Oleh :
M.Ashabus Samaaun
(www.ashabul-muslimin.tk)
Mukadimah Hadits :
Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa kalian dan harta kalian akan tetapi Dia melihat kepada hati (tingkat ketaqwaan) kalian dan perbuatan-perbuatan (amalan) kalian.” (HR. Muslim)
Penjelasan Singkat
Dalam hadits ini Rasulullah meluruskan pandangan kemuliaan seorang hamba di sisi Allah , sekaligus meluruskan pandangan sebagian manusia yang salah dalam penilaian tersebut. Kemuliaan seseorang di pandangan Allah bukan hanya dilihat dari sisi lahirnya saja seperti rupa yang cantik atau tampan, harta yang belimpah, keturunan yang baik dan seterusnya, akan tetapi Allah hanya melihat amal hati seperti keikhlasan, rasa khauf, ketundukan dan juga amal anggota badan seperti shalat, puasa, dan lain-lain. karena kekayaan, kecantikan, pangkat dan jabatan, keturunan dan sebagainya itu tak satupun yang menjamin anda selamat diakhirat kelak!. Yang menjamin adalah tingkat ketaqwaan anda kepada Allah.
Jangan membeda-bedakan manusia karena profesi dan jabatan
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah, membaca judul tulisan diatas mungkin jarang ada judul seperti ini, bukannya saya mengunggulkan profesi tertentu dan merendahkan profesi yang lain karena semua profesi itu sama saja asal profesi yang halal, profesi yang rendahan adalah profesi yang haram dan tindak kejahatan semacam penjahat, perampok, begal, pencuri, wanita tuna susila dsb.
Pernah saya juga menjadi kuli bangunan karena kuli menurut saya pekerjaan yang menyehatkan karena pekerjaan ini melatih fisik yang kuat dan keluar keringat, dibandingkan mereka yang kerja duduk duduk dikantor harus berolahraga rutin untuk sekedar melatih otot otot yang kendur agar tidak kaku dan pegal pegal. Sebelumnya saya juga kerja dikantor karena bosan dan jenuh saya mencoba profesi kuli bangunan.
berawal dari sebuah menyimak pembicaraan intinya berbunyi 'beginilah rasanya jadi orang kecil, susah, terhimpit, hidup selalu sengsara, sementara profesi cuma kuli bangunan yang dipandang sebelah mata, gaji pas-pasan, kadang cuman cukup bayar hutang'.
Hidup didunia memang penuh perjuangan, fitnah, ujian dan cobaan, terkadang pahitnya hidup ini membuat kita lupa nikmat yang telah Allah berikan kepada kita, sehingga kita lupa untuk mengingatnya. sehingga kita lupa bersyukur kepada Allah, padahal sumber kebahagiaan adalah bersyukur dengan nikmat karunia yang Allah berikan. bukan sekedar banyak harta dan kemewahan dunia, kalau harta tidak berkah tidak disertai rasa bersyukur maka justru kesusahan yang didapat, hidup seakan terhimpit.
Sesuai judul tulisan ini, memang kadang profesi kuli bangunan dipandang sebelah mata oleh sebagian orang, dipandang sebagai profesi yang rendah dan kurang prospek dikalangan sosial masyarakat sekarang ini. tapi sebaliknya menurut saya profesi ini termasuk profesi yang mulia kenapa? karena tanpa adanya kuli bangunan maka tukang bangunan tidak bisa bekerja dengan lancar, klo tidak ada kuli dan tukang maka tidak ada yang buat rumah, kalau tidak ada rumah? anda orang kaya berduit mau beli tempat tinggal dimana? didalam gua? atau dibawah batu?
daripada kita mencari harta dari yang tidak halal, semisal mencuri, merampok, membegal atau jual diri dan sebagainya, sudah tidak berkah hartanya, juga berdampak azab didunia apalagi diakhirat. Tidak ada yang salah mencari rejeki dengan menjadi kuli bangunan, apalagi jika niatnya ibadah, untuk menafkahi keluarga, membiayai anak sekolah dan sebagainya insyallah juga bernilai ibadah. memang pekerjaan kuli tergolong kasar, panas-panasan dibawah terik matahari, keringat bercucuran, akan lebih menderita lagi jikalau anda tidak mau mensyukuri dan mengeluh dengan keadaan anda.tetaplah bersyukur anggap semuanya perjuangan menuju ridho Allah maka insyaAllah hidupmu berkah. bersyukurlah karena kita masih diberi kesehatan untuk bekerja, fisik yang masih sempurna untuk mencari nafkah, karena banyak orang yang lebih buruk keadaanya daripada kita, terbaring lemah dirumah sakit, ataupun badan cacat sulit untuk bergerak.
Tingkat Kemuliaan Seseorang di Sisi Allah adalah Ketaqwaannya
Dari pembahasan diatas, oleh karena itu kita tidak boleh memandang rendah profesi satu dengan yang lainnya karena semua manusia dimata Allah itu sama, profesor, dokter, pilot guru, mandor, kuli bangunan, pramuniaga, pedagang, polisi, tentara, pejabat, presiden, montir, petani, pekebun, sudagar dsb semuanya sama dalam pandangan Allah, yang berbeda hanya seberapa besar takwanya, kemuliaan seseorang disisi Allah tergantung dari tingkat ketaqwaannya, sedangkan takwa itu letaknya dihati, tidak ada yang mengetahui selain Allah.
Sebagai mana firman Allah ;
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
jelaslah dari ayat diatas seorang muslim akan menganggap derajat manusia disisi Allah itu sama sehingga tidak membeda-bedakan pangkat, jabatan, kekayaan harta dan sebagainya, oleh karena itu janganlah kita saling menghina dan merendahkan hanya karena beda profesi, beda jabatan, beda kekayaan harta, karena itu adalah hal yang amat dibenci oleh Allah karena menghina sesama manusia karena merasa diri lebih tinggi adalah kesombongan sedangkan orang yang sombong tidak akan masuk surga, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut ini
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain“ (HR. Muslim)
jadi intinya pekerjaan apapun kita harus tetap bangga jangan berkecil hati dengan apapun pandangan profesi kita dimata orang lain dan diiringilah dengan ketaqwaan semisal pas waktunya sholat ya berhenti dari pekerjaan, sholat lah terlebih dahulu ijin pimpinan atau mandornya. dengan begitu hidup akan terasa lebih berkah. karena hidup ini juga harus seimbang antara pekerjaan dan ibadah. tidak boleh timpang atau berat sebelah semisal kerja terus menerus tanpa ibadah, memangnya duit bisa dibawa mati? atau ibadah terus menerus tanpa bekerja terus kita mau makan apa?
Jangan Ngimpi Masuk Surga, Kalau Hidupmu Belum Di uji
Setiap manusia juga pasti menginginkan hidup bahagia didunia dan sesudah mati, hidup didunia serba ada dan hidup dalam kemewahan serta keluarga yang utuh tanpa sedikitpun rasa kesedihan. dan diakhirat pun berangan ingin masuk surga yang penuh kenikmatan abadi.
tapi apakah itu mungkin? padahal Rasulullah saja yang dijamin masuk surga hidupnya penuh cobaan? dicaci maki dihina dilempari kotoran unta oleh orang kafir terkadang juga kelaparan tidak ada yang dimakan terpaksa perutnya diganjal batu!
Allah berfirman :
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah : 214)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. ( QS. Al Baqarah : 155 )
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran : 142)
Nabi Saw pernah bersabda ;
Aku menjenguk ke surga dan aku melihat kebanyakan penghuninya orang-orang fakir (miskin). Lalu aku menjenguk ke neraka dan aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita. (HR. Bukhari dan Muslim)
'Orang-orang fakir-miskin akan memasuki surga lima ratus tahun (setengah diakhirat) sebelum orang-orang kaya memasukinya. (HR. Tirmidzi dan Ahmad)
Dari ayat diatas ini patutlah kita menangis,
mungkin kita mengimpikan bahwa setelah mati kita masuk surga? siapa yang menjamin?
apakah kita pernah ditimpa ujian berat? dan kita bersabar?
apakah kita hidup sengsara didunia kemudian kita tetap bertakwa?
apakah kita diberi cobaan kemiskinan tapi kita tetap bersyukur dan tidak mengeluh?
apakah kita sudah berjihad baik itu jihad harta, jihad fisik membela kebenaran, jihad menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu agama, maupun jihad dakwah dan jihad yang lainnya untuk perjuangan agama?
sementara diantara kita banyak yang bergelimang harta hidupnya serba ada namun pelit kikir tidak mau berbagi kepada yang membutuhkan. Tidak mau bersyukur, justru dikaruniai kekayaan malah semakin tamak dan kikir. kemudian kita berangan masuk surga? apakah anda tidak punya akal sehat? siapa diri anda? apa yang telah anda lakukan dan korbankan untuk agama? sebanyak apakah amal kebaikan yang telah anda perbuat untuk sesama manusia? kenapa anda begitu optimis masuk surga? apakah anda tidak mengerti juga. bahwa segala kekayaan harta yang telah kita usahakan mati-matian semua itu tak ada yang menemani kita menuju alam kubur, istri anda, anak anda, saudara anda semuanya tak ada yang menemani anda ketika anda memasuki liang lahat. jangan menyombongkan diri dengan apa yang kita punya apalagi sampai menyakiti hati orang yang lebih buruk keadaannya daripada kita. karena itu bisa berdampak azab Allah menimpa diri anda jika tidak didunia maka akan lebih buruk diakhiratnya.
Sementara bagi kita yang kekurangan, hidup dalam kesulitan harta, kemiskinan dan kelaparan bersabarlah tetaplah berpegang kuat kepada tali agama, jika kita bersabar dan bersyukur Allah menjanjikan surga, jangan sampai menjual agama untuk kekayaan yang sedikit, karena tidak jarang banyak orang pedalaman yang kurang pemahaman agamanya dimurtadkan diiming imingi sejumlah sumbangan dan uang. keimanan kepada Allah adalah kekayaan terbesar, tidak mampu dibeli meski dengan emas sebesar bumi, sungguh malang manusia yang menjual agamanya demi sebungkus nasi. padahal yang menentukan nasib kita diakhirat nanti adalah keimanan kita, kalau iman telah tiada? apa yang dapat kita sandarkan untuk mempertanggung jawabkan perbuatan kita kepada Allah nanti?
padahal akhirat itu abadi dan kekal, satu hari diakhirat saja sama dengan seribut tahun didunia, apakah kita ada yang umurnya sampai seribu tahun? padahal seribu tahun dunia itu cuman sehari diakhirat.kita hidup didunia cuman palingan 60-70 tahunan saja. itu cuman setara dengan 1 jam 40 menit waktu akhirat. sesingkat itulah kehidupan dunia, tapi menentukan nasib kita diakhirat, oleh karena itu jangan sampai menyia-nyiakan keimanan kita hanya karena hal sepele.
mengingat waktu yang kurang memadai, cukup sekian dari kami semoga bermanfaat.
Wallahu'alam
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih