Kita telah banyak mendengar dan mungkin sampai bosan. Disana sini umat islam bertikai / berselisih dan masing-masing merasa benar dengan apa yang mereka pegang, akan tetapi yang mereka pegang belum tentu benarnya alias sesat. Karena barangkali mereka bicara sebelum tahu ilmunya dan tidak berbegang kepada manhaj yang sungguh pasti benarnya yaitu manhaj sunah (ahlus sunah wal jama’ah) karena memang pada hakikatnya Islam itu adalah Ajaran yang dibawa oleh utusan Allah SWT yang terakhir / Rasulullah SAW dan ajaran Islam yang benar tentunya hanyalah apa yang Rasulullah ajarkan. Dan dewasa ini kita banyak melihat masyarakat melakukan ibadah yang hakikatnya tidak ada dijaman Rasulullah seperti : peringatan orang mati (haul), ruwatan, nyadran, metoni dsb. Yang pada hakikatnya jika diteliti kesemuanya itu ternyata adalah ajaran agama hindu yang dikolaborasi dengan ajaran islam. Rasulullah telah memberikan isyarat kepada kita bahwa amalan-amalan baru yang dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang Rasulullah dan para sahabat radhiallahuanhu contohkan maka amalan tersebut tidak mendapat pahala alias tertolak dan bahkan bisa-bisa terjerumus kedalam kemusyrikan dan kesesatan. Sesuai sabda Rasulullah SAW berikut :
مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 20 dan Muslim no. 1718)
Dan setiap bid’ah bisa menjerumuskan kedalam kesesatan, sesuai dengan yang disebutkan Rasulullah SAW :
نَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ (رواه النسائي )
"Sebenar-benar perkataan adalah Kitab Alloh (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru (muhdats), dan setiap perkara yang baru (muhdats) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesasatan tempatnya neraka" (HR. An-Nasa’i)
Oleh karena itu memahami ilmu agama yang lurus merupakan perkara sangat penting bagi setiap muslim dan muslimah supaya kita tidak terjerumus kedalam perkara-perkara sesat dan bicara sesat tanpa ilmu, hadits Nabi SAW :
Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bersabda : Menuntut ilmu ( Dien ) merupakan kewajiban ( Fardhu Ain’ ) atas setiap muslim.(Hadits Shahih, Ibnu Majah no. 224, dari Anas bin Malik).
Allah mencela kebodohan,:
Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara kepada mereka dan Kami kumpulkan pula segala sesuatu di hadapan mereka niscaya mereka tidak juga akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (bodoh). (Al-An’am : 11)
Agama adalah apa yang telah dikatakan Allah dalam kitabNya Al-Qur’anul Karim dan sabda RasulNya dalam Sunnahnya. Oleh karena itu berbicara masalah agama tanpa ilmu dari Allah dan RasulNya termasuk kebodohan yang sangat berbahaya. Berbicara hanya berdasarkan akal, perasaan, dugaan, dan perkiraan, atau pendapat pribadi semata (hawa nafsu) dapat sesat dan menyesatkan orang lain, beberapa bahaya berbicara masalah agama tanpa ilmu.
Menyebarnya kebodhohan sekarang merupakan tanda akhir zaman :
Rasulullah Shalallahu'alaihi wa sallam bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengambil ilmu dengan cara mencabutnya dari hamba, akan tetapi Dia akan mencabut ilmu tersebut dengan mematikan para ulama sehingga tidak terdapat seorang yang berilmu, niscaya manusia akan menjadikan para tokoh dan pemimpinnya sebagai pemimpinnya (mengantikan kedudukan para ulama), lalu mereka berfatwa tanpa ilmu, lalu mereka sesat dan menyesatkan". (Hadits riwayat Imam
Muslim).
Dan perkara ini adalah tanda-tanda kiamat, Nabi Shalallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiamat adalah dicarinya ilmu dari orang rendahan". (Lihat kitab hadits shahih nomor 695).
Maka dari itu marilah kita menuntut ilmu Islam dengan sungguh-sungguh agar tidak termasuk kaum bodoh yang bicara tanpa ilmu dan bertaklid buta (asal ikut-ikutan) yang berakhir pada ikut-ikutan sesat.
DAMPAK DARI BICARA TANPA ILMU
1. Hal ini merupakan perkara tertinggi yang diharamkan oleh Allah.
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui (berbicara tanpa ilmu)." (Al-A’raf:33)
Imam Ibnul Qayyim ( beliau adalah murid dari Ibn Taimiyah ) meenjelaskan, Allah mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan menjadi empat tingkatan. Dia memulai dari yang terendah yaitu perbuatan-perbuatan keji, kemudian dosa dan kezhaliman, kemudian menyekutukan Allah (syirik), kemudian yang paling besar keharamannya yaitu berbicara tentang Allah tanpa ilmu. Hal itu meliputi berbicara tentang Allah tanpa ilmu di dalam nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatan-perbuatanNya dan di dalam agamaNya dan syari’atNya.
Syeikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz berkata : “Berbicara tentang Allah tanpa ilmu termasuk perkara besar yang diharamkan oleh Allah, bahkan hal itu disebutkan lebih tinggi dari perbuatan syirik . Karena di dalam ayat tersebut Allah mengurutkan perkara-perkara yang diharamkan mulai dari terendah sampai yang paling tinggi.
2. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan salah satu bentuk dusta atas nama Allah, yang merupakan kezhaliman terbesar.
“Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?" Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (Al-An’am:144)
3. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan kesesatan dan menyesatkan orang lain.
Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bersabda : Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut ilmu dari hamba-hambaNya sekaligus, tetapi Dia akan mencabut ilmu dengan mematikan para ulama. Sehingga ketika Allah tidak menyisakan seorang alimpun , orang-orangpun mengangkat pemimpin-peminpin yang bodoh. Lalu para pemimpin itu ditanya, kemudian mereka berfatwa tanpa ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan orang lain. (Hadits Shahih Riwayat Bukhari no. 100).
4. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikat mengikuti hawa nafsu.
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun (Al-Qashshash:50)
5. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu merupakan sikap mendahului Allah dan RasulNya.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mendengar lagi Maha Mengetahui.
(Al-Hujuraat:1).
6. Orang yang berbicara tentang Allah tanpa ilmu menanggung dosa-dosa orang-orang yang disesatkan.
Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam bersabda : Barangsiapa menyeru kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala sebagaimana pahala-pahala orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa menyeru kepada kesesatan, maka dia mendapatkan dosa sebagaimana dosa-dosa orang yang mengikutinya, hal itu tidak mengurangi dosa mereka sedikitpun. (Hadits Shahih Muslim no. 2674, dari Abu Hurairah).
7. Berbicara tentang Allah tanpa ilmu akan dimintai tanggung jawab.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak meempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Al-Isra’:36).
Diantara hukum yang dapat dikeluarkan dari ayat yang mulia ini ialah :
• Larangan menetapkan sesuatu, baik dengan perkataan atau perbuatan tanpa ilmu.
• Ilmu terlebih dahulu sebalum berkata dan berbuat.
• Islam mendasari segala sesuatu dengan ilmu.
8. Orang yang berbicara tentang Allah tanpa Ilmu termasuk tidak berhukum dengan apa yang Allah turunkan.
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” [QS. Al-Maaidah : 44].
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Barang siapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang dhalim” [QS. Al-Maaidah : 45].
وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik” [QS. Al-Maaidah : 47].
Nah, dari kajian diatas dapat kita simpulkan bahwa sebaiknya sebagai seorang muslim kita tidak boleh berkata-kata kecuali yang benar jika tidak bisa maka sebaiknya diam karena diam itu juga sebagian dari kebijaksanaan. Belum lagi jika kita bicara agama tanpa ilmu dan tanpa dasar maka pasti akan sesat dan menyesatkan orang lain. Kita juga sangat tidak boleh menafsirkan kitab Allah dan al-hadits dengan akal sendiri seperti yang dilakukan jaringan islam liberal (JIL) misalnya, mereka menafsirkan al-ikhlas bahwa mereka mengakui tuhan itu satu akan tetapi satu disini adalah yang penting bertuhan satu tidak peduli siapa yang mereka sembah alias semua agama adalah sama, dan merekapun menyamakan Allah dengan makhluk bahkan menyamakan dengan benda najis berhala, Naudzubillah
Konsekuensi yang akan ditanggung seorang yang bicara tanpa ilmu adalah siksaan neraka jahanam yang kekal, karena pada hakikatnya mereka telah murtad dari islam seperti keluarnya anak panah dari busurnya, tanpa mereka sadari. Kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian. amien
Wallahu ‘Alam
0 comments:
Post a Comment
Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih