Apakah kamu melihat kebaikan pada orang-orang itu?”
Mereka menjawab; “Tidak.”
Nabi bersabda:
“Mereka itu dari kalangan kamu juga. Mereka itu dari kalangan umat ini. Tapi mereka itulah bahan bakar Neraka.”[7]
Ambil hikmahnya karena ibadah bukan untuk
berbangga-bangga, melainkan ibadah itu karena Allah Ta’ala. Membaca Al-Quran
adalah salah satu bentuk amalan mulia, maka jangan kita berbangga-bangga dalam
melantunkannya.Sifat bangga selalu berbanding lurus dengan sifat
merendahkan orang orang lain. Kalau seseorang membanggakan dirinya, amalannya,
maka secara otomatis ia telah merendahkan yang lain. Ini adalah sifat-sifat
tidak terpuji.
Al-Quran tidak pantas dijadikan sebagai ajang
pertandingan untuk membangga-banggakan diri, nama negara, kampung. Dan Al-Quran
bukan pula dibaca untuk meraih pujian. Duhai buruk sekali andai saja mereka
tahu. Sedangkan syaitan menyukai ketidaktahuan seorang hamba, hingga ia
membuatnya bertambah jauh kesesatannya, maka ia menjadi jahil.
Ketahuilah, pena tidak diangkat dari orang yang bodoh.
Al-Quran itu dibaca dan diamalkan. Demikianlah,
tiada pujian kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.
wallahu'alam
[1] HR. Al-Hakim, Kitab Al-Mustadrak (No. 7883).
[2] At-Tadzkirah, Imam Al-Qurthubi, jilid 2, hal
557 [Kami mengira maksud dari perkataan Mak-hul adalah orang yang tampak alim,
tapi sebenarnya durhaka kepada Allah swt].
[3] At-Tadzkirah, Imam Al-Qurthubi, jilid 2, hal
558.
[4] At-Tadzkirah, Imam Al-Qurthubi, jilid 2, hal
558.
[5] Lihat Kitab At-Tadzkirah, Imam Al-Qurthubi,
jilid 2, hal 78.
[6] Sanad lengkapnya adalah; Ibnu Mubarak
meriwayatkan hadits ini dari Musa bin Ubaidah, dari Muhammad bin Ibrahim bin
Harits At-Taimi, dari Ibnu Al-Hadi, dari Al-Abbas bin Abdul Muthalib Radhiyallahu
Anhu. Hadits dikatakan dhaifkarena keberadaan Musa bin
Ubaidah dalam sanadnya—lihat catatan kaki Kitab At-Tadzkirah, Imam Al-Qurthubi,
jilid 2, hal 78.
[7] Hadits dikutip dari Kitab At-Tadzkirah, Imam
Al-Qurthubi, jilid 2, hal 78.
Refrensi : fajarcoid
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih