A. Mukadimah
Kita sudah banyak mendengar tentang kata “syiah” , lalu apakah syiah itu termasuk dalam golongan agama Islam yang lurus atau justru termasuk golongan yang sesat sejauh-jauhnya? Maka ada pepatah “kita takkan terjerumus kedalam lubang kalau kita tahu disitu ada lubang”. Begitu juga dengan aliran sempalan sesat satu ini kita harus menjauhi sejauh-jauhnya karena yang sebenarnya syi’ah itu merupakan buatan tokoh yahudi munafiq yang berpura-pura masuk Islam yang bertujuan mengadu domba umat islam.
Syi’ah secara etimologi bahasa berarti pengikut, sekte dan golongan seseorang. Adapun menurut terminologi syariat bermakna: Mereka yang berkedok dengan slogan kecintaan kepada Ali bin Abi Thalib beserta anak cucunya bahwasanya Ali bin Abi Thalib lebih utama dari seluruh shahabat dan lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan kaum muslimin, demikian pula anak cucu sepeninggal beliau. (Al-Fishal Fil Milali Wal Ahwa Wan Nihal, 2/113, karya Ibnu Hazm). Sedang dalam istilah syara’, Syi’ah adalah suatu aliran yang timbul sejak masa pemerintahan Utsman bin Affan yang dipimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari.
Dedengkot / pendiri syiah adalah Abdullah bi Saba’ seorang tokoh yahudi munafik. Dia mengenalkan ajarannya secara terang-terangan dan menggalang massa untuk memproklamasikan bahwa kepemimpinan (imamah) sesudah Nabi Muhammad saw seharusnya jatuh ke tangan Ali bin Abi Thalib karena suatu nash (teks) Nabi saw. Menurut Abdullah bin Saba’, Khalifah Abu Bakar, Umar dan Utsman telah mengambil alih kedudukan tersebut. (Dalam Majmu’ Fatawa, 4/435,) Abdullah bi Shaba menampakkan sikap ekstrem di dalam memuliakan Ali, dengan suatu slogan bahwa Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum (terjaga dari segala dosa). Padahal yang maksum itu hanya Rasulullah selain rasul pasti punya salah walaupun sedikit.
Dalam ajaran sekte Syi’ah, sahabat Ali bin Abi Thalib -rodhiallahu’anhu- merupakan sosok pemimpin tertinggi yang anti salah alias ma’sum, sama halnya dengan para nabi dan rasul. Dalam ajaran sekte Syiah, dikenal pula dua orang “setan” (padahal mereka adalah sahabat Nabi yang mulia) yang merupakan musuh utama bagi mereka, yaitu Abu Bakar dan Umar -rodhiallahu’anhuma, Naudzubillah mereka mencaci para sahabat nabi yang mulia.
Keyakinan itu berkembang terus-menerus dari waktu ke waktu, sampai kepada "menuhankan Ali bin Abi Thalib RA. Berhubung hal itu suatu kebohongan, maka diambil suatu tindakan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu mereka dibakar, lalu sebagian dari mereka melarikan diri ke Madain. Pada periode abad pertama Hijriah, aliran Syi’ah belum menjelma menjadi aliran yang solid. Barulah pada abad kedua Hijriah, perkembangan Syiah sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstream tersendiri. Pada waktu-waktu berikutnya, Syiah bahkan menjadi semacam keyakinan yang menjadi trend di kalangan generasi muda Islam, mengklaim menjadi tokoh pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan prinsip dasar keyakinan ini yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri. Kita wajib berhati-hati terhadap hal ini.
Lalu syiah sering juga disebut dengan karena mereka menolak keimaman (kepemimpinan) Abu Bakr dan Umar bahkan membencinya berlebihan. Dan dikatakan mereka dinamakan dengan Rafidhah karena mereka menolak agama Islam ini.
B. Perkembangan Syiah
Bertahun-tahun lamanya gerakan Syiah hanya berputar di Iran, rumah dan kiblat utama Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia. Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di Iran, marak dan muncul di mana-mana.
Perkembangan Syi’ah, yaitu gerakan yang mengatasnamakan madzhab Ahlul Bait ini memang cukup pesat, terlebih di kalangan masyarakat yang umumnya adalah awam dalam soal keagamaan, menjadi lahan empuk bagi gerakan-gerakan aliran sempalan untuk menggaet mereka menjadi sebuah komunitas, kelompok dan jama’ahnya.
Ditemukan di dalam buku Daairatul Ma'arif bahwasanya : golongan yang muncul dari cabang-cabang syi'ah jauh melebihi dari angka tujuhpuluh tiga golongan yang terkenal itu.
Bahkan dikatakan oleh seorang rafidhah Mir Baqir Ad Damaad, sesungguhnya seluruh firqoh-firqoh (golongan) yang tersebut dalam hadits, yaitu hadits berpecahnya umat ini menjadi tujuh puluh tiga golongan, maksudnya adalah firqoh-firqoh syi'ah. Dan sesungguhnya golongan yang selamat itu dari mereka adalah golongan Imamiyah.
Al Maqrizi menyebutkan bahwa jumlah firqoh-firqoh mereka itu sampai 300 (tiga ratus) firqoh.
As Syahrastaani berkata : “Sesungguhnya Rafidhah terbagi menjadi lima bagian : Al Kisaaniyah, Az Zaidiyah, Al Imamiyah, Al Ghaliyah dan Al Ismailiyah.”
Al Baghdadi berkata : “Sesungguhnya Rafidhah setelah masa Ali ada empat golongan : Zaidiyah, Imamiyah, Ghulaah dan Kisaaniyah.”
Perlu diperhatikan bahwa sesungguhnya Az Zaidiyah tidak termasuk dari firqoh-forqoh Rafidhah, kecuali kelompok Al Jarudiyah.
C. Doktrin Taqiyah Syi’ah
Untuk menghalangi perkembangan Syi’ah sangatlah sulit. Hal itu dikarenakan Syi’ah membuat doktrin dan ajaran yang disebut “taqiya.” Apa itu taqiyah? Taqiyah adalah konsep Syiah dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Konsep taqiya ini diambil dari riwayat Imam Abu Ja’far Ash-Shadiq beliau berkata: “Taqiyah adalah agamaku dan agama bapak-bapakku. Seseorang tidak dianggap beragama bila tidak bertaqiyah.” (Kitab Al-Kaafi /kitab hadits syi'ah, jus II, hal. 219).
Jadi sudah jelas bahwa Syi’ah mewajibkan konsep taqiyah kepada pengikutnya, berarti juga mereka menghalalkan kemunafikan. Seorang Syi’ah wajib bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya maupun orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam keselamatannya serta di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok, para tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pura-pura berangkat sholat di masjidnya dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi membendung gerakan mereka.
Padahal, arti taqiyah menurut pemahaman para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berdasar pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, taqiyah tidaklah wajib hukumnya, melainkan mubah, itupun dalam kondisi ketika menghadapi kaum musyrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya, atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena tidak ada jalan lain.
Doktrin taqiyah dalam ajaran Syi’ah merupakan strategi yang sangat hebat untuk mengembangkan pahamnya, serta untuk menghadapi kalangan Ahli Sunnah, hingga sangat sukar untuk diketahui gerakan mereka dan kesesatannya.
D. Kesesatan-Kesesatan Syi'ah
"Tak kenal, maka tak menjauhi", maka kami paparkan juga disini kesesatan-kesesatan yang banyak sekali baik dalam segi akidah maupun ibadah.
Berikut ini adalah kesesatan akidah syi’ah :
1. Meyakini akidah al-badaa’ / Allah SWT memiliki kekurangan / kejahilan (kebodohan).
Al Badaa’ yaitu bermakna tampak (muncul) setelah sembunyi, atau bermakna timbulnya pandangan baru. Al Badaa’ sesuai dengan kedua makna itu, haruslah didahului oleh ketidaktahuan, serta baru diketahui. Keduanya ini merupakan suatu hal yang mustahil atas diri Allah, akan tetapi orang Rafidhah (syiah) menisbatkan kepada Allah sifat Al Badaa'.
Telah diriwayatkan dari Ar Rayaan bin Al Sholt, ia berkata : "Saya telah mendengar Al Ridha berkata : "Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali mengharamkan khamar, dan mengakui bahwa Allah itu memiliki sifat Al Badaa'". Dan dari Abi Abdillah ia berkata : "Tidak pernah Allah diibadati dengan sesuatu apapun seperti (mengibadatinya dengan) Al Badaa’.
Maha Tinggi Allah dari hal itu dengan ketinggian yang besar. Maha Suci Allah dari perkataan sesat meraka, Lihatlah wahai saudaraku muslim, bagaimana mungkin mereka menisbatkan kepada Allah subhanahu wa ta'ala sifat jahal (ketidaktahuan), Naudzubillahi min dzalik.
2. Meyakini Imam mereka mengetahui hal yang ghoib ,
Di sisi lain Rafidhah (syi'ah) meyakini bahwa sesungguhnya para imam mengetahui seluruh ilmu termasuk hal-hal yang ghaib, dan berkeyakinan tidak akan tersembunyi baginya sesuatu apapun. Padahal Allah SWT berfirman :
Artinya : Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.” (QS. An-Naml ayat 65)
Apakah ini keyakinan Islam (akidah Islam) yang dibawa oleh nabi Muhammad -Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam-? Padahal Rasulullah sendiri yang merupakan pembawa ajaran Islam tidak mengetahui hal yang Ghaib, sesuai Firman Allah SWT :
Katakanlah "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)? (QS. Al-Anam Ayat 50)
Al Kulaini meriwayatkan di Al Kafi : Bab "Sesungguhnya para imam, jika mereka berkehendak untuk mengetahui, maka mereka pasti mengetahuinya". Dari Jafar ia berkata : "Sesungguhnya Imam jika ia berkehendak mengetahui, maka ia pasti mengetahui, dan sesungguhnya para imam mengetahui kapan mereka akan mati, dan sesungguhnya mereka tidak akan mati kecuali dengan pilihan mereka sendiri."
Lihatlah perkataan sesat mereka, mereka mendakwakan diri bahwa Imam mereka mengetahui kapan kematiannya, padahal kematian itu adalah hal ghaib yang hanya milik Allah SWT pengetahuan tentang itu, mengetahui mati dan di mana akan mati itu adalah rahasia yang tidak diketahui kecuali hanya Allah semata,
Allah berfirman : "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yagn dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahi lagi Maha Mengenal” (QS. Lukman ayat 34)
Masih ragukah dengan kesesatan syi’ah yang amat nyata tersebut?
3. Mereka menolak sifat-sifat Allah SWT yang tercantum dalam al-Qur’an dan al-Hadits:
Adalah Rafidhah orang yang pertama kali mengatakan tajsiim (bersifat seperti tubuh manusia). Sungguh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah menentukan bahwa sesungguhnya orang yang melakukan kedustaan ini dari kalangan kaum Rafidhah adalah Hisyam ibnul Hakam, dan Hisyam bin Salim Al Jawaliqi, Yunus bin Abdurrahman Al Qummi, dan Abu Ja'far Al Ahwal.
Seluruh orang yang disebutkan tadi termasuk syeikh-syeikh besar golongan Itsna Asyariyah (Rafidhah), kemudian mereka menjadi pemeluk paham Jahmiyah mu'athilah, sebagaimana sekumpulan riwayat mereka menyifati Rabb semesta alam dengan sifat-sifat negatif yang mereka masukkan sebagai sifat yang tetap bagi Allah.
Dan sungguh Ibnu Babawaih (Seorang ulama syiah) meriwayatkan lebih dari tujuh puluh riwayat yang mengatakan bahwa Allah Ta'ala, tidak disifati dengan jaman, tidak dengan tempat, tidak dengan bagaimananya, tidak dengan gerak, tidak dengan berpindah, tidak dengan sesuatupun dari sifat-sifat tubuh, Dia bukan yang bisa diraba, bukan bertubuh dan berbentuk." Maka syeikh-syeikh mereka mengikuti jalan (metode) yang sesat ini dengan menta'til (menghilangkan) sifat-sifat yang tercantum dalam AlQuran dan sunnah.
4. Mengatakan Al-Qur’an itu makhluk, bukan kalamullah.
Kaum syiah meyakini Al Quran adalah makhluk, padahal sudah jelas kalau al-qur’an itu adalah firman Allah SWT / kalamullah.
5. Mengingkari ru'yah (melihat kepada Allah) di akhirat.
Sebagai mana yang tercantum dalam kitab-kitab mereka, syiah mengingkari bahwa Allah tidak dapat dilihat diakhirat. Perlu diketahui bahwasanya melihat kepada Allah pada hari akhirat adalah benar adanya dan sudah konsisten dalam Kitab dan Sunnah tanpa meliputi seluruhnya dan tanpa bagaimananya, sebagaimana firman Allah :
"Wajah-wajah pada saat itu berseri-seri, kepada Rabbnya melihat" (Al Qiyamah : 22,23).
Dan dari sunnah apa yang tercantum dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Jarir bin Abdillalh Al Bajali, berkata : "Adalah kami duduk-duduk bersama Rasulullah, lalu beliau melihat kepada purnama, pada malam empat belas, lalu bersabda : "Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian dengan mata telanjang, sebagaimana kalian melihat ini (purnama), dimana kalian tidak berdesakan melihatnya".
Selain ini ayat-ayat serta hadits-hadits dalam masalah itu banyak sekali, yang tidak memungkinkan kita untuk menyebutkannya.
6. Syiah meyakini al-Qur’an dizaman ini sudah tidak otentik / murni lagi
Sesungguhnya Rafidhah yang dinamakan pada zaman kita sekarang ini dengan syiah, mengatakan sesungguhnya Al Quran yang ada di pada kita, bukanlah Al Quran yang telah diturunkan kepada nabi Muhammad, akan tetapi telah dirubah, ditukar, ditambah dan dikurangi. Jumhur ahli hadits dari kalangan syi'ah meyakini adanya pelencengan (perubahan) dalam Al Quran seperti yang disebutkan oleh An Nuuri Al Tibrisi dalam kitabnya. Yang berisi kedustaan dan pelecehan syari’at Islam.
Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena al-Qur’an adalah kitab suci yang selalu dijaga oleh Allah SWT secara langsung, Firman Allah SWT :
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)
7. Mereka mencaci sahabat Nabi SAW dan mengkafirkan kaum muslimin diluar mereka.
Akidah Rafidhah (syi’ah) berdiri atas caci maki, mencela dan mengkafirkan para sahabat -semoga Allah meridhoi para sahabat-. Agama Syiah mengkafirkan para pembesar sahabat secara umum. Pengkafiran ini boleh dilihat dalam kitab-kitab besar Syiah yang ditulis oleh ulama mereka, Berikut kami kutip perkataan-perkataan sesat imam-imam mereka ;
a. Abu Ja'far berkata:
"Semua manusia (kaum muslimin Ahli Sunnah wal-Jamaah) menjadi Ahli Jahiliyah (kafir/murtad setelah kewafatan Rasulullah) kecuali empat orang, Ali, Miqdad, Salman dan Abu Dzar".
b. Al-Kulaini mensifatkan Abu Bakar, 'Umar dan 'Uthman telah terkeluar dari kalangan orang yang beriman (murtad/kafir) lantaran tidak melantik Ali sebagai khalifah setelah Rasulullah sallallahu 'alaihi wa-sallam wafat. Malah al-Kulaini mengkafirkan seluruh penduduk Mekkah dan Madinah. Menurut Kulaini:
"Penduduk Madinah lebih buruk dari penduduk Mekkah dan penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah dengan terang-terang".
Al-Kulaini juga menetapkan dalam kitabnya al-Kafi:
"Sesiapa yang tidak beriman kepada Imam Dua Belas maka dia adalah kafir walaupun dia keturunan Ali atau Fatimah".
c. Al-Majlisi seorang ulama besar Syiah menegaskan:
“Bahawa mereka (Abu Bakar, 'Umar dan 'Uthman) adalah pencuri yang khianat dan murtad, keluar dari agama, semoga Allah melaknat mereka dan semua orang yang mengikut mereka dalam kejahatan mereka, sama ada orang dahulu atau orang-orang kemudian".
Budak Ali bin Husain berkata:
"Saya pernah bertanya kepada Ali bin Husain tentang Abu Bakar dan 'Umar. Maka dia menjawab: Keduanya kafir dan sesiapa yang mencintainya juga kafir".
d. Abu Basir menegaskan:
"Sesungguhnya penduduk Mekkah telah kufur kepada Allah secara terang-terang dan penduduk Madinah lebih buruk dari penduduk Mekkah, lebih buruk tujuh puluh kali dari penduduk Mekkah".
Demikianlah kenyataan, fatwa, kepercayaan, pandangan dan tuduhan jahat para ulama Syiah terhadap Ahli Sunnah wal-Jamaah (kaum Muslimin).
8. Mereka meyakini Imam-iman mereka adalah orang yang ma’sum (suci dari dosa)
Padahal sudah jelas kemaksuman itu hanyalah milik Allah SWT dan yang diberikan kepada nabi dan Rasul yang dikehendaki-Nya. Rafidhah mendakwakan kema'suman (terjaga dari dosa) bagi para imam, dan bahwasanya mereka mengetahui hal ghaib. Sebagaimana perkataan sesat mereka itu dinukil oleh Al Kulaini (ahli hadits syi’ah) dalam Usulul Kafi (kitab hadits syi’ah) : "Telah berkata Imam Ja'far as Shodiq : "Kami adalah perbendaharaan ilmu Allah, kami adalah penterjemah perintah Allah, kami adalah kaum yang maksum, telah diperintahkan untuk menta'ati kami, dan dilarang untuk menentang kami, kami adalah hujjah Allah yang kuat terhadap siapa yang berada di bawah langit dan di atas bumi.
Adapun beberapa kesesatan Syiah lainnya yang telah nyata adalah:
1. Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.
2. Keyakinan bahwa Imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa). Mereka telah menyamakan manusia dengan sifat Allah (Maha suci) sehingga sangatlah jelas kesesatannya.
3. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
4. Keyakinan bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan Imam.
5. Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut.
6. Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
7. Keyakinan mencaci maki para sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan (lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa, Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
8. Pada abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak 1979.
Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan banyak dikagumi oleh generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih banyak mengutamakan kajian logika dan filsafat . Namun, semua jamaah Sunnah wal Jamaah di seluruh dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu gerakan sesat.
KESAMAAN YAHUDI DENGAN SYI’AH (Rafidhah)
- Sesungguhnya orang Yahudi mengatakan : Tidak boleh yang menjadi raja kecuali dari keluarga nabi Daud, Rafidhah berkata : Tidak boleh menjadi imam kecuali dari anak Ali.
- Yahudi mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Masehid Dajjal dan diturunkan pedang. Orang Rafidhah mengatakan : Tidak ada jihad di jalan Allah sampai keluar Al Mahdi, dan datingnya penyeru menyeru dari langit.
- Orang Yahudi mengakhirkan (mengundurkan) shalat sampai bintang bertebaran, begitu juga orang Rafidhah mereka mengundurkan shalat maghrib sampai bintang-bintang bertebaran, padahal hadits mengatakan : "Senantiasa umatku di atas fitrah, selama mereka tidak mengakhirkan shalat maghrib sampai bintang bertebaran.
- Orang Yahudi telah merubah taurat, begitu juga orang Rafidhah, mereka telah merubah Al Quran.
- Orang Yahudi tidak memandang bolehnya mengusap khuf (sepatu kulit yang menutupi mata kaki), begitu juga orang Rafidhah.
- Orang Yahudi membenci malaikat Jibril, mereka mengatakan : Malaikat Jibril adalah musuh kita dari kalangan malaikat. Begitu juga orang Rafidhah, mereka mengatakan : Malaikat Jibril telah salah menyampaikan wahyu kepada Muhammad, Ada juga suatu kelompok yang mengatakan yang aneh-aneh, mereka mengatakan : sesungguhnya Jibril telah berkhianat, dimana ia menyampaikan wahyu kepada Nabi Muhammad, sedangkan yang lebih utama dan lebih berhak terhadap risalah adalah Ali bin Abi Thalib, oleh karena inilah mereka mengatakan : telah berkhianat Amiin (malaikan jibril) dan ia telah menghalang risalah sampai ke Haidari (Ali), jadi mereka telah menolak Muhammad SAW sebagai Rasulullah .
- Begitu juga orang Rafidhah meyerupai orang kristen pada satu ajaran nasrani yaitu, wanita-wanita mereka tidak memiliki hak mendapatkan mahar, akan tetapi hanya bersenang-senang dengan mereka dengan kesenangan, begitu juga orang Rafidhah, mereka menikah dengan cara mut'ah, dan mereka menghalalkan itu.
- Orang yahudi dan kristen lebih utama dari orang Rafidhah dengan satu sifat (yaitu) :
- Orang yahudi jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Musa.
- Orang Kristen jika ditanya : siapakah orang yang terbaik di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah Hawari (sahabat-sahabat) Isa.
- Orang rafidhah jika ditanya : siapakah orang yang terburuk di kalangan pemeluk agamamu? Mereka menjawab : adalah sahabat-sahabat Muhammad.”
Demikianlah kesesatan Syi’ah bahkan telah murtad dari Islam dan darah mereka sudah tidak haram lagi untuk dibunuh. Kita berlindung kepada Allah dari segala yang menyesatkan, amien.
Rujukan: eramuslim.com , maktabah abu salma
Agama yang benar tidaklah diajarkan dengan dendam, memang ada perselisihan diantara pemimpin-pemimpin/masyarakat terdahulu tetapi kita tidak usah melanjutkan perseteruan mereka. Agama adalah untuk memperbaiki masyarakat ke depan bukan untuk melanjutkan kebencian dari umat terdahulu.
ReplyDeletememperbaiki masyarakat dari faham yang sesat. Nabi meninggalkan 2 perkara Al-Qur'an dan Hadist Nabi) jika dipegang teguh tidak akan sesat selamanya dan ini bukan jalannya syi'ah.
DeleteYang mengkafirkan islam yg lain nya adalah kafir sejati
ReplyDeleteSiiiss, Syiah itu bukan Islam
Deletedah lah Syia'ah itu sesat dan menyesatkan.... mo ngomong panjang lebar juga gak kan ada habisnya... percuma namanya juga syi'ah... dikasih penjelasan juga salah... gak dikasih apa lagi... ya itu lah salah satu ciri kekafiran mereka... summumbukmun 'umyun fahum laa yarji'uun...
ReplyDelete