Tuesday, 13 December 2016

Kisah Sedih Bapak Pemulung, Menjual Hape Jadul Demi Kesembuhan Anaknya




 Apakah anda pernah melihat pemulung, apakah anda merasa jijik melihat pekerjaan mereka? padahal apa yang mereka kerjaan itu halal, mereka pantang mengemis dan meminta minta, dan juga padahal mereka manusia seperti kita yang punya perasaan juga, setelah membaca kisah ini saya harapkan anda tidak memandang manusia dari status sosialnya saja, saya harapkan anda lebih peduli kepada nasib sesama, jangan biarkan penyakit batin anda itu merusak amalan pahala yang telah anda usahakan selama ini. Berikut ini adalah sebuah kisah sedih dari seorang bapak yang pekerjaan sehari-hari sebagai pemulung, menjadi pemulung bukan lah cita-cita tapi karena terpaksa, mencari pekerjaan kantoran seperti anda ini yang dapat gaji bulanan tidak bisa semua orang melakukannya, karena keterbatasan ilmu dan pendidikan bapak ini rela menjadi pemulung demi keluarganya, demi sesuap nasi, demi kelangsungan hidup mereka, berikut ini adalah kisah sedih bapak pemulung yang menjual Hape Jadul Demi Kesembuhan Anaknya, tentu saja biayanya belum cukup buat biaya pengobatan bapak ini butuh uluran tangan anda para dermawan. dan bahkan hasil jual hape cina jadulnya itu hanya cukup buat beli nasi bungkus, sedihnya cerita bapak ini belum tentu kita bisa sekuat dan setabah bapak ini jika kita berada di posisinya,



Sebagaimana kisah ini saya kutip dari surat kabar merdeka.com,


Penuh perasaan bingung dan wajah menerawang, Nengah Wage (43) ayah dari pasien Komang Dewi Alisia Putri (5) hanya bisa pasrah. Itu setelah dia disodorkan biaya operasi patah tulang anaknya sebesar Rp 11 juta oleh pihak RSUP Sanglah, Denpasar Bali.Putrinya dirawat di rumah sakit setelah mengalami cidera patah tulang kaki kanan akibat kecelakaan tunggal. Dengan nada putus asa, orangtua bocah ini menawarkan telepon genggam atau ponsel jadul miliknya kepada para pengunjung rumah sakit.Mirisnya, ponsel milik Wage dijualnya bukan untuk bisa melakukan operasi pada kaki anaknya. Namun hanya untuk bisa beli nasi bungkus, karena anaknya lapar.

"Anak saya lapar pak, tolong ambil HP saya. Saya mau beli nasi bungkus. Saya jual Rp 400 ribu untuk beli nasi bungkus," ujar Wage kepada para pengunjung rumah sakit sambil menunjukkan ponselnya, Selasa (12/1).Sambil menitikkan air mata, ayah asal Karangasem dan tinggal di kabupaten Tabanan ini sudah sebelas hari berada di rumah sakit guna menemani putrinya. Selama itu juga dia mengaku hanya menggantungkan hidupnya dari belas kasihan orang.Bahkan makan sehari-hari dan biaya rawat inap, dirinya mengaku bingung harus mencari uang ke mana. Terlebih lagi saat pihak rumah sakit menyodorkan anggaran yang diperlukan untuk biaya operasi patah tulang anaknya.

"Biasanya saya dikasih uang atau nasi bungkus untuk makan dari penunggu pasien lain," ungkapnya.
Wage mengaku sehari-hari bekerja mencari barang rongsokan. Kini dia harus putar otak untuk mencari biaya operasi putrinya sebesar Rp 11 juta. "Dokter sudah menyarankan untuk dioperasi dengan biaya Rp 11 juta, tapi saya sama sekali tidak memiliki uang" keluhnya.Dirinya mengaku bahwa selama ini keluarganya di desa juga tidak ada yang datang menjenguk karena disadarinya kampungnya berada di pelosok desa. Lebih Miris lagi, istrinya Made Suwati (47) sedang tergolek lemas karena mengalami lupus sejak 2 tahun yang lalu dan berada di gubuk tempatnya tinggal bersama barang-barang rongsokan hasil memulung. "Di sini anak saya sakit, di rumah istri saya yang sakit," keluhnya.Dia mengaku selama ini menggunakan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) untuk biaya perawatan putrinya. Hanya saja untuk biaya alat operasi tidak ditanggung dari JKBM.

 
Amanat Kisah
 
 Kisah diatas semoga jadi pelajaran bagi kita bahwa ternyata begitu keluh kesah kita tentang sulitnya kehidupan dunia ternyata ada saudara kita yang nasibnya jauh lebih sedih daripada kita, anda yang punya banyak harta dan diberi kelapangan rezeki janganlah kalian lalaikan nikmat dengan mengkufurinya seperti untuk digunakan dijalan yang haram semisal berjudi atau pergi ke bar diskotik dan sebagainya, maka ingatlah azab Allah sangat pedih, alangkah baik dan mulianya kita yang kaya dan banyak harta menolong saudaranya yang kesusahan seperti mereka, karena selain harta anda menjadi berkah, anda akan dapat pahala berlipat di akhirat, apalagi mengingat jaman sekarang ini yang kaya dan tidak mampu ternyata sangat banyak yang tidak mampu, bahkan hanya untuk mengisi perut mereka dengan sesuap nasi.

Dunia ini adalah penjara, bukan kehidupan yang sebenarnya, kadang segala nikmat dunia kadang melalaikan kita bersyukur kepada Allah, karena kita tidak mampu melihat penderitaan saudara kita yang lebih buruk nasibnya dibandingkan dengan kita, kita sering mengeluh banyak hal sementara kita dikaruniai harta yang banyak, keluarga yang utuh dan sehat, anggota badan yang sempurna dan sebagainya ternyata semua itu malah digunakan untuk kufur kepada Allah dengan berbuat maksiat dan banyak keluh kesah dan mengumpat dengan nasib kita yang masih beruntung itu.

Ahirnya saya akan membawakan tentang sebuah hadits kepada anda supaya anda tidak lupa bersyukur dengan nikmat yang telah Allah berikan kepada anda,

Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.”

 (HR. Bukhari dan Muslim)

0 comments:

Post a Comment

Komentarnya sangat diharapkan, Terima kasih