Sunday, 20 November 2011

Bolehkah Menafsirkan Mimpi...?

 

Hadis riwayat Abu Hurairah, ia berkata:

“Dari Nabi bahwa beliau bersabda: Ketika kiamat telah mendekat, mimpi seorang muslim hampir tidak ada dustanya. Mimpi salah seorang di antara kalian yang paling mendekati kebenaran adalah mimpi orang yang paling jujur dalam berbicara. Mimpi orang muslim adalah termasuk satu dari empat puluh lima bagian kenabian. Mimpi itu dibagi menjadi tiga kelompok: Mimpi yang baik, yaitu kabar gembira yang datang dari Allah. Mimpi yang menyedihkan, yaitu mimpi yang datang dari setan. Dan mimpi yang datang dari bisikan diri sendiri. Jika salah seorang di antara kalian bermimpi yang tidak menyenangkan, maka hendaknya dia bangun dari tidur lalu mengerjakan salat dan hendaknya jangan dia ceritakan mimpi tersebut kepada orang lain. Beliau berkata: Aku gembira bila mimpi terikat dengan tali dan tidak suka bila mimpi dengan leher terbelenggu. Tali adalah lambang keteguhan dalam beragama. Kata Abu Hurairah: Aku tidak tahu apakah ia termasuk hadis atau ucapan Ibnu Sirin.”
 (Shahih Muslim No.4200)
PELAJARAN DARI HADITS
Dari hadits diatas dapat diambil beberapa pelajaran yaitu :
1. Diantara tanda kiamat adalah mimpi seorang muslim hampir selalu menjadi kenyataan.

2. Mimpi yang benar (memiliki pengaruh dalam kehidupan nyata) adalah mimpinya muslim yang paling jujur, sedangkan bila sering dusta maka mimpinya juga sering dusta.

3. Mimpi seorang muslim termasuk salah satu dari 45 bagian kenabian.

4. Mimpi yang baik berasal dari Allah SWT dan mimpi buruk berasal dari syaitan laknat, mimpi yang datang dari bisikan diri sendiri (kondisi badan dan psikologis).

5. Disyari’atkan kepada kita jika mengalami mimpi buruk supaya meludah 3 kali kesamping kiri dan memohon perlindungan Allah SWT dari kejelekan mimpi tersebut.

6. Jika mengalami mimpi yang baik hendaknya memuji Allah SWT dan memohon kebaikan dari mimpi tersebut.

7.  Yang mampu menafsirkan mimpi secara sempurna hanya Nabi SAW. Maka sebaiknya jangan terlalu percaya dengan ramalan mimpi yang beredar sekarang ini, karena bisa menjerumuskan kedalam kesyirikan.
Tidak  semua mimpi itu berarti petunjuk. Kecuali mimpi para nabi dan rasul. Sedangkan mimpi manusia biasa, seringkali hanya sekedar bunga tidur, bahkan lebih jelek lagi, bisa saja datangnya dari syetan. Bahkan ketika sebagian shahabat nabi SAW bermimpi mendapat petunjuk dari Allah SWT, mereka pun melakukan kroscek kepada Rasulullah SAW. Sebagian mereka bermimpi tentang syariat adzan dalam fungsinya memanggil orang untuk shalat. Mereka tidak berani begitu saja menyimpukan bahwa adzan itu secara resmi adalah panggilan untuk shalat berjamaah, kecuali setelah mereka bertanya dulu kepada Rasulullah SAW. Barulah setelah beliau SAW membenarkan hal itu dan menyatakan resminya adzan sebagai panggilan untuk shalat, berkumandanglah adzan pertama dalam sejarah manusia.
Semua ini menunjukkan bahwa meski pun mimpi itu kita anggap petunjuk dari Allah SWT, akan tetapi tidak boleh dijadikan dasar syariah. Sebab syariah itu tidak datang lewat mimpi manusia biasa, bahkan mimpi para shahabat nabi pun juga tidak termasuk sumber syariah. Namun kalau perkara yang tidak terkait dengan syariah, tidak bertabrakan dengan syariah dan juga tidak bertabrakan dengan logika akal sehat, boleh-boleh saja seseorang terinspirasi dari sebuah mimpi. Kalau Anda mimpi bahwa Allah menurunkan wahyu yang berupa tata cara ibadah dan syariah, maka pastikan bahwa itu adalah mimpi buatan syetan. Sebab syariah sudah putus dan berhenti sejak Rasulullah SAW wafat. Bahkan manusia biasa tidak akan menerima perintah syar’i secara langsung, kecuali nabi dan rasul.
Namun kalau mimpi itu di luar masalah syariah, boleh saja dibenarkan. Asalkan tidak bertentangan dengan syariah itu sendiri serta akal sehat. Orang yang bermimpi mendapatkan jodoh, namun jodohnya itu lain agama, tentu saja bukan mimpi petunjuk, melainkan mimpi penyesat dari syetan. Demikian juga kalau mimpi mendapat jodoh tapi harus berlaku durhaka kepada orang tua, jelaslah mimpi itu datangnya dari syetan. Sebab tujuan syetan itu membuat manusia berdosa kepada Allah dan manusia (terutama kepada orang tua).
Bolehlah teman Anda itu mengikuti mimpi, akan tetapi dengan catatan selalu tawakal dan memohon kepada Allah agar mimpi yang baik dapat menjadi petunjuk yang baik bagi kehidupannya, sedangkan mimpi-mimpi buruk sama sekali tak ada pengaruhnya dalam kehidupan (misalnya kita mimpi berhaji maka kita dapat memohon kepada Allah SWT supaya mimpi kita dapat menjadi kenyataan), karena mimpi buruk itu adalah mimpi yang datang dari syetan yang ingin menakut-nakuti manusia saja. Namun jangan semata-mata mengandalkan mimpi sebagai bahan pertimbangan dalam segala hal, seorang muslim harus menggunakan akal sehat dan juga syariat. Kalau sebuah mimpi bertentangan dengan akal sehat dan syariat, pastilah mimpi itu mimpi sesat.
BOLEHKAH KITA MENTAKWIL  (MENAFSIRKAN) MIMPI ATAU MINTA DITAKWILKAN.
Berkaitan dengan masalah takwil mimpi, yang pasti yang paling mampu mentakwil paling benar hanyalah Rasulullah SAW karena beliau termasuk yang diberitahu oleh Allah SWT mengenai hal-hal ghaib / yang terjadi dihari kemudian seperti hadits mengenai mimpi nabi melihat Nabi Isa AS dan melihat dajjal menjelang akhir zaman, sebagai bahan pelajaran bagi umatnya. Abu Bakar As-Sidiq adalah sahabat nabi yang mahir mentakwil mimpi namun menurut beliau SAW masih banyak kesalahan. Begitu pula dengan sahabat-sahabat lainya selalu merujuk kepada Nabi SAW untuk meminta ditakwilkan, lalu bagaimana dengan kita /orang awam, jika kita mentakwil mimpi pasti banyak salahnya. maka janganlah mudah percaya kepada buku-buku tafsir mimpi yang tidak jelas asalnya, bisa jadi menyesatkan. Bisa juga dikatakan akan terjerumus kepada pemikiran-pemikiran sesat yang memuja akal sendiri akhirnya jauh dari petunjuk, naudzubillah.

Tentang hal-hal yang terjadi kemudian itu semua adalah perkara ghoib. Hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui semua itu, manusia hanya mengikuti persangkaan belaka, bila mutlak percaya kepada persangkaan maka dikhawatirkan tersesat. Sebaiknya adab kita sebagai seorang muslim adalah tidak terlalu mengurusi hal-hal yang tidak penting bagi kehidupan kita semacam mendalami ilmu tafsir mimpi dsb. Terkadang semua kesesatan itu berawal dari hal yang kecil bermula dari suka mentakwil mimpi lalu akhirnya menjadi tukang peramal, dukun dan pekerjaan kesyirikan lainnya, maka dari itulah kita harus waspada dan senantiasa memohon kepada Allah agar kita selalu dijalan yang lurus.
Hadits Nabi Saw mengenai haramnya meramal atau menerka-nerka sesuatu yang belum terjadi :
"Bukan termasuk golongan kita orang yang meramal atau minta diramalkan, orang yang berdukun atau minta didukunkan, orang yang menggunakan sihir (santet) atau mengambil faidah dari ilmu santet."( HR. Al-Bazzar dengan sanad yang bagus )

“Ramalan mujur-sial adalah syirik. (Beliau mengulanginya tiga kali) dan tiap orang pasti terlintas dalam hatinya perasaan demikian, tetapi Allah menghilangkan perasaan itu dengan bertawakal. “(HR. Bukhari dan Muslim)

“Barangsiapa mendatangi dukun peramal dan bertanya kepadanya tentang sesuatu (lalu mempercayainya) maka shalatnya selama empat puluh malam tidak akan diterima.” (HR. Muslim)

Maka siapa saja yang mengaku mengetahui perihal ghaib bisa termasuk tukang nujum, atau yang sejenis itu maka dia telah syirik. Karena Allah telah merahasiakan ilmu ghaib. Sebagaimana firman Allah: 

قُلْ لا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الْغَيْبَ إِلا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Katakanlah: "Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan.[QS. An-Naml (27) Ayat 65]

Bahkan Rasulullah pun tak mengetahui hal-hal yang ghaib, Allah SWT berfirman :

قُلْ لا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلا ضَرًّا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

Aku tidak berkuasa menarik kemanfa’atan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman (QS Al A’raaf [7]:188) 

Nasihat kami kepada siapa saja yang memiliki ketergantungan dengan hal-hal semacam itu (ramalan-ramalan, takwilan asal dsb) agar bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya. Hendaknya mereka hanya bersandar dan bertawakkal kepada Allah semata dalam segala urusan,  dengan tetap berikhtiyar secara benar menurut aturan syariat yang dibolehkan dan bersifat kongkrit. Hendaknya mereka meninggalkan berbagai urusan jahiliyyah ini, dan menjauhkan diri darinya serta menjaga diri dari para pelakunya, jangan sampai membenarkan ucapan mereka demi ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, dan demi menjaga akidah dan agama mereka.

Referensi : ustsarwat.com




0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih